Kepala sekolah meminta tolong pada siswa bagian siaran sekolah untuk melakukan siaran langsung secara mendadak. Masing-masing kelas telah diarahkan untuk tetap berada di kelas selama siaran.
"Selamat pagi anak-anak, sebelumnya saya secara pribadi meminta maaf atas permintaan dadakan saya kepada kalian semua untuk tetap berada di kelas saat jam istirahat. Seperti yang kalian ketahui bersama bahwa saya dan pak Seokmin selaku donatur utama sekolah adalah bagian dari alumni Adhigana High School.
Pada hari ini telah diumumkan dua calon alumni Adhigana High School selanjutnya. Mereka adalah Yoon Jaehyuk kelas 11 IPS 1 dan Bang Yedam atau yang kalian tau namanya Kang Yejun kelas 11 IPS 2. Saya dan pak Seokmin yang juga berperan sebagai senior mereka di sini mengharapkan kerja samanya dengan kalian semua"
Pengumuman langsung dari kepala sekolah membuat para siswa ramai dengan reaksinya masing-masing. Ada yang kaget, senang, dan juga bingung. Kelas yang paling ramai reaksinya adalah kelas dari para calon alumni.
"Jadi Yejun itu Yedam?"
"Padahal gue fans Yedam. Tapi kok tau beginian jadi sakit hati ya?"
"Selama ini dia ngefanboy diri sendiri?"
Kelas Yedam didominasi oleh bisik-bisik tetangga soal Yedam. Yedam tahu ini akan terjadi, apalagi namanya dulu adalah Yejun. Bahkan temannya di kelas termasuk Doyoung tidak ada yang memberikan reaksi positif. Yedam tahu kemungkinan ini, tapi tetap saja sedih tidak bisa dihindari.
"Ayo ikut aku" Jaehyuk tiba-tiba saja sudah berada di samping Yedam menggandengnya untuk keluar kelas. Yedam tidak menolak ketika tangannya ditarik, namun pandangannya tetap tertuju pada lantai.
Mereka berjalan ke ruang tamu khusus, ruangan yang digunakan untuk menyambut tamu penting oleh kepala sekolah. Status mereka sudah diumumkan, jadi bukan masalah besar untuk pergi ke sana.
Jaehyuk berbaring di salah satu sofa panjang di sana, membiarkan Yedam berada di atas tubuhnya. Yedam tidak berbicara sepatah katapun sejak di kelasnya tadi, kini dia hanya menenggelamkan wajahnya pada lipatan siku. Mood keduanya benar-benar buruk.
"Kalau mau nangis, nangis aja" Tangan Jaehyuk mengusap pelan puncak kepala Yedam. Meskipun mood dia juga buruk, Yedam tetaplah jadi prioritas utamanya.
Yedam tidak menangis, tidak juga membalas ucapan Jaehyuk. Dia hanya membiarkan situasinya tetap hening seperti itu. Yedam sibuk berperang dengan pikirannya sendiri. Apakah selama ini orang benar-benar memandangku seburuk itu? Salahkah jadi seorang penyanyi yang cepat populer?
"Apa aku perlu hiatus lebih lama?" Yedam berbicara pada dirinya sendiri, tidak menyadari bahwa suara pikirannya ikut terlontar dari mulut.
"Tidak perlu, orang di sekolah ini hanya sepersekian dari orang yang ada di sekitar kamu. Ada lebih banyak yang menyukaimu di luar sana. Jangan lupa juga semua anak AGHIS akan selaku mendukungmu" Jawab Jaehyuk.
Yedam mendongakkan kepala melihat Jaehyuk yang masih setia mengusap kepalanya. Omongan Jaehyuk memang tidak salah, tapi Yedam masih merasakan ada yang hilang dari cara bicaranya. Ada yang Jaehyuk hindari untuk dikatakan pada Yedam, setidaknya untuk saat ini.
---
Asahi memakan makan siangnya sambil termenung melamunkan hal lain. Mashiho dan Heesung yang duduk bersamanya hanya saling tatap mempertanyakan kondisi Asahi. Jika ditanya kenapa Asahi duduk bersama mereka, jawabannya adalah mereka berdua yang menghampiri Asahi yang tengah duduk sendirian.
"Sa, Asa lagi sakit?" Tanya Mashiho sambil menyentuh pundak Asahi. Asahi sedikit tersentak kaget saat tersadar dari lamunannya.
"Engga" Balas Asahi, ia lalu melanjutkan sesi makannya.
"Asa kaget denger kabar soal Jaehyuk sama Yejun ya? Eh, Yedam maksudku" Heesung menatap Asahi yang ada di depannya. Lagi-lagi hanya dijawab dengan gelengan kepala.
Mashiho melihat Doyoung berjalan sambil membawa nampan makan siangnya. Mashiho dibuat tertegun ketika hendak menyapa Doyoung untuk duduk bersama mereka, Doyoung bahkan tidak melirik ke arah mereka sedikit pun. Dilihatnya lagi ke Asahi yang semakin menundukkan kepalanya dalam.
"Sa, mau cerita sekarang atau nanti? Senyaman kamu aja mau ceritanya kapan"
"Jae jadi galak, Doyoung tiba-tiba marah, Yejun mainnya sama Jae terus" Asahi bersuara lesu.
"Sa, kamu tau kalo yang namanya Yedam itu Yejun kan? Tadi Heesung udah ngomong lho"
Asahi kehilangan tiga temannya sekaligus. Bukan dalam artian yang menyedihkan, tapi tetap terasa sesak terutama bagi Asahi. Dia mulai terbiasa dengan 'gang' berempat bersama teman-temannya, tapi tiba-tiba saja semuanya berubah. Termasuk Doyoung yang kini menjauhinya.
"Jadi Doyoung marah ke Asa karena Yejun?"
"Ngga gitu kok, Sa.. Mungkin Doyoung nya lagi badmood aja. Nanti kalo udah baikan bakal ngajak main Asa lagi kok" Mashiho menghibur Asahi meskipun sejatinya dia tidak tahu menahu apa masalah sebenarnya.
"Kenapa ya, AGHIS nutupin identitas siswanya yang belum lulus?" Heesung bertanya.
Para penduduk sudah paham betul dengan tradisi AGHIS yang mengumumkan jajaran siswanya saat mendekati kelulusan. Tapi alasan dibalik tradisi ini masih belum diketahui secara massal karena sejak awal AGHIS sudah dikenal sebagai sekolah elit di mana hanya orang berpengaruh saja yang bisa bersekolah di sana.
---
Sudah lewat setengah jam dari bel pulang sekolah berbunyi, Doyoung berlari kecil ke tempat mobilnya terparkir setelah selesai dengan piketnya. Dilihatnya Asahi tengah berdiri di depan pintu kemudi mobilnya. Asahi diam termenung menatap ujung kakinya sambil merapatkan jaket paddingnya.
"Minggir" Asahi tidak menggubris perintah Doyoung. Dia masih diam di tempat dan menatap ke arah Doyoung yang enggan melihatnya.
"Doyoung marah sama Asa?"
"Minggir, Sa" Doyoung kembali memerintahkan Asahi untuk bergeser dari tempatnya.
"Asa salah apa, Doy?"
"Lo selama ini tau kan, kalo Yejun itu Yedam? Makanya lo berani nampar gue waktu gue bilang yang engga-engga soal Yedam. Sa, gue percaya sama lo kok lo nya malah boongin gue sih? Lebih deket sama mereka yang cuma numpang sekolah itu, ya?"
"Asa juga gak tau.. Asa bahkan ngga tau kalo Jae itu Leon hyung, Doy" Asahi mencicit pelan.
"Loh, namanya Jaehyuk kan juga Jaehyuk. Kenapa jadi Leon hyung yang dibawa-bawa?"
"Ngga tau.. Kata Han hyung Jae itu Leon hyung"
"INI PADA LAGI MAINAN APAAN SIH ANJIR AARGH" Doyoung berteriak frustasi, Asahi yang sejak tadi takut pada Doyoung yang sedang marah sekarang jadi menangis karena kaget Doyoung berteriak di depannya.
Doyoung terdiam sejenak, dia menyadari ada yang salah dengan Asahi. Wajah Asahi yang tadi pucat jadi memerah akibat tangisnya."Bego, dari tadi kita masih di luar mobil. Masuk dulu, sekalian dianterin pulang"
Doyoung membukakan pintu penumpang pada Asahi. Segera dinyalakannya penghangat agar Asahi tidak semakin kedinginan. Asahi sangat lemah terhadap dingin dan sepertinya Doyoung telah membiarkannya di luar sampai ke titik Asahi jadi sakit.
Di sepanjang perjalanan pulang, Asahi menceritakan apa yang dialaminya hari sabtu kemarin sambil tersengguk habis menangis. Doyoung hanya mendengarkan tanpa ada niat memotongnya, dia tau dia yang salah di sini karena membuat Asahi kesepian.
"Maaf ya, udah bikin lo kesepian hari ini dan bikin lo sakit juga. Gue kira lo tau soal ini, ternyata kita sama-sama diboongin mereka. Istirahat dulu, gue temenin sampe Hyunsuk hyung pulang"
Selain bentuk permintaan maafnya, Doyoung memang terbiasa menemani Asahi saat sakit. Sepupunya ini punya sifat rewel jika sakit atau menjelang sakit. Terutama semenjak Asahi tinggal di Korea sendiri karena orangtuanya memutuskan untuk kembali ke Jepang, Asahi sering merengek ingin bertemu mereka.
Berteman dan memiliki circle yang sama dengan sepupu sendiri membuat Doyoung semakin memahami Asahi lebih jauh. Sepupunya ini anak yang pendiam dan sulit membuka diri. Dengan menjadi temannya tentu Doyoung bisa mengerti lingkungan seperti apa yang Asahi alami. Termasuk tentang perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Identity || Treasure Multiship
Hayran KurguSering mendengar istilah populasi 1%? Bagaimana dengan populasi 0,1% di mana hanya sesama alumni dan tenaga pengajar di sana yang tahu latar belakang pasti dari siswanya? Diceritakan tentang dua kehidupan sekolah yang dialami oleh anak-anak remaja...