Another Bad Day

142 15 0
                                    

Sekarang saatnya Yedam memberanikan dirinya untuk berbicara dengan Doyoung. Dua bulan lebih keduanya berada dalam situasi yang sulit, bahkan Doyoung memutuskan untuk pindah dari bangku lamanya.

Yedam duduk tepat di sebelah tempat duduk Doyoung, mengurungkan niat si dominan untuk beranjak keluar kelas.

"Aku mau bicara" Kata Yedam dengan gamblang.

"Ngga minat" Doyoung membalas ketus.

"Kalau gitu, duduk di sini dulu" Seolah memahami makna sebaliknya, Yedam justru meminta Doyoung untuk tetap duduk. Yang mengejutkan adalah Doyoung tidak benar-benar pergi seperti kata-katanya.

Baru saja Yedam ingin membuka topik obrolan, pengeras suara di dalam kelas menyala tanda akan ada pengumuman. Sebagian besar dari para siswa menghentikan kesibukan mereka agar dapat menyimak dengan baik isi dari pengumuman tersebut. Suara kepala sekolah terdengar dari pengeras suara.

"Selamat siang, semuanya. Semoga hari kalian menyenangkan. Setelah melewati berbagai macam pertimbangan dan ketentuan yang berlaku dari Adhigana High School, hari ini saya akan mengumumkan untuk kedua kalinya jajaran nama calon alumni yang akan lulus pada musim panas nanti.

Yang pertama dari jurusan IPA, dia adalah Kanemoto Yoshinori dari kelas 12 IPA 1. Selanjutnya ada Kim Junkyu dari kelas 12 IPS 1 dan Park Jihoon yang selama ini memakai marga Lee dari kelas 12 IPS 2. Setelah pengumuman ini, mereka bertiga juga akan dibebaskan dari ujian praktik serta ujian akhir sekolah yang akan diselenggarakan sebentar lagi.

Sekali lagi, saya dan jajaran alumni Adhigana High School selaku senior mereka, mengharapkan kerja sama kalian dengan ketiga calon alumni tersebut serta Yedam dan Jaehyuk yang telah diumumkan sebelumnya. Terimakasih, selamat melanjutkan aktivitas kalian masing-masing"

Suasana di luar kelas menjadi ramai seketika, sepertinya salah satu di antara ketiga lelaki AGHIS itu cukup terkenal di antara para siswa. Beberapa gadis mulai ramai dan saling berbisik heboh satu sama lain.

Kembali ke dalam kelas, Yedam melihat dengan baik bagaimana Doyoung bereaksi terhadap pengumuman itu. Bukan lagi reaksi kesal, yang kini cenderung terlihat malas.

"Kamu juga bakal benci sama mereka?"

"Buat apa? Aku ngga kenal mereka" Doyoung menatap sinis orang di sebelahnya.

"Terus kenapa kamu bisa benci sama aku sebelum kenalan sama aku?" Telak. Yedam mengingat seberapa tidak suka dan masa bodonya Doyoung saat Yedam ingin menyanyikan lagunya sendiri di karoke.

Yedam ingat dengan jelas bagaimana perubahan wajah Doyoung yang menjadi sinis terhadap dirinya saat memutuskan untuk mengungkapkan siapa Yejun sebenarnya. Yedam juga mengingat dengan jelas nada piano yang mengalun saat Doyoung menuntun jemarinya. Dua hal yang sangat berbeda.

"Bukan urusanmu"

"Jadi urusanku karena kamu melakukannya padaku, Doyoung-ah. Jadi urusanku karena kamu adalah salah satu objek penelitian ujian akhirku"

Doyoung menatap sangsi Yedam saat mendengar kata objek penelitian. Si submisif itu tergolong berani karena menyebutkan kata tersebut pada orang yang bahkan tidak menyukainya. Menurut cerita dari para alumni, bahkan yang sedang dalam intensitas baik pun bisa menimbulkan konflik jika tau tentang masalah objek penelitian ini.

Ingatkan Doyoung untuk tidak bermain fisik pada Yedam. Tangannya sudah sangat ringan untuk melayang menuju wajah orang yang ada di sampingnya itu.

"Kamu membenciku karena aku telah berbohong soal Kang Yejun. Aku sudah jujur sekarang, tapi sepertinya kamu makin membenciku. Standar mu ganda tuan Kim"

Yedam menatap balik manik Doyoung yang berapi-api penuh amarah. Dari semua orang yang tengah dia usahakan untuk mendapatkan jawaban lain, Doyoung adalah orang yang paling sulit ditaklukkan.

"Seandainya aku terus menjalankan peranku sebagai Kang Yejun, apa yang sebenarnya akan kamu katakan padaku hari itu?" Diam. Yedam menunggu jawaban, sedangkan Doyoung memilih bungkam.

"Dengar Doyoung-ah. Selama aku mengenalmu dan juga aku menggunakan logikaku dengan baik, kamu adalah orang paling egois yang pernah lingkungan mu temui.

Kamu bilang, kamu menemani Asahi karena dia selalu sendirian. Kenyataannya, sepupumu itu tidak bisa berteman baik karena intimidasimu pada orang yang mendekatinya. Posesif"

Dari garis mukanya, Doyoung terkejut saat Yedam mengetahui status di antara dirinya dan Asahi. Yedam membiarkannya seperti itu, tidak ada niatan untuk menjelaskan bagaimana Yedam bisa tahu.

"Kamu membenciku, dan kamu tidak ingin bersinggungan langsung dengan apapun tentangku. Bahkan untuk seorang teman yang ingin menyanyikan laguku. Bagaimana rasanya dekat dengan sosok yang kamu benci?"

"Ya. Bang Yedam. Satu hal yang harus kamu tau, bersikap seperti ini ngga akan membuatku minta maaf ataupun memperbaiki pertemanan kita. So, stop. Anggap aja kita ngga pernah kenal sebelumnya"

Doyoung beranjak pergi meninggalkan Yedam yang masih terduduk diam. Yedam sudah tahu betul akan menerima respon seperti itu dari Doyoung. Dia sendiri paham kalau langkahnya terlalu kasar.

Mau bagaimana lagi? Doyoung sudah memintanya untuk berhenti dan melupakan segalanya.

---

Satu kelas ramai dengan reaksi terkejut dari siswa yang ada di dalam nya. Lorong sekolah juga dipenuhi hiruk-pikuk siswa lain setelah adanya pengumuman mengenai calon alumni AGHIS selanjutnya.

Junkyu dan Yoshi lah yang jadi topik utamanya. Dua 'kembang desa' ini populer di kalangan siswa kelas 12 dan pengurus OSIS yang tengah menjabat.

"Junkyu-yaa, kenapa kamu ngga pernah ngasih tau aku? Ku kira selama ini kita dekat" Felix berpura-pura menyeka air mata.

"Kita deket kok, maaf ya Yeonbokie" Felix tertawa ketika Junkyu memanggilnya dengan nama korea buatannya sendiri.

"Berarti kamu ini orang kaya dong?" Itu pertanyaan dari teman kelasnya yang lain, yang satu ini cukup akrab dengan tindas-menindas.

"AGHIS tidak punya spp seperti sekolah pada umumnya, kenapa bisa bilang begitu?"

"Semua yang masuk AGHIS itu artis, orang kaya, atau yang jenius. Jangan mengelak, kamu pasti orang kaya" Kelas yang tadinya ramai dengan respon terkejut, kini menjadi hening karena aura dari seseorang.

"Kenapa? Kau mau uang?" Junkyu bertanya santai, tapi teman sekelasnya justru banyak yang merinding seketika. Ayolah, itu Junkyu si kembang desa.

"20 atau 30 juta aku rasa masih receh ditangan mu. Berikan aku recehan itu" Si lelaki ini antara bodoh atau memang kelewat berani.

Junkyu tersenyum, dirinya berjalan santai sambil mengeluarkan selembar cek kosong yang selalu ia bawa untuk sesuatu yang darurat. Contohnya seperti sekarang, dia ingin bermain sedikit dengan sosok di hadapannya.

"Tulis sendiri" Perintah Junkyu, dia memberikan cek kosong tersebut dan sebuah pulpen padanya.

Lelaki itu tentu semangat, sampai sengaja menambahkan satu buah angka 0 lagi dibelakangnya. Perlakuan itu tentu tidak luput dari perhatian Junkyu.

"Kamu bisa cairkan itu kapanpun" Tutur Junkyu, si lelaki tersenyum menang bak dapat hadiah undian.

"Tapi ingat satu hal, umurmu ngga akan cukup buat nikmatin uangnya barang sepuluh menit pun. Kujamin matimu tak berjejak"

Junkyu berbisik, memastikan hanya orang itu yang bisa mendengarnya. Usai berbisik demikian, Junkyu hanya tersenyum seolah tidak terjadi apapun di antara mereka berdua.

Si 'kembang desa' satu ini adalah sosok dominan dengan kuasa mutlak. Kamu menyentuhnya, dan dia akan bermain dengan nyawamu.

Selamat menikmati kertas 300 juta won itu.

Identity || Treasure MultishipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang