53

929 197 2
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"Semoga keselamatan (diberikan) atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan."



•oOo•

Sesuai janjinya pada Yola kemarin, hari ini Arjuna menemui gadis itu kembali. Walau Clarissa sudah memperingati untuk memilih waktu lain, namun Arjuna abai. Masalah ini harus ia selesaikan secepat mungkin sebelum akhirnya malah berlarut-larut.

Hidup adalah pilihan, dan kalau Arjuna bisa milih, mati di tangan Jordi rasanya lebih baik dibanding harus terus hidup diselimuti rasa bersalah.

"Arjuna!" Pekik Yola girang.

Pekikan girang itu menyambut Arjuna sesaat setelah ia membuka pintu ruang rawat milik Yola.

Kendati dengan wajah pucat, senyum raut gembira di wajah cantiknya amat kentara. Pun infus yang masih berada di tangan kirinya tidak mengurangi senyum manisnya. Seolah Yola tidak memiliki beban dan tidak merasakan sakit sama sekali.

Kadang Arjuna bertanya, kemana perginya rasa benci dalam hati gadis itu? Mengapa ia masih bisa tersenyum begitu lebar bahkan pada orang yang telah mengukir luka amat dalam pada hatinya?

"Jangan banyak gerak, kata Dokter kamu masih belum sembuh total." Peringat  Arjuna seraya duduk pada kursi di samping tempat tidur gadis itu.

Yola mencebik.

"Sakit kayak Yola kan sembuhnya lama, Juna. Kalau gak banyak gerak, badannya Yola malah nanti sakit-sakit." Ujar gadis itu mengeluh.

Arjuna tersenyum tipis. Jika didalami, kalimat yang Yola utarakan itu begitu menyayat hati. Intinya, Yola sendiri sudah merasa lelah dengan keadaannya. Hanya saja ia terlalu polos, tidak dapat memilih diksi dan nada yang tepat, sehingga tidak dapat sepenuhnya mewakili apa yang tengah ia rasakan.

Terkadang Arjuna merasa, bahwa masalah ini terlalu pelik untuk gadis sepolos Yola. Namun di sisi lain, imannya berkata Allah adalah Dzat Yang Maha Bijaksana. Tidak ada setitik cacat atas takdir yang Ia tetapkan pada makhluk-Nya. Apa yang menjadi ketetapan Allah, tidak akan pernah salah.

"Juna?"

"Ya?" Arjuna terkisap.

"Juna kok ngelamun? Ada apa?"

Arjuna menggeleng pelan, ia meneruskan langkahnya dan duduk di kursi yang berada di sisi tempat tidur gadis berbaju merah muda itu.

"Gak papa. Kamu gimana keadaannya? Katanya kemarin demam?" Arjuna bertanya dengan lembut.

Yola menggeleng cepat.

"Yola enggak demam! Cuma panas badan sama pusing-pusing," Ujar gadis itu mengelak.

"Itu namanya demam."

Yola mencebik kelas.

"Ish, dibilang bukan demam! cuma panas badan pusing-pusing aja." Yola tetap bersikukuh.

Arjuna tertawa kecil.

"Yaudah iya, cuma pusing sama panas badan." Ujar Arjuna pada akhirnya yang tidak ingin berdebat.

Yola tersenyum cerah.

"Oh, iya, Juna mau liat sesuatu, gak?" Tawar Yola pada Arjuna.

"Apa?"

Yola melihat ke arah pintu kamar rawatnya, seperti tengah memastikan jika tidak ada siapapun di sana. Gadis itu kemudian mengeluarkan sebuah buku dari bawah bantal tidurnya.

Gaul-Gaul SholehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang