Prolog 1

8.9K 666 45
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"Semoga keselamatan (diberikan) atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan."






•oOo•

Suara derap langkah kaki jenjang yang dibalut Louis Vuitton shoes mengalihkan atensi semua orang di sana. Hampir tiap-tiap mata yang melihat, seakan dibuat terpana, terkunci pandang mereka akan paras tampan dan penampilan berkelas dari pemuda berkulit putih susu itu.

Suasana cafe yang hening seketika menjadi riuh. Kendati demikian, sang pusat perhatian memilih tidak ambil pusing dengan ocehan orang-orang di sekitarnya. Ia hanya berjalan lurus, hingga mendudukan diri di kursi yang ada di sudut cafe.

"Yang lain pada kemana?" Tanya pemuda itu, sambil melepas kacamata hitam yang ia kenakan.

Chairil Naufal Pahlevi, anak tunggal salah satu konglomerat Indonesia yang tahun ini kekayaan bersihnya mencapai 35,7 Miliar US Dollar.

Seorang lain—pemuda dengan headphone yang melingkar di leher jenjangnya itu menggeleng pelan, tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan dari layar ponsel yang tengah ia genggam.

"Lo udah lama?"

Raffasya Ziyad Sakha, pemuda berhoodie biru dengan rambut coklat gelap itu kembali menggeleng singkat atas pertanyaan Chairil.

"Ck, nanya sama lo berasa ngomong sama orang yang gak punya mulut." Komentar Chairil.

Namun seperti biasa, Ziyad tidak peduli.

Chairil dan Ziyad punya sifat yang hampir serupa, sama-sama tidak suka banyak bicara. Itu sebabnya, sepuluh menit yang mereka lalui di cafe ini hanya diisi dengan hening, tanpa obrolan sama sekali.

"Udah waktunya, ayo ke markas." Ziyad berujar sesaat setelah melihat jam di tangan kirinya.

"Habisin dulu minuman lo." Peringat Chairil.

Melihat gelas minumannya masih terisi penuh, Ziyad yang sudah berdiri lantas duduk kembali. Ia kemudian menghabiskan minumannya dengan tidak terburu, sampai tandas seluruhnya.

Usai membayar makanan mereka, Chairil dan Ziyad melangkah meninggalkan cafe tersebut.

"ARIEL!!!"

Langkah Chairil dan Ziyad yang baru hendak menaiki motor Vespa mereka terhenti, keduanya kompak menoleh ke arah sumber suara. Ternyata, suara itu berasal seorang perempuan yang kini berlari kecil menuju ke arah mereka.

"Ariel? Ini beneran kamu? kamu kemana aja? aku nyariin kamu!" Cerca perempuan berambut pirang itu, namun Chairil malah memicingkan matanya.

"Lo kenal gue?" Chairil balik bertanya.

Perempuan itu melotot.

"Kenal, lah! Aku Sandra! Masa kamu gak inget, sih?!" Marah perempuan itu.

Sandra, ya? Chairil inget sih kalau dulu pernah punya cewek yang namanya Sandra, tapi gak yakin orangnya yang ini apa bukan.

"Terus lo mau apa?" Tanya Chairil to the point.

"Aku mau kita balikan, Riel. Jujur, selama enam bulan ini aku stres banget, aku selalu mikirin kamu, aku gak bisa hidup tanpa kamu." Ujar Sandra.

"Lah ini masih hidup?"

Sandra berdecak. "Bukan gitu, pokoknya aku gak mau kita putus, aku masih sayang sama kamu, Riel. Kamu juga masih sayang kan sama aku?"

Gaul-Gaul SholehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang