Tandai typo
Asa dan para sahabatnya sedang duduk di kantin karena jam terakhir tidak ada guru alias jam kosong. Asa dan para sahabatnya diam menatap Resa yang sedang mesam-mesem sendiri seraya menatap ponsel Asa yang di pinjamnya.
Lara menyenggol lengan Asa, "Nape tuh!" tunjuk Lara dengan dagunya kearah Resa.
Asa mengikuti arah pandang Lara, "Biasalah!"
"Apa lagi kalo bukan stalkingin si Mamad alias Ahmad!" celetuk Tria melirik Resa yang pokus menatap ponsel di genggamannya.
"Gitu amat cinta dalam diam," timpal Ririn meringis melihat Resa yang menyukai teman sekelas mereka yang dua tahum lalu pindah sekolah karena suatu hal.
"Diam, ngoceh mulu kalian!" lerai Ifa menatap tajam mereka semua seolah sedang marah.
Lara berpura-pura beringsut memeluk Asa begitupun sebaliknya, "Iiih takut ... Mamak marah!" ucap keduanya berpura-pura takut pada Ifa.
"Habislah kita ... " timpal Tria berpura-pura takut dan di angguki Ririn.
Ifa hanya memutar bola matanya malas melihat keempat sahabatnya itu.
"Mending yuk ke kelas ambil tas, lima menit lagi jam pulang." ucap Ifa. Sontak saja membuat para sahabatnya bersemangat.
***
"Loh, Al? Udah pulang?'' tanya Umi Sanum pada Gus Alzam yang baru pulang.
"Udah, Mi." ucap Gus Alzam seraya menghampiri Umi Sanum dan mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.
"Umi? Al mau bicara serius dengan Umi dan Abi. Tapi, sepertinya Abi sedang tidak ada di rumah?"
Umi Sanum tersenyum, "Abi lagi mengisi kajian di masjid kota sebelah, mungkin sore sudah sampai."
Gus Alzam mengangguk patuh, "Yaudah kalo gutu, Al mau ke kamar dulu, Mi. Assalamualaikum ... " ucap Gus Alzam berlalu menuju kamarnya setelah Umi Sanum menjawab salamnya.
Sesampainya di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya di kasur, "Saya udah menemukan jawabannya tadi malam. Semoga, niat baik ini di restui Abi dan Umi nantinya." dan tak lama kemudian ia terlelap.
***
"Nggak nyaman banget sih! Pilek mulu perasaan, telinga berdengung terus ... sering sakit kepala dan sering mimisan juga ..." keluh Asa seraya membaringkan tubuhnya di kasur.
"Udah lama juga gue gak konsultan ke Dokter, apa ... besok aja kali ya pas pulang sekolah?" monolognya.
Kemudian Asa bangkit dari tidurnya dan berjalan kearah meja rias, "Apa gue bisa sembuh? Percuma Dokter Anggi maksa gue kemoterapi, obat dari dia aja nggak gue minum." monolognya, karena ia sangat bermusuhan dengan yang namanya obat-obatan.
Flashback on
"Saya merasa sedih, tapi ini masih bisa di sembuhkan walau mungkin tidak seratus persen sembuh nantinya."
"Maksud Dokter?" bingung Asa.
"Kamu ... mengalami penyakit kanker nasofaring stadium awal. Kanker nasofaring adalah penyakit yang menyerang tenggorokan, tepatnya pada lapisan luar nasofaring. Lapisan ini bisa ditemukan pada tenggorokan bagian atas. Nasofaring terletak di belakang hidung dan di balik langit-langit rongga mulut." ucap Dokter bername tag Anggi itu.
"Dokter ... bercanda kan?" Asa terkekeh miris.
"Saya yakin kamu adalah gadis yang kuat. Kamu pasti bisa melewati semua ini dengan pengobatan yang saya sarankan."
Flashback off
Asa meneteskan air matanya kala mengingat kejadian itu. "Mending gue ke tempat Mama aja deh!" monolognya lalu bergegas mempersiapkan dirinya untuk pergi ke rumah sakit.
Setelah ia siap kemudian ia berjalan ke garasi untuk mengambil motornya yang kemarin baru pulang dari bengkel.
Asa melajukan motornya dengan kecepatan normal. Dahinya mengernyit kala melihat mobil Gus Alzam yang memasuki gedung Universitas yang terkenal di provinsi ini bahkan di negara ini.
"Ada urusan kali!" monolognya lalu mengarahkan motornya ke parkiran khusus roda dua yang tersedia di rumah sakit ini.
Asa berjalan santai menuju ruang Sang Mama. Sesekali, ia bersenandung kecil menyanyikan lagu favoritnya.
"Asa!" panggil seseorang dari arah belakangnya.
Asa membulatkan mata kala melihat siapa yang memanggilnya, orang itu adalah ...
"Assalamualaikum Buk Dokter Anggi, sudah berapa bulan kita tidak bertemu."
"Waalaikumsalam, kamu kenapa tidak menemui saya lagi? Saya khawatir dengan kamu, Asa!" khawatir Anggi menatap Asa serius.
Asa tersenyum, "Lagi sibuk mempersiapkan ujian akhir nanti, Dok. Kalo gitu Asa pamit dulu, Assalamualaikum!"
Anggi membuang napasnya kasar lalu mengangguk, "Waalaikumsalam." jawab Anggi lalu mencekal tangan Asa yang hendak pergi, Asa menoleh kearah Anggi dengan tatapan bingung.
"Jaga kesehatan, jangan mendekati apa yang saya larang. Saya sudah menganggapmu sebagai Adik saya sendiri, dan saya tidak ingin kehilangan dirimu. Kedua kalinya. " sambung Anggi dalam hati di akhir kalimat.
Asa mengangguk lalu mengucap terimakasih sebelum pergi menuju ruang Lita.
Anggi menatap sendu kepergian Asa, "Sepertinya kamu melupakan Kakak, Sa." lirihnya.
Flashback on
Terlihat Anggi yang berumur dua belas tahun sedang mengendarai sepedanya di taman. Namun, tiba-tiba ia terjatuh karena tidak melihat ada pohon di depannya, jadilah ia menabrak pohon.
Asa yang masih berumur delapan tahun berlari kearah Anggi lalu membantu Anggi untuk bangkit. "Kakak tidak apa-apa?" khawatir Asa kecil.
Anggi menggeleng lalu meringis kala melihat kututnya yang sedikit mengeluarkan darah.
"Ya ampun! Lutut Kakak berdarah! Kebetulan di kantong Asa ada hansaplast!" dengan segera Asa memakaikan Hansaplast itu di lutut Anggi yang terluka.
'Jadi namanya Asa?' batin Anggi tersenyum simpul saat melihat bocah kecil berhijab itu.
"Terimakasih ... " ucap Anggi.
"Sama-sama Kakak cantik! Kalo gitu Asa pergi dulu, pasti Mama nyariin Asa." kemudian Asa berlalu dari hadapan Anggi dan tak lama orang tua Anggi menghampiri Anggi.
Flashback off
~••~

KAMU SEDANG MEMBACA
ASA (Lengkap/TERBIT)
Fiksi RemajaAsa menatap sendu sang Mama, perlahan tangannya menggenggam Lita sang Ibunda. "Asa lelah, Ma. Seperti halnya nama Asa, yang berarti harapan. Asa memiliki satu harapan untuk Mama. Asa pengen Mama bangun dari koma, di saat Asa sedang putus asa dan yan...