Selama musim gugur berlangsung, para pengurus OSIS di SMA Diamond sibuk mempersiapkan kepengurusan yang baru. Setelah proses panjang dalam menyeleksi anggota OSIS yang baru, terpilih lah sebanyak 30 siswa yang kompeten dari kelas 10 dan 11.
Salah dua dari kelas 11 adalah Heesung dan Mashiho, mereka berdua juga merupakan kandidat ketua OSIS pilihan para pengurus kelas 12. Selain itu ada Asahi yang mendapatkan pencerahan dari Mashiho untuk mendaftarkan diri, sedangkan kelas 10 yang mengikuti jejak kakak pembimbing MOS nya adalah Inhong dan Jeongwoo.
Di minggu terakhir musim gugur, saatnya pemilihan ketua OSIS yang baru dilaksanakan. Hampir semua siswa ikut berpartisipasi dalam memberikan suara mereka, tentu terdapat siswa apatis yang tidak memilih atau memilih keduanya sekaligus.
Ruang OSIS dipenuhi oleh pengurus baru yang bertugas menghitung suara. Berkat kerja sama dengan bagian siaran sekolah, penghitungan suara dapat disaksikan langsung oleh para siswa melalui tv sekolah selama jam makan siang.
"Satu suara untuk... Total sementara..." Kurang lebih begitu kalimat yang diucapkan berulang lewat speaker besar di sekolah.
Haru mendatangi ruang OSIS sambil membawa kantong berisi dua sandwich dan dua botol air. Dia menanyakan keberadaan Inhong dan Jeongwoo pada salah satu pengurus baru.
"Inhong masih ngitung di dalem, kenapa?" Hanya Jeongwoo yang keluar dari ruangan itu.
"Berdua sama Inhong" Tanpa banyak bicara Haru menyerahkan kantong bawaannya pada Jeongwoo.
"Perhatian banget sih pacar orang, kalo gue sampe baper berarti salah lo ya" Jeongwoo mengambil kantong itu, ia menunjukkan kantong tersebut pada Inhong lewat jendela.
"Emang pengen ngebaperin elo" Jawab Haru singkat.
"Udah punya Ayoung, Ru. Jangan aneh-aneh" Mata Jeongwoo memicing. Haru mendekatkan wajahnya pada Jeongwoo, dia berbicara pelan.
"Kalo ngga ada Ayoung, lo mau gue baperin? Hm?" Jeongwoo terdiam sejenak, dia melihat dalam dua mata yang ada di depannya. Suara Haru yang berat untuk seusianya menjadi daya tarik sendiri, tidak baik untuk kesehatan jantung para submisif.
Setelah tersadar dari lamunanya, telapak tangan Jeongwoo mendorong jauh muka Haru. "Jangan aneh-aneh, Kim Haru"
"Halo, Jae hyung. Nyari Asa hyung ya?" Jeongwoo menyapa Jaehyuk yang baru saja tiba di depan ruang OSIS.
"Asahi lagi sibuk? Kalo sibuk gue titip ini aja, Woo" Jaehyuk mengangkat kantong berisi roti manis dan sebotol air.
"Jae hyung masuk aja, Asa hyung ngga tau kenapa lemes terus dari pagi" Jeongwoo sedikit bergeser dari posisinya berdiri untuk memberikan jalan bagi Jaehyuk.
"Woo, Minggu ada acara?" Tanya Haru yang masih setia berdiri di depan Jeongwoo.
"Kenapa?" Bukannya dijawab, Jeongwoo malah balik bertanya.
"Misi punten, Haru boleh masuk juga ngga, Woo?" Jehyuk kembali keluar dari ruang OSIS.
"Ngapain, hyung?"
"Asahi bilang lemes, tapi dia ngga panas. Haru tolong cek bentar boleh ngga?" Pinta Jaehyuk.
"Emangnya Haru ngerti, hyung? Perasaan bukan anak PMR" Tanya Jeongwoo sambil menggaruk bagian kepalanya yang tidak gatal.
"Gue ngerti dikit, boleh ngga?" Tanya Haru, Jeongwoo memperbolehkan Haru masuk. Mereka bertiga menghampiri Asahi yang terduduk bersandar tidak berdaya pada salah satu kursi di sana.
Sesuai permintaan Jaehyuk, Haru mencoba untuk memastikan kondisi Asahi sekarang. Suhu badan Asahi tidak panas, bahkan cenderung dingin akibat AC. Asahi sendiri mengeluhkan lemas berkepanjangan. Dengan beberapa pemeriksaan dasar lainnya, Haru bilang bahwa Asahi kemungkinan terkena anemia.
Jaehyuk mengantarkan Asahi ke UKS, Jeongwoo kembali pada tugasnya, sedangkan Haru kembali mengurus urusannya sendiri. Sesampainya di UKS Asahi duduk bersandar di salah satu ranjang di sana dan Jaehyuk mencari vitamin yang disebutkan oleh Haru sebelumnya.
"Asa makan dulu nih" Perintah Jaehyuk, tangannya menyerahkan roti manis yang sudah dibelinya. Asahi menurut dan mulai menghabiskan roti pemberian Jaehyuk.
Reaksi Asahi berbeda ketika Jaehyuk menyerahkan obat tablet kepadanya, ia menggeleng tanda tidak mau minum obat. Semakin Jaehyuk memaksa semakin keras juga gelengan kepala Asahi. Jaehyuk memilih mengalah karena melihat Asahi mulai menangis, ia hanya menyuruh Asahi tidur untuk beristirahat.
---
Sudah menjadi rutinitas mereka, Junkyu menunggu Mashiho selesai dengan urusan OSIS nya agar dapat pulang bersama. Usai pamit pada pengurus lain yang masih berada di sana, Mashiho bergegas menyusul Junkyu di ujung koridor sekolah.
"Jadi gimana perasaannya?" Tanya Junkyu.
"Biasa aja. Heesung pantes kok buat jadi ketua" Jawab Mashiho santai, dia secara tidak resmi memegang jabatan wakil ketos.
"Abis ini bakal sibuk ngurus sertijab" Lanjut Mashiho.
"Jangan sampe sakit, udah mau musim dingin jadi harus pinter jaga kesehatan" Nasehat Junkyu.
"Neee" Sahut Mashiho.
"Hyung, Junkyu hyung pernah jatuh cinta?" Mashiho berbicara kembali setelah jeda sesaat.
"Entahlah, ku rasa tidak. Mashiho sedang jatuh cinta?"
"Mungkin. Aku menyukai kehadiran dia, rasanya nyaman meskipun kita ngga sering ngobrol"
"Kalau menurutmu aku boleh tau tentang hal ini, dia perempuan atau laki-laki?"
"Aku submisif, hyung. Akan sangat sulit kalau aku menyukai perempuan haha" Jawabannya laki-laki, Mashiho menyukai seorang laki-laki.
"Orangtua ku keduanya tergolong dominan, mereka sering adu tinju jika sedang marah. Nasib baiknya mereka hanya keras satu sama lain, sedangkan aku diperlakukan dengan lembut dan jarang dimarahi.
Namanya anak, meskipun kerasnya bukan ke kita, ngeliat mereka kaya gitu tetep bikin aku takut. Lucu ya? Orangtuanya keras tapi anaknya ngga bisa liat kekerasan sama sekali" Ada tawa miris dibalik senyum Mashiho, dia menertawakan kenaifan dia sebagai anak yang lemah secara mental.
Junkyu tidak pandai dalam merangkai kata-kata manis, usaha terjauhnya adalah memberikan afeksi kontak fisik untuk memenangkan perasaan Mashiho. Tangan Junkyu tergerak meraih pucuk kepala Mashiho, diusapnya pelan rambut Mashiho yang dingin terkena angin musim gugur.
"Tidak salah menjadi orang yang lemah lembut, Cio. Orangtua mu membesarkan kamu bukan untuk jadi seperti mereka yang keras" Itu yang Junkyu ucapkan. Tidak ada kata manis, dia hanya mencoba memberikan ketenangan pada Mashiho.
Di minggu terakhir musim gugur, keduanya merasakan hangat di hati mereka masing-masing. Mashiho sudah memahami perasaan itu lebih dulu, sedangkan Junkyu masih menolak kenyataan bahwa rasa hangat itu benar terasa. Junkyu tahu jika perasaan ini tidak boleh berlanjut ke tahap yang lebih serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identity || Treasure Multiship
FanfictionSering mendengar istilah populasi 1%? Bagaimana dengan populasi 0,1% di mana hanya sesama alumni dan tenaga pengajar di sana yang tahu latar belakang pasti dari siswanya? Diceritakan tentang dua kehidupan sekolah yang dialami oleh anak-anak remaja...