12-KEMARAHAN SEORANG ALEX.

3.5K 166 17
                                    

Vote dari awal 💜

****

Brak!

Seluruh anggota markas, kaget ketika Alex menentang pintu terlalu keras. Dia langsung menghampiri, seorang wanita yang duduk, di tengah-tengah kerumunan itu.

Alex mencengkram pipi wanita itu, membuat nya meringis kesakitan.

“L-lepas Lex, sakit,” Alex melepaskan cengkraman nya kasar, sehingga memperlihatkan bekas cengkraman Alex.

“Apa yang gue lakuin, gak sebanding dengan apa yang Sandra rasakan! Lo Bangsat Bianca!”Bentak Alex membuat seluruh orang yang berada di sana, menundukkan kepala nya takut.

Bianca, mati-matian agar tidak takut menatap Alex. Namun, terlihat dari sorot mata nya yang memancarkan aura kebencian.

“G-gue minta maaf, gue gak—” ucapannya terhenti ketika Bagas memotong ucapannya.

“Apa? Lo masih mau ngelak? Apa kesalahan yang Sandra perbuat sama lo bian? Apa cuman Alex, lo harus nyelakain nyawa orang? iya!” Nafas Bagas tak beraturan, dia sangat marah dengan wanita di hadapan nya.

Alex kembali menendang kursi di sampingnya. “Kalau sampai Sandra kenapa-kenapa, jangan salahin gue kalau lo gak bakal bisa lihat dunia lagi, paham?”

***

“Bunda...”

Vivi langsung mendekat ke bankar Sandra, dengan wajah yang penuh air mata dia menggengam erat tangan Sandra.

“Iya sayang, Bunda disini,” Sandra tersenyum, dia lantas melihat ke lain arah. Yang dia lihat hanya, Alvaro yang sedang menangis di gendongan Rendi.

“Alex mana, Bun?” tanya Sandra dengan suara serak nya.

“Nanti dia kesini, tenang aja,” bukan Vivi yang menjawab, melainkan Rendi membuat Vivi membeku seketika.

“Alvaro,sini,” Rendi pun membawa Alvaro mendekat ke Sandra, Alvaro pun langsung ikut tidur di samping Sandra.

“Palo angen Mommy,” ucap Alvaro dengan suara isak yang sedikit terdengar.

Sandra mencubit gemas, hidung Alvaro. “Mommy juga kangen sama Varo,” Sandra mengelus rambut Alvaro dengan lembut.

“Gimana keadaan kamu San?” Rendi duduk di samping Bankar Sandra.

Sandra menganguk. “Udah mulai baikan, cuman agak pusing aja,”

Vivi bersedekap dada, sambil menatap Rendi tajam. “Masih mau ngijinin anak balapan? Udah tau kan resiko nya kayak gimana, jadi ayah bukan nya ngelarang malah kasih semangat!” omel Vivi sambil menatap sinis ke Rendi.

“Bun, kita sebagai—”

“Kita sebagai orang tua harus mendukung, anak nya. Termasuk ke jalan yang salah gitu yah?” Rendi hanya cengir-cengit tidak jelas, Vivi sudah sangat hafal dengan perkataan Rendi.

“Udah-udah kenapa jadi malah berantem, Sandra juga gak apa. Kan Sandra LAKIK!” Rendi dan Vivi terkekeh mendengar ucapan Sandra.

“Kamu memang seperti kakak mu San,” ucap Vivi membuat Sandra menatap nya.

“Bunda tau, Ana bakal selalu ada di hati Sandra. Walau bukan kakak kandung, tapi bagi Sandra, dia pelangi di hidup Sandra,” Rendi menatap Sandra penuh Arti.

“Udah, gak usah di pikirin lagi, mending kamu istirahat yah, Bunda sama Ayah mau bicara di luar,” Rendi pun mengisyaratkan agar Vivi ikut dengan nya.

Dengan malas, Vivi mengikuti Rendi dari belakang, Rendi menutup pintu pelan dan menatap Vivi.

“Bisa kamu jangan omongin Ana, di depan Sandra?” tanya Rendi.

DIA SANDRA(Selesai✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang