Jalan

209 22 0
                                    

Junkyu dan Mashiho berjalan beriringan di sore itu. Semenjak Junkyu bilang arah rumah mereka berdua sama, baik Junkyu maupun Mashiho sering saling menunggu untuk pulang dengan bus bersama.

Mereka berjalan menyusuri jalan setelah turun di halte dekat rumah mereka. Tidak ada obrolan di antara mereka, hanya hening yang nyaman menyelimuti keduanya.

Mashiho terdiam sejenak saat menangkap sosok yang cukup ia kenali. Selang beberapa detik, dirinya berlari menghampiri dua sosok di hadapannya.

"Mahiro!" Tangan Mashiho menarik sosok itu agar menjauh dari seseorang yang terpojok di dinding.

"Itu namanya pelecehan!" Mashiho terlihat sangat marah, tangannya mencengkram erat lengan Mahiro.

"Udah dibilang jangan ikut campur. Lo ngeyel banget sih" Mahiro menghempaskan lengannya dari cengkraman Mashiho, tenaga Mashiho memang kalah jauh untuk bertahan pada posisinya.

Tubuh Mashiho sedikit terhentak, beruntung di belakangnya ada Junkyu yang sedikit memberikan bantuan agar dia tidak jatuh. Mahiro menatap keduanya dengan wajah tidak bersahabat.

"Yoshi hyung ngga papa?" Mashiho menanyakan kondisi orang yang sedari tadi masih diam di dinding.

"Ng.. Ngga papa, Cio" Yoshi menjawabnya sedikit tergagap, dampak dari rasa kaget yang menyerang.

"Yaudah yuk, pergi dari sini" Tangan Mashiho meraih tangan Yoshi, namun urung bergerak karena tangan Yoshi yang lain diraih oleh Mahiro.

"Dia sama gue. Lo pergi sana" Usir Mahiro.

"Gak. Yang bener itu lo yang pergi"

"Badan lo tuh kecil, sekali gampar bisa pingsan. Pergi gak?"

"Jangan main fisik" Junkyu buka suara. Mahiro menatapnya sengit.

Mahiro melihat sekilas Yoshi yang hanya terdiam. Kemudian Mahiro mendengus kesal lalu pergi dari tempatnya seorang diri. Menyempatkan diri untuk mengadu bahu dengan Junkyu.

Mashiho ingin mengkonfrontasi Mahiro untuk yang kedua kalinya. Namun sudah ditahan oleh Junkyu sebelum Mashiho mengejar Mahiro.

"Sekarang pulang ya? Yoshi juga mau ikut kita?" Junkyu berbicara dengan nada pelan agar menenangkan suasana hati Mashiho.

"Ngga perlu, Jun. Lagian Mahiro juga udah pergi duluan" Dengan begitu mereka bertiga sepakat untuk berpisah jalan. Mashiho dan Junkyu melanjutkan perjalanan pulang mereka, dan Yoshi yang berjalan berlawanan arah dengan keduanya.

---

Jihoon dan Hyunsuk sepakat akan mengerjakan tugas kelompok mereka di tempat Hyunsuk bekerja. Hyunsuk bilang Cafe Law'oos cukup sepi saat menjelang malam.

Jihoon datang ke Law'oos jam 5 sore, ia lihat temannya sedang berdiri di belakang meja kasir. "Bisa mulai kapan, Suk?"

"Duduk dulu aja, aku mau nyari yang gantiin jaga kasir" Hyunsuk melepas beberapa atribut dari tubuhnya lalu masuk ke dalam dapur Cafe.

Dua jam mereka habiskan untuk fokus pada tugas kelompok dari sekolah mereka. Setelah selesai, Jihoon memutuskan untuk tetap di sana sambil makan malam.

"Tugas ini kan buat dua minggu lagi, kenapa kita ngga ngerjain waktu acara kemah?" Hyunsuk yang menemani Jihoon di mejanya sedikit terperanjat.

"Aku ngga ikut acara kemah" Jawab Hyunsuk.

"Ga diizinin sama orang tua kamu?"

"Aku harus kerja, Ji. Libur kerja seminggu itu kelamaan, toh juga acara kemahnya santai"

"Sekarang kamu bisa nemenin aku makan malem, berarti karyawan Cafe juga ada banyak kan?"

"Aku nemenin kamu cuma sampe kamu pulang, Ji. Abis itu lanjut kerja lagi sampe Cafe tutup. Beda cerita kalo aku ikut kemah seminggu"

"Kamu tetep butuh healing, Suk. Umur kamu masih muda banget buat make semua waktu kamu buat kerja terus"

"Kamu ngga tau aku ngalamin apa aja di hidup aku, Ji. Jadi aku harap kamu ngga ikut campur soal keputusan yang aku ambil buat diri aku sendiri"

"Sejauh apa yang boleh aku tau dari kamu?"

"Kenapa emangnya?" Suasana di antara mereka berdua menjadi tidak nyaman. Jihoon hanya ingin Hyunsuk tidak gila kerja, sedangkan Hyunsuk tidak ingin Jihoon ikut campur.

"Jihoonie hyung" Jihoon menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Itu Yejun bersama tiga teman lainnya.

"Ada Asa juga?" Hyunsuk melihat teman seapartemennya di samping Yejun.

"Tadi abis nonton film di bioskop" Yejun menempatkan dirinya di sebelah meja tempat Jihoon duduk.

"Gimana filmnya? Seru?"

"Seru banget, hyung. Apa lagi waktu mau abis ada plot twist nya. Masa villain nya.. " Cerita Asahi terpotong oleh suara tawa.

"Asa jadi bawel" Jaehyuk kembali terkekeh melihat Asahi memandang dirinya dengan cemberut.

"Kalau dia punya sesuatu yang disuka, nanti Asa bakal banyak cerita kok" Doyoung mengangguk tanda setuju dengan pernyataan Hyunsuk.

"Jadi gimana ceritanya, Sa? Lanjut lagi dong" Hyunsuk menoleh ke arah Asahi.

"Gajadi cerita" Mood Asahi memburuk.

"Hikun nya Jae lagi ngambek ya?" Jaehyuk bergelayut pada Asahi. Asahi hanya menatapnya datar tanpa menjawab.

"Terpantau kartu kuning dari Asa" Doyoung menimpali.

"Udah Jae, mending bulan pintu aja lah" Sambung Doyoung.

"Hah?" Yejun bingung dengan pernyataan Doyoung.

"Moon door Yejun sayang"

"Sok enggres" Cela Jaehyuk.

"Ributnya nanti lagi, kalian mau pesen sesuatu?" Lerai Hyunsuk.

"Asa kaya biasanya aja, hyung" Selain Asa, ketiga orang yang baru datang menyebutkan pesanan mereka masing-masing. Hyunsuk pergi untuk memberikan pesanan temannya pada staf dapur.

"Jihoonie hyung kesini abis dari mana?" Tanya Yejun.

"Hyung abis kerja kelompok sama Hyunsuk"

"Hyung, Asa boleh minta tolong?"

"Kenapa ga minta tolong sama Jae aja, Sa?" Jaehyuk ikut nimbrung, berakhir dapat tatapan sinis dari Asahi.

"Minta tolong apa?"

"Bujuk Hyunsuk hyung biar mau ikut acara sekolah, beberapa hari aja. Hyunsuk hyung ngga mau ninggalin kerjaannya di sini"

"Barusan sudah ku coba, Sa" Ekspresi Jihoon menjelaskan bahwa usahanya juga tidak berhasil. Asahi yang dasarnya pendiam hanya menatap kosong meja kasir tempat Hyunsuk sedang berdiri.

Asahi tidak ingat betul bagaimana cerita awal dekat antara dirinya dengan si kakak kelas yang sekarang jadi teman sekamarnya itu. Yang ia paham semenjak awal kenal hingga sekarang, Hyunsuk adalah orang yang pekerja keras sampai ke tahap gila kerja.

Berkali-kali menggantikan shift teman kerjanya, menghabiskan weekend nya seharian penuh di Cafe, dan selalu beralasan kerja jika diajak pergi bersama Asahi atau Mashiho. Hyunsuk sering pindah tempat tinggal, dari goshiwon sampai rumah susun. Tapi baik Asahi maupun Mashiho tidak pernah tahu menahu cerita apa yang Hyunsuk simpan sendiri.

Ah sepertinya mereka memang belum sedekat itu. Setahun rasanya masih kurang untuk mengetahui hal sensitif seperti latar belakang Hyunsuk.

"Hyung, sejauh apa Asa boleh kenal hyung?" Gumam Asahi tanpa diketahui oleh orang-orang di sekitarnya.

Identity || Treasure MultishipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang