48

885 195 8
                                    

♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"Semoga keselamatan (diberikan) atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan."


•oOo•

"Lo sekarang kayaknya makin alim aja Gin, kemana-mana pake pashmina, mana nongkrongnya bareng remaja mesjid lagi. Udah beneran hijrah lo?"

Pertanyaan temannya membuat Gina tertawa, gadis itu melepas pashmina miliknya disusul dengan blezer yang ia kenakan, menyisakan blouse pendek berwarna putih di sana. Guna kemudian memasukan kedua benda itu ke dalam tas miliknya.

"Enggak lah, yakali." Gina tertawa kecil.

"Terus kenapa dong? jangan bilang lo cuma pura-pura?" Gina menanggapi pertanyaan Marissa dengan menggedikkan bahunya acuh.

"Bisa iya, bisa enggak." Ungkap gadis itu.

"Ah, jangan bilang lo tiba-tiba jadi sok religius gini cuma mau deketin Miftah doang? lo kayak gini cuma supaya dia balik sama lo, kan?" Nikita-gadis berambut blonde itu menerka.

"Tapi kayaknya bakalan agak susah deh Gin, Miftah sekarang udah beda banget sama dulu. Terakhir gue ketemu, dia diajak salaman aja gak mau." Helen ikut menimpali.

"Elah, lo tahu kan Miftah dulu Religius juga, tapi pas pacaran sama Gina beberapa bulan, tahu sendiri jadi kayak gimana. Sekarang juga gak jauh beda lah, nanti juga asik lagi." Ucap Marissa.

"Iya sih, secara kan Miftah cinta mati sama Lo Gin." Ucapan Nikki membuat Gina tersenyum miring.

"Iya, bahkan saking patah hatinya pas lo selingkuhin, Miftah sampai chaos tau gak? Dia sampai pacarin banyak cewek di kampus, dan disakitin balik sama dia." Jelas Marissa.

"Haha, serius?"

"Serius, cuma setahun ini ya dia tobat."

"Tapi kemarin dia lamar gue."

"WHAT? SERIUS?"

Gina tertawa pelan menanggapi keterkejutan teman-temannya, ia mengangguk pelan.

"Terus lo terima?" Tanya Helen penasaran.

"Gue bilang pikir-pikir dulu. Cuma buat kita makin deket aja. Yakali, umur segini masih buat seneng-seneng lah, ngapain nikah? Ribet."

Ya, Gina memang tidak pernah berniat menikah muda, menurutnya itu pemikiran yang terbelakang. Masa muda itu harusnya digunakan untuk bersenang-senang, masih banyak hal yang ingin Gina lakukan. Untuk apa ia membelenggu diri dalam ikatan membosankan bernama pernikahan?

"Miftah dari dulu emang gak pernah berubah, ya? Masih polos, gampang banget Lo bohongin." Marissa geleng-geleng kepala.

"As you said before, dia cinta mati sama gue." Gina tersenyum miring.

"Terus lo sendiri gimana sama Miftah?"

Pertanyaan Helen membuat Gina terdiam. Miftah adalah pria yang baik, bahkan pria terbaik yang pernah Gina kenal. Mungkin semua kebaikan yang Gina lakukan akhir-akhir ini hanya sekedar sandiwara, tapi untuk masalah perasaan Gina tidak berbohong. Ia benar-benar menginginkan Miftah.

"Gak lah, dia bukan tipe gue."

Tidak tahu, rasanya gengsi sekali mengakui dirinya menyimpan perasaan pada seseorang. Gina merasa image nya akan hancur jika mengakui bahwa dirinya lah yang kembali jatuh hati pada Miftah.

Gaul-Gaul SholehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang