Night

196 22 0
                                    

"Doyoungieee, ayo makan malam" Asahi menyerobot masuk ke dalam kamar Doyoung tanpa perlu mengetuk pintu lebih dulu. Dilihatnya Doyoung tengah bersandar di atas kasur sambil memainkan ponselnya.

Hyunsuk yang pergi menginap di rumah keluarga Jihoon meninggalkan Asahi sendirian di apartemen nya. Doyoung yang tidak ingin membiarkan sepupunya menghabiskan tahun barunya sendiri akhirnya mengajak Asahi untuk menginap di rumahnya sampai Hyunsuk pulang.

"Iya, sebentar. Kamu duduk dulu sini" Doyoung menepuk bagian yang kosong di sebelahnya. Asahi menuruti perintah Doyoung, dia duduk diam sampai Doyoung selesai dengan permainannya.

"Sa, ngga mau tinggal di sini lagi? Eomma selalu khawatir sama kamu, padahal aku udah bilang kalo kamu ada temennya sekarang" Doyoung mengajak Asahi berbicara meskipun matanya masih tertuju pada handphone.

"Asa mau biasain ngelakuin semuanya sendiri, nanti kalo Doyoungie jadi kuliah di Amerika kan Asa bakal sendirian. Sekarang aja Asa masih suka dianter-jemput"

"Yaudah aku bilang ke Eomma supaya ngga usah kuliah di Amerika biar bisa nemenin kamu terus"

"Doyoungie, cepat atau lambat Asa emang bakal sendirian kan?" Asahi berbicara lembut. Sangat lembut sampai Doyoung tidak tahu perasaan apa yang sedang dicurahkan Asahi lewat perkataannya itu.

"Asa udah ngga papa kok, Doyoungie bisa bersikap jadi seperti sepupu biasa lagi. Jaehyukie juga bikin Asa ngerti, kalo Asa selama ini sebatas kagum sama dia. Bukan suka ke hal yang romantis"

"Asa mau nangis? Sini" Doyoung tidak menunggu balasan Asahi. Dia meletakkan handphonenya, meninggalkan permainannya yang masih berlangsung, memeluk sepupunya sambil mengelus pelan punggung Asahi.

Asahi tidak baik-baik saja meskipun ia berkata sebaliknya. Dia justru merasakan hal yang lebih menyakitkan dibanding menyukai orang asing yang tidak ia kenali.

Asahi menyukai sosok Leon si gitaris dan terbiasa dengan sikap manis Jaehyuk si teman sekelas. Namun ternyata teman sekelasnya itu hanya bermain peran, menunjukkan sosok gitaris yang bersikap dingin terhadap dirinya. Asahi harus mengubur dua hal sekaligus.

"Asa tidak suka Leon, Asa mau Jaehyukie yang dulu" Asahi berkata lemah. Dia tidak menangis, namun tetap mempererat pelukan Doyoung padanya.

"Capek ya? Dijadiin mainan sama mereka" Doyoung tidak berniat untuk menghibur Asahi, dia ingin Asahi mengeluarkan semua beban pikirannya.

"Doyoungie juga kecewa ya?" Asahi balik bertanya.

"Tidak. Aku kesal" Balas Doyoung. Dia kesal pada dirinya sendiri, karena telah menyukai yang tidak seharusnya ia sukai.

"Yedamie anak baik. Justru Doyoungie yang jahat ke dia"

"Kok kamu belain dia?"

"Kenyataannya begitu, kok. Yedamie jadi sendirian karena dijauhin sama temen-temen yang lain. Doy, Asa juga pernah di posisi Yedam. Meskipun Asa ngga sampe dimusuhin, tapi sendirian kaya gitu ngga enak" Asahi menceramahi Doyoung.

"Tck, iya aku yang salah. Sekarang kita makan dulu" Doyoung menyudahi obrolan mereka. Dia menarik turun Asahi dari kasurnya untuk di bawa turun ke ruang makan.

Masalah mereka sama, tapi mereka ada di posisi yang berbeda. Seharusnya sudah saatnya mereka memahami sudut pandang orang lain di seberang sana.

---

Pasangan ibu dan anak kelyarga Nakamoto sedang menyiapkan keperluan mereka untuk pesta barbekyu di halaman belakang. Mashiho sedang menyiapkan perapian, lalu ada sang ibu yang membawa bahan makanan dari dapur. Kegiatan ini hanya dilaksanakan untuk keluarga mereka saja, sekaligus acara me time karena agenda kerja para orang tua yang membuat mereka jarang berkumpul bersama.

"Appa bilang pulang jam berapa, eomma?" Tanya Mashiho pada sang ibu.

"Seharusnya jam delapan sudah sampai rumah. Mungkin terkena macet malam tahun baru" Nyonya Nakamoto melirik jam dinding di ruang tengah yang menunjukkan pukul 8.20 malam.

"Apa kita perlu menunggu appa untuk mulai memasak? Sepertinya appa akan suka kalau kita sudah menyiapkan semuanya saat dia tiba nanti" Ibunya menyetujui opini Mashiho, kini mereka mulai memasak beberapa potong daging dan sayur lain di atas pemanggang.

Waktu hampir menunjukkan pukul 9 malam ketika terdengar suara pintu yang dibuka dengan terburu-buru oleh seseorang. Ayah Mashiho telah sampai di rumah lengkap dengan kemeja yang ia kenakan sejak pagi tadi.

"Selamat da-""Bereskan barang-barang kalian. Kita harus segera pergi dari sini" Sambutan Mashiho terpotong oleh perintah ayahnya.

Nyonya Nakamoto melihat suaminya dengan tatapan penuh tanda tanya. Mereka berdua hanya diam sambil saling bertatapan, seakan melakukan obrolan lewat isi kepala masing-masing.

"Kita makan dulu, appa. Aku dan eomma baru saja-""Tinggalkan saja, Cio. Kita tidak punya waktu lagi" Kali ini sang ibu yang memotong perkataan Mashiho. Mashiho yang tidak paham arah pembicaraan orang tuanya memutuskan untuk menurut tanpa penolakan lain.

9.00 malam

Keluarga Nakamoto membereskan barang-barang penting seperti dokumen berharga, uang, dan beberapa pasang pakaian. Mashiho juga membawa serta ponsel dan chargernya ke dalam tas sekolahnya yang berukuran cukup besar.


9.15 malam

Tuan Nakamoto mematikan perapian yang mereka biarkan menyala sejak tadi. Selain itu nyonya Nakamoto memutus sambungan telepon rumah. Mashiho menyempatkan diri mengisi botol minumnya.


9.20 malam

"Kemarikan HP mu" Tangan tuan Nakamoto menggesturkan telapak tangannya pada Mashiho. Mashiho yang masih bingung dengan keadaan sempat terdiam sejenak sebelum memberikan ponselnya pada sang ayah.

"Appa, kenapa dipatahkan?" Kartu sim milik sang anak dikeluarkan dan ditekuk menjadi dua hingga patah oleh tuan Nakamoto.

"Kita akan beli yang baru nanti. Sekarang kita harus pergi tanpa jejak" Begitulah titah sang ayah.


9.25 malam

Ketiga anggota keluarga Nakamoto berjalan keluar dari rumah pergi ke suatu tempat yang gelap. Di sana ada sebuah mobil sedan yang teronggok bisu di ujung jalan. Tuan Nakamoto memerintahkan anak dan istrinya untuk masuk lebih dulu selagi dia memeriksa keadaan.


9.29 malam

Mesin mobil mulai dinyalakan dan siap berangkat. Tuan Nakamoto mulai bersiap untuk memutar arah mobil dengan cepat.


9.30 malam

Seseorang berdiri tepat di depan jalan yang mereka lewati sebelumnya sambil menodongkan pistol tepat ke arah tuan Nakamoto. Baru saja pedal gas mobil hendak diinjak, terdengar dua suara tembakan yang disertai bunyi ban yang pecah. Mobil tidak bisa lagi bergerak maju.


9.31 malam

"Umurku sudah lebih dari setengah abad dan kalian masih saja mengajakku bermain petak umpet" Suara laki-laki sepuh terdengar tepat di kursi kosong paling belakang. Pasangan Nakamoto terhentak kaget, Mashiho nyaris terpekik karena suara asing yang tiba-tiba ia dengar.

"Karena aku sudah menemukan kalian, sekarang giliranku yang bermain. Permainannya akan ku buat lebih lama supaya si kecil ini bisa menikmatinya seperti dulu" Tangan kasar dengan aroma khas menyentuh pipi kanan Mashiho yang masih terbujur kaku ketakutan.


9.33 malam

segerombolan orang mengerubungi mobil keluarga Nakamoto seperti semut yang mengelilingi madu. Pintu mobil berhasil di buka, mengeluarkan mereka semua secara paksa.


9.35 malam

Mashiho dan orang tuanya pergi meninggalkan barang bawaan mereka di dalam mobil. Pergi ke tempat antah berantah yang tidak pernah Mashiho bayangkan sebelumnya.

Identity || Treasure MultishipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang