17

1.4K 260 2
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"Semoga keselamatan (diberikan) atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan."

•oOo•


Chairil hari ini shalat dzuhur di masjid, sebenarnya sih biasanya Ariel kalau shalat dzuhur di rumah. Tapi karena lagi galau karena ditolak, makannya Ariel I'tikaf di masjid. Manusia gitu banget ya, deket sama Allah kalau ada maunya doang.

Tapi gak papa, sih, Allah kan emang seneng kalau dimintai sama hamba-Nya. Allah baik banget ya, kita datang karena ada maunya doang, bukannya marah, Allah malah makin saya sama kita.

"Udah lama di sini?" Chairil langsung kaget pas ada yang manggil, ternyata itu Ustadz Malik.

"Eh, Pak Ustadz?" Chairil langsung cium tangan.

"Kamu ada masalah apa?" Tanya Ustadz Malik sambil duduk, diikutin sama Chairil.

Chairil sebenernya agak segan kalau harus cerita masalah ini sama Ustadz Malik, tapi-kalau dipikir-pikir gak ada salahnya juga sih, mungkin aja Ustadz Malik bisa kasih jalan keluar, paling enggak kasih nasihat buat Chairil.

"Kalau punya niat baik itu pasti Allah bantu, kan Pak Ustadz?" Chairil memulai konversasi.

Ustadz Malik mengangguk setuju.

"Pasti, emang kenapa?"

"Katanya orang yang mengandalkan Allah pasti akan berhasil, tapi kemarin saya ngelamar cewek kok ditolak? Padahal niat saya mau menyempurnakan agama, saya udah tawakkal juga, kok masih gagal?" Chairil bertanya.

"Emang siapa perempuan yang nolak kamu?"

Heran aja, Chairil tuh secara fisik ganteng, secara intelektual dia pinter, secara materi dia anak orang kaya, secara akhlak dia baik, sopan, sholeh pula. Cewek mana yang nolak laki-laki kayak Chairil?

"Ada lah, temen kuliah." Sebenarnya sih mau bilang nama, tapi Hafshah kan masih orang sini, takut-takut kalau ustadz Malik tahu.

"Kamu udah kenal lama sama dia?" Tanya Ustadz Malik lagi.

"Baru kenal dua hari." Bukan kenal sih, tapi lebih tepatnya mereka baru ketemu dua hari.

"Terus ikhtiar kamu apa?"

"Belum ada, belum sempet ikhtiar. Tapi tawakal kan lebih penting dari ikhtiar?" Jawab Chairil polos.

Alih-alih marah atau mendebat, Ustadz Malik malah tertawa. Beliau merangkul bahu anak muda itu.

"Ikhtiar itu emang bukan kebutuhan, tapi sebuah kewajiban. Kita gak butuh ikhtiar, karena yang kita butuh itu cuma Allah. Tapi kita tetep harus ikhtiar, karena ikhtiar itu Allah yang suruh. Jadi gimana kita mau minta pertolongan Allah, kalau kita sendiri gak melaksanakan kewajiban kita sama Allah."

"Jadi saya salah Pak Ustadz?"

"Bukan salah, tapi kurang tepat. Tawakkal dan yakin sama Allah itu gak salah, tapi persepsi kamu yang mengesampingkan ikhtiar, itu keliru. Gak boleh seorang muslim mengesampingkan kewajibannya kepada Allah."

"Tapi menikah muda itu bagus kan Pak Ustadz?" tanya Chairil memastikan.

"Bagus! Saya dukung kalau kamu mau nikah muda. Tapi tetep harus ada pertimbangan bukan karena kita gak tawakkal, tapi seorang muslim itu gak boleh ceroboh, harus bijak, harus cerdas." Ustadz Malik menjeda kalimatnya.

Gaul-Gaul SholehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang