Hallo~~~~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Satu hari sebelum Jeno mulai menjalani terapi Jaemin dipanggil Siwon ke ruang kerja di rumahnya.
"Nak besok Jeno sudah menjalani terapi kan. Apakah kau sudah memberitahu paman Donghae dan bibi Yoona ? Bagaimanapun mereka masih kedua orang tua Jeno."
"Belum appa, aku belum memberitahu keduanya. Aku pikir untuk apa, mereka saja sudah membuang Jeno sedari kecil jadi aku tidak perlu memberitahu mereka.", Jaemin menjawab perkataan Ayahnya dengan sedikit emosi. Emosi dalam dirinya selalu terpancing bila membahas hal ini.
"Tidak bisa seperti itu Jaemin. Kau tidak bisa berlaku seperti itu. Baik buruknya perlakuan mereka pada Jeno, mereka tetap kedua orang tuanya. Orang tua kandung Jeno, jadi appa harap kau segera memberitahu mereka sekarang. Tidak apa walaupun hanya lewat telepon. Ingat perkataan appa, okay ?."
"Hah~ baiklah appa. Tapi aku tidak ingin Jeno tau."
"Ya terserah kau saja."
Setelah keluar dari ruang kerja Siwon, Jaemin segera menuju balkon kamarnya dan mengunci pintu. Bersyukur Jeno sedang pergi bersama eomma nya.
Jaemin menghela napas pelan sebelum mengambil handphone dan menelpon nomor paman Donghae. Yahh semoga saja paman hae sedang bersama bibi Yoona.'Hallo ? Selamat siang paman Donghae ini aku Jaemin. Apakah kau ada waktu ? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu. Apakah bibi Yoona juga sedang bersamamu ?.'
'Ah ya hallo Jaemin. Ada apa ? Kebetulan paman sedang bersama bibi Yoona. Apa yang ingin kau bicarakan ?.'
'Begini paman, jadi besok Jeno akan menjalankan terapi dan appa bilang aku harus memberitahu paman dan bibi juga karena bagaimanapun kalian berdua masih merupakan orang tua kandung Jeno.'
'Terima kasih Jaemin karena masih memberitahu kami. Di rumah sakit mana Jeno akan melakukan terapi ? Paman dan bibi ingin ikut datang menemani Jeno.'
'Ah maaf paman tapi tidak perlu, aku memberitahu paman pun karena disuruh oleh appa. Jeno bahkan tidak tau aku memberitahukan hal ini pada paman, karena aku tidak ingin kesehatan Jeno menurun bila membahas kalian. Sekali lagi aku minta maaf paman, tolong sampaikan salamku pada bibi.'
Jaemin segera menutup teleponnya. Rahangnya mengeras mendengar ucapan orang itu.
Enak sekali dia berkata seperti itu sekarang, apa mereka lupa bagaimana kelakuan mereka dahulu. Cih kalau tidak disuruh appa aku tidak akan sudi memberitahu kedua orang itu.
Hhahh! Lebih baik aku memeriksa kerjaanku.-------
Jaemin menengok jam yang ada di laptopnya ah tidak terasa hari sudah sore tapi kenapa Jeno dan eomma nya belum pulang juga.
Haishhh eomma nya ini biasa sekali, kalau sudah pergi dengan Jeno pasti selalu lama apalagi bila bertemu dengan teman-teman arisannya itu. Kesayangannya sudah seperti barang mahal yang disombongkan. Padahal kan Jeno harus banyak istirahat.
Menjelang petang Jeno dan eomma pulang dengan membawa banyak belanjaan. Jaemin hanya bisa menggelengkan kepala, sepertinya keduanya baru selesai membeli baju karena banyak sekali bag baju baju ternama dan yang sudah pasti dia tebak itu adalah milik Jeno yang dibelikan oleh sang eomma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Florist | Jaemjen
FanfictionHidup dalam kesunyian selama ini membuatnya terbiasa This is jaemjen okay ? not nomin or jenjaem ( ◜‿◝ ) sorry aku nggak bisa bikin deskripsi