Chapter 17

2.2K 270 29
                                    

Hemlooooooo (◠‿◕)





.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.





Taeyeon membawa Jeno untuk duduk. Dia menangkup pipi Jeno dan mengelusnya.

"Sudah ya Jeno jangan menangis lagi. Kasihan matamu jadi membengkak seperti ini. Sudah ya nak."

Jeno yang masih sesenggukan pun tersenyum melihat Taeyeon eomma berbicara seperti itu.

Irene pun ikut memeluk Jeno dari samping. Dia tidak tega melihat Jeno menangis seperti itu. Jeno sudah seperti adik kecilnya sendiri. Bahkan dia lebih menyayangi Jeno daripada Jaemin hehe.

"Appa bagaimana ?", Jaemin bertanya pada Siwon.

"Kau sudah tau kan cerita masa lalu Jeno. Ya begitulah, appa juga tidak tau. Appa sangat kecewa dengan Donghae dan Yoona. Untuk saat ini semua kita serahkan pada Jeno. Kita tidak bisa ikut campur terlalu lebih."

"Hmm baiklah. Tapi untuk pengobatan Jeno bagaimana ? Apa kita harus meminta ijin pada paman Donghae dan bibi Yoona ?", tanya Jaemin.

"Appa rasa tidak usah Jaem. Pengobatan Jeno kan memang sudah direncanakan sebelum kita tau masalah ini. Jadi appa rasa tidak perlu."

"Baiklah kalau seperti itu. Besok atau lusa Jeno akan melakukan pemeriksaan selanjutnya. Harusnya Jeno melakukan pemeriksaan lagi hari ini, tapi sepertinya tubuhnya sedang tidak sehat jadi aku menundanya."

"Yahh baiklah yang penting yang terbaik untuk Jeno."

-----

Menjelang sore. Jeno membantu Taeyeon memasak untuk makan sore.
Taeyeon tersenyum menatap Jeno yang membantunya.
Ahh rasanya sudah seperti memiliki menantu. Jeno idaman sekali. Memang Jaemin anaknya itu pintar sekali mencari pasangan.

Setelah semua makanan siap Taeyeon segera memanggil yang lainnya.

"Wahhh siapa yang memasak ini semua ?", Siwon kagum dengan masakan di meja makan.

"Ini Jeno yang memasak sayang. Aku yang membantunya masak bukan dia hihihi. Senang sekali rasanya ada Jeno, tidak seperti Irene yang tidak bisa memasak itu.", puji dan cibir Taeyeon.

"Aihhhh eomma benar sekali. Percuma rasanya ada noona, membantu eomma saja tidak pernah apalagi memasak untuk yang lainnya.", senang sekali sepertinya Jaemin ini kalau sudah urusan meledek Irene.

"Yak yak terserah kalian berdua saja. Memang eomma dan Jaemin ini kalau sudah urusan meledekku memang paling kompak."

Mereka berempat pun akhirnya makan. Jeno refleks menyendokan Jaemin nasi dan lauk.
Yang lain hanya tersenyum melihatnya, apalagi Jaemin. Dia terus tersenyum konyol sedari tadi.
Irene yang melihat adiknya seperti itu seketika merinding.
Seram sekali adiknya ini hihhh. Senyuman konyolnya sudah seperti om mesum yang melihat mangsa empuk.

Jeno yang mulai menyadari bahwa dirinya diperhatikan menunduk malu. Dia tidak tau saja Jaemin sudah meremas tangannya sendiri.

Gemas sekali Jenoku ini kyaaaa~, batinnya.

------

Selesai makan mereka berkumpul di ruang keluarga. Mengobrol hangat. Sampai akhirnya Jaemin menarik Jeno untuk naik ke kamarnya. Yang tentunya langsung dimarahi sang eomma.

"Yak! Jaemin kau jangan macam-macam ya! Awas saja kau!!.", teriaknya dari bawah.
Tapi Jaemin masa bodoh ckck.

Setelah sampai di kamar. Jaemin segera mengunci pintu agar tidak ada yang mengganggu.
Jeno yang melihatnya pun bingung. Kenapa Jaemin mengunci pintu ?. Ada apa memangnya ?.










Tbc

Pendek banget ya wkwkwk

Florist | JaemjenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang