Pimpinan pengkhianat klan Jung ingin menantang Ruby untuk membalaskan dendamnya. Dia merasa harga dirinya terinjak-injak oleh lelaki yang 12 tahun lebih muda darinya itu.
Ruby menyanggupi hal tersebut, tentu dengan persiapan yang matang dan tidak gegabah. Dia bersama anggota klan Jung lainnya sudah menyusun strategi agar tidak terpojok.
Di waktu dan tempat yang sudah ditentukan, mereka bertemu tanpa senjata maupun kawalan. Hanya mereka berdua yang ada di tengah lanti gudang kosong tersebut.
"Hyung, jangan seperti ini. Hobi hyung juga lebih muda darimu, jadi perlakukan aku sama" Ruby membuka obrolan di antara keduanya.
"Kau pikir aku hormat sama si renta satu itu? Bodoh. Kalau tidak karna dia ditunjuk langsung oleh masternim, aku yang akan mengisi bangku kuasa selanjutnya"
"Setelah kematian Hobi hyung pun kamu tidak bisa merebutnya kan? Ego mu menginjak harga dirimu sendiri hyung"
"Mati kau" Laki-laki itu berlari ke arah Ruby melayangkan tinju. Ruby hanya menghindar dari serangan bertubi-tubi lawannya, tidak memberikan serangan balik.
Geraman marah terdengar dari lawan bicaranya. Tidak lama datang sekitar 20 orang dari arah lawannya masuk. Secara jumlah, Ruby paham betul bahwa mereka kalah malam itu. Tapi secara taktik, Ruby yakin bisa menang.
Di belakang Ruby juga berbaris orang-orang kepercayaannya. Beberapa sudah ada di posisi masing-masing untuk membidik lawan.
Perkelahian sudah tidak dapat terelakkan. Suara pukulan, tembakan yang teredam, dan geraman marah terdengar dari segala penjuru. Satu persatu pihak lawan dilumpuhkan, ada yang pingsan, terluka parah, dan sedikit yang mati.
"Sudahlah hyung, hyung tidak lelah?" Kondisi lawannya kini terpojok. Namun seringai licik tercetak di wajahnya. Dia berlari membawa belati ke arah Ruby. Ruby sudah siap jika belati itu diarahkan kepadanya.
Teman seperjuangan Ruby sudah pasang badan, Ruby sendiri berdiri dengan siaga menanti tusukan belati yang mengarah padanya.
Namun yang tertusuk bukan Ruby. Lelaki yang berdiri di samping kanan Ruby menjadi sasaran belati itu. Suasana hening seketika, sebagian terkejut sebagian lagi terperanjat.
"Taktik mu salah, Ruby. Temanmu akan mati di depan matamu haha" Si lawan tertawa jahat.
"Kamu tahu kemampuan belati milik masternim, bukan?" Tawa jahat si lawan tidak berlanjut. Sebab seseorang menyerangnya dengan tusukan berkali-kali sebelum tepat di pangkal lehernya.
"Bedebah sialan, mati kau"
"Sam!!" Saudari kembar si korban memeluk kepala Sammy dan membawanya ke atas paha.
"It's okay.. Resiko jadi mafia" Sammy tertawa miris sambil sesekali meringis. Rasa sakitnya sudah menjalar ke sekujur badan.
"Oppa.. Ku mohon bertahanlah" Tangan Lucy menggenggam erat tangan Sammy yang mulai dingin.
"Hey, kita tidak tahu siapa yang lebih tua di sini. Masternim menemukan kita berbarengan"
"Tidak peduli"
"Senangnya bisa mendengarmu memanggilku seperti itu. Rasanya di sini hangat" Sammy menggerakkan tangan dengan sisa tenaga yang ada ke arah dada kirinya.
"Sedih jangan berlarut-larut ya? Nanti kita main lagi. Sekarang biarkan oppa mu ini tidur sebentar, aku mengantuk" Tidak menunggu jawaban, Sammy memejamkan matanya perlahan.
Deru napas tercekatnya mulai tenang. Genggamannya mulai melemah. Semua orang yang ada di sana menatap momen terakhirnya. Momen di mana tubuh Sammy berubah menjadi tak bernyawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identity || Treasure Multiship
FanfictionSering mendengar istilah populasi 1%? Bagaimana dengan populasi 0,1% di mana hanya sesama alumni dan tenaga pengajar di sana yang tahu latar belakang pasti dari siswanya? Diceritakan tentang dua kehidupan sekolah yang dialami oleh anak-anak remaja...