Hyunsuk berlari kecil menghampiri Jihoon yang sudah menunggunya dengan tangan terentang lebar. Sebentar lagi malam tahun baru dan Hyunsuk sudah mengambil cuti kerjanya untuk ikut menginap di rumah keluarga Park.
"Sebelum ke rumah, aku mau bawa kamu ketemu seseorang dulu" Kata Jihoon usai memasukkan barang bawaan Hyunsuk ke bagasi.
"Outsider juga, kaya kamu. Nanti sekalian sama pacarnya juga" Tambahnya. Mobil Jihoon kini melaju menuju cafe Law'oos.
Mereka berdua masuk ke ruang rahasia dari dalam cafe. Alurnya tidak jauh berbeda selain ketiadaan pintu kayu usang sebagai penyamaran.
Di dalam sudah ada dua lelaki yang duduk membelakangi pintu. Hyunsuk merasa tidak asing dengan dua sosok itu.
"Justin, sudah sampai dari kapan?" Jihoon menyapa, menyebabkan dua orang itu berbalik badan ke arah sumber suara.
"Oh, hyung! Barusan kok, ini baru ngambil minum" siswa AGHIS paling muda itu mengangkat dua kaleng soda di tangannya untuk diperlihatkan pada Jihoon.
Mereka berempat mengobrol tentang banyak hal. Mayoritas Hyunsuk yang bertanya seputar kehidupan dan aturan di AGHIS.
Usai mengobrol selama lebih dari satu jam, Jihoon dan Hyunsuk memutuskan untuk pamit pergi ke rumah orang tua Jihoon.
Seperti biasa mereka berdua disambut hangat oleh papa Baek, kali ini papa Baek ditemani suaminya yang kebetulan sedang dapat liburan.
Hyunsuk membantu Baekhyun menyiapkan makan malam untuk keluarga Park dibantu oleh asisten rumah tangga mereka. Sedangkan Jihoon dan ayahnya sibuk membahas perkembangan bisnis di dalam maupun di luar urusan perusahaan. Sebagai pewaris sekaligus siswa di AGHIS, Jihoon sudah tentu harus memegang pengetahuan yang banyak tentang sesuatu yang akan jadi tanggung jawab dia seutuhnya.
Tahun ini menjadi tahun baru pertama Hyunsuk setelah sekian lama merayakannya sendiri di tempat kerja. Ada keluarga yang bisa ia dengarkan candanya saat berkumpul bersama. Tahun barunya kembali menghangat seperti 6 tahun yang lalu.
---
"Jeongwoo-yaa, cepat. Kita tidak boleh terlambat datang ke rumah tuan Watanabe" Suara sang ayah di luar terdengar oleh Jeongwoo yang ada di dalam kamarnya.
Jeongwoo kembali melihat ke arah cermin di hadapannya. Meskipun acaranya relatif santai, Jeongwoo tetap harus datang dengan baju yang menurutnya layak dipakai di rumah orang besar. Dia kemudian mendatangi ayahnya yang sudah menunggu di depan pintu rumah.
Mengandalkan bantuan peta dari alamat yang diberikan oleh tuan Watanabe, pasangan ayah dan anak ini sampai setelah menempuh 45 menit perjalanan dengan mobilnya.
Gerbang besi tinggi warna abu-abu dengan sedikit dekorasi coklat terbuka menampilkan rumah setinggi 3 lantai bernuansa minimalis namun elegan. Keduanya disambut oleh seorang laki-laki dan perempuan berpakaian rapi.
Lelaki tersebut menawarkan dirinya untuk membawa mobil mereka pergi ke tempat parkir, sedangkan si perempuan membukakan pintu rumah untuk Jeongwoo dan ayahnya.
"Welcome, mister Park and Jeongwoo. Good to see you both again" Tuan dan nyonya Watanabe menyambut mereka.
"Thank you for inviting us to come here. I'm sorry because my wife couldn't come along with us" Ayah Jeongwoo menjabat formal tangan tuan Watanabe. Kedua orang dewasa ini dapat berbicara dalam bahasa Inggris, mengingat bahasa ibu mereka yang berbeda dan mereka tidak mahir di bahasa ibu lawan bicaranya.
Jeongwoo dengan kemampuan bahasa Inggris yang rata-rata hanya dapat memahami inti percakapan mereka. Setidaknya dia tahu kalau ayahnya sedang membicarakan ibunya yang tidak ikut datang bersama mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identity || Treasure Multiship
FanfictionSering mendengar istilah populasi 1%? Bagaimana dengan populasi 0,1% di mana hanya sesama alumni dan tenaga pengajar di sana yang tahu latar belakang pasti dari siswanya? Diceritakan tentang dua kehidupan sekolah yang dialami oleh anak-anak remaja...