35

1K 205 0
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"Semoga keselamatan (diberikan) atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan."

•oOo•

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Tidak ada satu huruf pun dalam Al-Qur'an yang salah, apalagi satu ayat, apalagi sampai dua ayat yang diulang sebagai tanda penegasan. Maha Benar Allah Yang Maha Agung.

Rendi tidak pernah menyangka jalan keluar dari masalahnya akan Allah tunjukkan secepat ini. Ternyata benar, alaaa inna nashrallahi qariib, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Kita hanya perlu bersabar, sedikit bersabar, mungkin sedikit sulit, tapi wabasyirissobirin—sampaikan berita gembira pada orang-orang yang sabar.

"Kenapa mukanya pak Dokter? seneng banget roman-romannya hari ini." Tanya Haidar seraya merangkul bahu temannya yang baru saja memarkirkan motor vespa biru tua miliknya.

"Apa sih." Rendi menepis tangan Haidar risih, kemudian turun dari motor sambil melepas sarung tangan dan jaket kulit yang ia pakai.

"Ck, kebiasaan temen lu Nan! punya berita bagus gak pernah bagi-bagi." keluh Haidar pada Ananda yang tentu saja tidak direspon sama sekali.

Mereka bertiga jalan ke fakultas kedokteran. Btw mereka kalau nongkrong kalau gak di farmasi ya di FK, jarang nongkrong di fisip. Gak tau, padahal anak fisip gak kalah cantik-cantik. Eh astagfirullah.

"Eh, itu cewek yang kemarin bukan?" tanya Haidar pas liat dari jendela ada cewek yang kemarin dibanting hp nya sama Rendi. mana dia duduk di kursi yang biasa Rendi dudukin lagi. Wah, bener-bener nyari penyakit nih orang.

Dia Aluna, sepupu gue.

Perkataan Ikrimah langsung terngiang di kepala Rendi. Ia menghela napas berat, kakinya lanjut melangkah memasuki kelas dan berjalan menuju kursi yang biasa ia duduki. Melihat Rendi yang berjalan ke arahnya, kedua bola mata gadis berambut sebahu itu seketika langsung berbinar.

"Selamat pagi mas Rendi!" Sapa Aluna semangat, namun yang disapanya hanya membuang muka.

"Minggir." Usir Rendi sembari menendang pelan kursinya yang sedang Aluna duduki.

"Mas Rendi apa kabar?" alih-alih menyingkir, Aluna malah balik bertanya dengan nada ceria seolah ia tidak tengah melakukan kesalahan apapun.

"Gue bilang pergi, lo tuli?" Ucap Rendi sarkas.

Aluna menggeleng semangat.

"Enggak! Luna gak tuli! kalau mas Rendi gak percaya, coba aja bilang I Love You, pasti Luna denger, kok!" balas Aluna dengan senyum lebarnya.

Rendi menatap gadis itu tidak habis pikir.

"Aneh." Katanya pada Luna.

Sempat gadis itu terdiam, namun satu detik berselang, senyum cerahnya kembali mengembang.

"Gak papa, kalau aneh itu biasanya gampang diinget susah dilupain. Jadi Mas gak akan lupa sama Aku! Eh, mana mungkin sih ada suami yang lupa sama istrinya sendiri, kan nanti kalau udah nikah kita tinggalnya serumah." Balas Aluna.

Kegigihan Aluna sontak membuat Haidar bergidik.

"Gue sekarang ngerti kenapa Rendi gak suka sama dia, CCS soalnya." bisik Haidar pada Ananda.

Gaul-Gaul SholehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang