47

893 188 2
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"Semoga keselamatan (diberikan) atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan."

•oOo•

Wajah pria berdarah Turki-Minang itu nampak lebih cerah dari biasanya. Hal tersebut sontak mengundang rasa heran dari pemuda berambut cokelat itu—Haidar. Jarang-jarang Miftah terlihat senang sampai sebegitunya, ada apakah gerangan?

"Kenapa cerah banget muka lu, Bang? kayak abis ketemu bidadari aja." Haidar berkomentar.

Omong-omong setelah kejadian kemarin, hubungan Haidar sama Miftah gak ada gap sama sekali. Mereka udah sama-sama dewasa lah, Haidar juga tahu kalau masalah perasaan gak bisa dipaksa. Kalau Miftah pilih Gina, Haidar bisa apa?

"Emangnya Abang senengnya ketemu cewek doang, Bang Miftah mah kalau mukanya seneng paling karena skripsinya udah di ACC." Ziyad mengoreksi perkataan Haidar.

"Lu anak kecil tahu apa, sih? jelas-jelas muka-mukanya dia girang karena abis ketemu cewek!" Misuh Haidar yang membuat Ziyad menekuk wajahnya masam.

"Kan cuma nebak." Ziyad mencebik kesal.

"Abis khitbah teh Asma, ya?" Tanya Haidar pada Miftah, kembali merecoki kakak tertuanya.

Miftah tersenyum tipis, ia melepas jaket yang dikenakan dan duduk di sofa berdampingan dengan Ziyad yang sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.

"Bukan." Jawab Miftah kemudian.

"Bukan yang mana, nih? Bukan abis ngelamar doang, atau bukan abis ngelamar Asma?"

"Yang kedua."

Semua orang yang ada di sana sontak menoleh ke arahnya, termasuk Rendi yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Kehadiran Rendi membuat Haidar menepuk dahinya, gawat, otw perang dunia ketiga dah nih.

"Abang punya gebetan lain selain kak Asma? siapa? apa jangan-jangan cewek yang kemarin di bawa pas baksos ya?" Ziyad menebak, nada bicara anak itu terdengar antusias.

Ck, dasar tidak mengerti keadaan!

Sementara Miftah tidak menjawab, hanya tersenyum tipis. Senyum tipis yang mengartikan bahwa kalimat yang Ziyad katakan adalah benar.

Haidar langsung melirik ke arah Rendi yang masih enggan mendudukan diri. Kedua tangan pria itu terkepal. Kan apa Haidar bilang. Kalau udah begini Haidar angkat tangan.

"Yad, temenin gua yuk ke depan." Ajak Haidar.

"Ngapain? Panas ah, males, ini gue lagi ngerjain tugas juga." Tolak Ziyad mentah-mentah.

"Ck, temenin buru!" Haidar narik-narik Ziyad.

"Ajak bang Ariel aja gih, dari tadi diem di kamar terus siapa tahu bosen." Tolak Ziyad lagi.

"Ngajak Ariel malah disemprot gue entar. Lagian dia kan lagi zoom meeting sama Bos-nya, bisa dideportasi ke Merkurius gue kalau sampai bikin kacau. Udah buruan!" Haidar memaksa.

Setelah dipaksa-paksa terus, akhirnya Ziyad mau walaupun dengan muka yang ogah-ogahan.

Lagian Haidar heran dah, nih bocah kenapa gak peka suasana banget sih? Udah liat muka Rendi gitu kayak mau makan orang, gini nih kalau kebanyakan main virtual, suka mati perasaan.

Sekarang cuma ada Miftah sama Rendi. Hubungan mereka berdua bisa dibilang memburuk. Kemarin Rendi hampir aja hajar Miftah kalau Haidar sama Chairil gak lerai mereka.

Gaul-Gaul SholehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang