♡︎ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ♡︎
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
"Semoga keselamatan (diberikan) atasmu dan juga dilimpahkan atasmu rahmat dari Allah dan keberkahan."•oOo•
Rintik hujan mengguyur ibukota, membuat pria berjaket biru tua itu memarkirkan motornya dengan segera, dan berlari kecil menuju pintu rumah, kemudian membukanya dengan tergesa.
"Jun, baru pulang?"
Sapaan lembut sang ibu, membuat pria berkulit putih pucat itu langsung menerbitkan senyum manis di wajah rupawannya. Ia melangkah tergesa guna mencium tangan sang ibunda.
"Iya, Ma, baru selesai ta'lim." Jawab Ajun Jujur.
"Oh, kamu mau bersih-bersih dulu atau langsung makan?" Tanya Mamanya Ajun—Sekar.
"Makan dulu deh, Ma, Juna udah laper." Jawab Ajun sambil membuka jaket kulit yang ia kenakan, menyisakan kaos putih polosnya.
Sekar tersenyum hangat.
"Yaudah, sini jaketnya biar Mama cuci, biar besok bisa kamu pakai lagi." Pintanya, Sekar tahu jaket itu adalah jaket kesayangan putra semata wayangnya.
"Gak papa, Ma, biar Juna aja yang cuci." Tolak Ajun halus, dia gak mau ngerepotin Mamanya.
"Biar Mama aja, Jun, sini."
Akhirnya, mau gak mau Ajun kasih jaket itu ke Mamanya.
"Makasih, Ma." Kata Ajun, sebenernya dia gak enak kalau harus ngerepotin Mamanya terus.
"Sama-sama, sayang." Ujar Sekar sambil mengusap pelan kepala putra semata wayangnya itu.
Setelah itu, Ajun sama Mamanya jalan ke ruangan makan. Pas Ajun duduk di meja makan, Mamanya langsung ambilin piring dan siapin nasi sama lauk-pauk buat dia. Ajun makin ngerasa gak enak.
Sekarang udah lebih dari jam sepuluh malem, tapi Mamanya rela gak tidur sampai selarut ini cuma buat nungguin Ajun pulang. Dan gak berlangsung sekali dua kali. Padahal Ajun tahu Mamanya dari dulu palin gak bisa tidur malem.
"Mamah lain kali tidur duluan aja, Juna bisa makan diluar, kok." Ucap Ajun, dia gak mau Mamanya malah jadi sakit karena kurang istirahat.
"Mana ada sih Ibu yang bisa tidur selama putra semata wayangnya masih diluar. Lagian Mamah gak keberatan kok nungguin kamu, apalagi tujuan kamu keluar kan buat nuntut ilmu agama." Sekar membalas, seraya mengisi gelas putranya dengan air putih hangat.
Menanggapi kalimat dari ibundanya Arjuna tersenyum tipis. Dalam hati kalimat tahmid tak henti ia ucapkan. Alhamdulillah, Arjuna memiliki ibu yang sangat baik dan menyayanginya—anugerah terbesar yang sering manusia lupakan.
"Tadi taklimnya rame?" Tanya Sekar lagi.
"Alhamdulillah rame, Ma." Jawab Arjuna.
"Syukur kalau gitu, kamu jadi makin banyak temen." Balas Sekar dengan senyum hangatnya.
Arjuna mengangguk pelan.
"Kamu Mama tinggal gak papa, kan? Besok pagi Mama mau ke bandara, jemput papa." Ujar Sekar yang dibalas Ajun dengan anggukan semangat.
"Iya, Ma."
Sekar tersenyum tipis, mengusap kembali kepala anak semata wayangnya itu kemudian berbalik badan, namun sebelum Sekar angkat kaki dari sana, Ajun lebih dulu memeluknya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gaul-Gaul Sholeh
SpiritualGAPLEH | Gaul Tapi Sholeh *** "Kalau ada yang bilang anak mesjid itu gak asik, mereka belum kenal kita berarti." *** Cerita 7 orang pemuda yang tergabung dalam IPTII (Ikatan Playboy Tobat Insyaallah Istiqomah) yang tengah sibuk mencari jati diri dan...