Di sebuah ruangan terlihat seorang ibu yang menatap haru anaknya, sedangkan sang ayah terus menerus menangis.
"Ayah sudah ya jangan menangis terus, nanti kan aku masih tetap berkunjung ke rumah ayah dan ibu.", Jeno berusaha membujuk ayahnya agar berhenti menangis karena sepertinya sang ibu sudah malas meladeni suaminya yang sangat cengeng itu.
"Janji ya nak, pokoknya kau harus lebih sering ke rumah ayah daripada si Siwon itu."
"Haishhh sudah cukup menangisnya! kau ini seorang ayah bukannya lebih kuat malah lebih cengeng. Cepat hapus air matamu itu."
Jeno hanya bisa tertawa melihat kedua orang tuanya itu. Lucu sekali mereka ini.
Ahh tapi dia pun sebenarnya merasa sedih karena belum lama akhirnya dia bisa merasakan rasanya tinggal dengan orang tua dan sekarang harus berpisah.
-----
Tidak terasa riasan di wajah Jeno sudah selesai. Donghae dan Yoona menatap anaknya penuh kagum.
"Cantik sekali anak appa dan eomma ini. Ayo calon suamimu pasti tidak sabar menunggumu.", Donghae dan Yoona menggandeng lengan anak mereka menuju tempat pemberkatan.
Setelah sampai di depan pintu Yoona berpisah dengan anak dan suaminya untuk masuk ke dalam lebih dahulu.
"Jeno tunggu sebentar ada yang ingin ayah ucapkan padamu sebelum kau benar-benar menjadi tanggung jawab suamimu.", Donghae menarik napasnya dan menghembuskan secara perlahan.
"Terima kasih. Terima kasih ya nak sudah mau memaafkan ayah dan ibumu ini. Maaf kau harus hidup menderita selama ini, maaf kalau ayah belum bisa menjadi ayah yang baik untukmu. Ayah adalah orang tua yang buruk tapi Jeno masih mau memaafkan ayah walaupun ayah tau sangat sulit untuk memaafkan apa yang telah ayah perbuat padamu. Ayah sungguh sangat menyayangimu, Jeno adalah permata hati ayah dan ibu. Terima kasih karena Jeno sudah menjadi anak yang baik dan kuat. Jeno bisa bertahan sampai saat ini, ayah sangat bangga padamu nak. Ayah sungguh menyayangi putra kecil ayah ini."
Sebelum Jeno ikut menangis Donghae segera menuntunnya masuk ke ruang pemberkatan. Dia tidak mau anaknya menangis karena nanti akan merusak riasan cantik di wajah anaknya itu.
Semua orang termasuk pria yang berada di depan altar menatap kagum pada sang mempelai.
"Jaemin, ayah serahkan permata ayah padamu. Tolong sayangi dan lindungi Jeno, jangan sampai kau membuat anak ayah ini menangis. Kau tau kan kalau kau melukai hatinya bukan hanya Jeno yang terluka tapi aku dan ibunya pun akan lebih terluka. Mulai detik ini aku serahkan tanggung jawabku kepadamu. Bila kau merasa bosan padanya tolong kembalikan anak ayah dan jangan sampai membuatnya kecewa. Jika perlahan cintamu memudar tolong ingatlah dengan baik hal apa yang membuat kau jatuh cinta pada anakku pertama kali. Ayah sangat percaya padamu, jadi tolong jangan kau hancurkan kepercayaan ayah."
Jaemin membungkuk dengan rasa hormat kepada calon mertua nya itu. Lalu kemudian menyambut uluran tangan Jeno yang diberikan oleh Donghae.
Keduanya mengucap janji suci di depan altar. Semua orang yang hadir menangis haru.
"Kepada mempelai dipersilakan untuk mencium pasangannya."
Keduanya menatap penuh cinta dan haru. Jaemin memajukan wajahnya dan mencium kening Jeno dengan lembut dan penuh kasih.
The End
Ya ampunnnn hahahahahah
Maafkan aku ini yang kesannya maksain ending nya (。•́︿•̀。)Terima kasih yang sudah baca cerita aneh, absurd dan nggak jelas iniiiii ( ≧Д≦)
Happy Wedding to our lovely coupleeeee yeayyyyyyy (≧▽≦)//tebar confetti
KAMU SEDANG MEMBACA
Florist | Jaemjen
FanfictionHidup dalam kesunyian selama ini membuatnya terbiasa This is jaemjen okay ? not nomin or jenjaem ( ◜‿◝ ) sorry aku nggak bisa bikin deskripsi