14.

37 7 1
                                    

Di dimensi yang berbeda, tim Fukurodani sedang bertarung sengit melawan tim lawan di inter high.

"Akashi left !" teriak Bokuto untuk meminta toss dari Akashi, yang tentu saja di iyakan oleh Akashi.

"Bokuto san!" panggilnya sembari men toss bola ke arah kiri, tepat di titik Bokuto akan men spike.

"Horaa-kh" teriak Bokuto penuh semangat sebelum terhenti karena dengungan keras di kepalanya yang membuat spike nya gagal.

Tidak, serangan laki-laki bersurai hitam putih itu tidak gagal akibat di blog. Tapi memang benar benar keluar garis lapangan dengan hempasan kuat.

Bersamaan dengan jatuhnya bola, tubuh Bokuto yang harusnya mendarat seperti biasa juga ikut terjatuh. 

Akashi yang melihat senpainya jatuh pun dengan refleks menghampirinya.

"Aakkhhh!!!" Teriak Bokuto tertahan. Ia terlihat tidak bangkit, justru ia semakin meringkuk dengan tangan yang menarik surai hitam putihnya dan satu atau dua kali ia memukul kepalanya dengan keras.

Akashi berlari mendekati Bokuto, menyentuh bahu laki laki itu untuk menenangkannya. Begitupula dengan para pelatih dan anak anak lain yang ikut berhambur menghampiri tubuh Bokuto.

Saat Akashi menyentuh bahu Bokuto yang meringkuk, tubuh laki laki yang sering berteriak Hey hey hey itu melemas. Akashi dengan sigap merengkuh tubuh bagian atas Bokuto.

Di lain sisi, para pelatih sedang berteriak kalut memanggil petugas medis.

"Bokuto san Bokuto san! Kau dengar aku? Tidak, jangan tutup matamu. Kau harus tetap sadar!" panggil sekaligus pinta Akashi sembari sedikit menggoncang bahu Bokuto dan menepuk pipinya, berusaha mempertahankan kesadaran Bokuto.

Namun goncangan dan tepukan yang ia lakukan pada Bokuto terhenti saat merasakan rasa hangat yang mengalir di tangan dan celananya. Rasa hangat yang membuat Akashi terdiam dalam panik. Wajahnya pucat kala melihat rasa hangat itu tercipta dari liquid merah berbau anyir yang keluar dari hidung dan kedua telinga Bokuto.

"Bokuto san Bokuto san! Sadarlah! Apa yang sebenarnya terjadi? Sensei!!! Cepat, telinga- telinga Bokuto san berdarah!!!" Kalut Akashi yang kini semakin erat merengkuh tubuh atas Bokuto.

"Sakit Akashi, ini menyakitkan" rintih Bokuto lirih sebelum kesadarannya benar benar lenyap.

Pertandingan di hentikan. Petugas medis sudah datang dengan ambulance.
Di sepanjang perjalanan menuju RS pun darah Bokuto tak mau berhenti mengalir. Akashi ikut dalam ambulance bersama beberapa pelatih. Tubuh Akashi sendiri kaku shock melihat tubuh burung hantunya yang semula berada pada kondisi baik tiba-tiba terjatuh bersimbah darah.

"Akashi, lebih baik kau bersihkan tubuhmu dulu setelah tiba di RS nanti. Biarkan Bokuto ditangani dokter" tenang salah seorang guru mereka.

"Tapi sensei, Bokuto san kesakitan. Aku-aku mendengar dia merintih tadi. Ak-aku-"

"Tenanglah Akashi. Kami juga sama terkejutnya denganmu. Bokuto akan baik-baik saja" tenang pelatih itu lagi.

Akashi mengalah. Setibanya di RS, setelah melihat brankar Bokuto masuk ke ruang UGD.

Akashi pergi membawa tasnya untuk membersihkan diri di kamar mandi. Dan tanpa mereka sadari, anak anak Nekoma, terutama Kuroo juga langsung ke RS saat mendengar kabar bahwa sahabat mereka cidera.

Setelah penanganan selesai, Bokuto di pindahkan ke ruangan ICU. Di sanalah kini semua orang berada, tak terkecuali anak anak Nekoma yang sudah tiba.

"Apa yang sebenarnya terjadi pada Bokuto? Kenapa bisa sampai seperti ini?" tanya Kuroo lekat akan kekhawatiran.

DisguiseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang