Episode 23

81 23 3
                                    

Malam teman-teman, gimana kabarnya? Semoga selalu baik-baik saja dan selalu bahagia.

Yuhu, kita bertemu lagi di episode 23.

Ada yang gak sabar nih?

Yuk langsung aja ramein, jangan lupa vote dan komen ya.

Selamat menikmati dan...

Terlihat Ailin berbaring di atas kasur sambil menatap foto seorang perempuan yang diberikan oleh direktur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Terlihat Ailin berbaring di atas kasur sambil menatap foto seorang perempuan yang diberikan oleh direktur. Ia masih belum bisa tidur, padahal ini sudah sangat larut sekali, pukul 00: 29.

 Pikirannya dipenuhi oleh banyak pertanyaan yang mungkin salah satunya adalah benarkah semua yang dikatakan oleh direktur? Rasanya mustahil dan terdengar seperti fiksi, tetapi hal-hal semacam itu memang tak pernah bisa dijelaskan oleh logika. Jika betul, maka itu artinya sebentar lagi hal yang sangat mengerikan akan terjadi. Hah, haruskah percaya?

Lalu ia mendengar beberapa anak kecil tertawa nyaring yang saling bersahutan dengan suara tangisan. Ia pun beranjak dari keterbaringan dan membuka gorden jendela warna putihnya untuk melihat anak siapa yang bermain di malam-malam seperti ini. Dilihatnya ada tujuh anak kecil yang terdiri dari tiga anak laki-laki dan empat anak perempuan yang salah satunya adalah Arsil, nampaknya. Perawakan dan rambutnya mirip, terlebih dia membawa boneka pemberian Ailin.

 Terlihat ia berdiri agak jauh dari keenam anak yang lainnya sambil tertunduk dan terisak-isak, seperti tengah diasingkan.

Ailin beranjak keluar kamar, menuruni anak tangga, membuka knop pintu, lalu pagar dan menghampirinya dengan seiring Ara, Vanya, Misbah, dan Gusti keluar dari rumahnya masing-masing.

"Ailin, adik kamu sama temen-temennya .... '' ucap Misbah terpotong sambil mengerutkan dahi, sebab ia tak mengenal keenam anak berwajah pucat tetapi tetap manis itu, yang kemudian pergi dengan seiring lampu meredup lantas mati secara keseluruhan.

"Arsil, ayo masuk! Ngapain jam segini di luar, heuh?''

Anak perempuan itu mengangkat kepala sambil menyeka air mata dan menatap Ailin lekat-lekat serta Ara, Vanya, Misbah, dan Gusti secara bergantian. Ternyata bukan Arsil, jadi anak siapa dia? Begitu pun dengan keenam anak tadi, karena Ailin bersama teman-temannya belum pernah melihat mereka semua. Masa iya anak-anak dari komplek lain? Memangnya orang tua mereka tak khawatir anak-anaknya bermain malam-malam seperti ini? Namun jika dipikir-pikir dengan logika, mana mungkin pula.

"Jangan-jangan -'' gumam Ara, namun kalimatnya terpotong oleh anak tersebut.

"Yang gelap itu kematian dan kesepian, karena kita sendirian, selalu saja sendirian.'' Suaranya terdengar parau, menyedihkan, dan menakutkan.

Seketika mereka tertegun diam dengan jantung bergemuruh riuh, hawa yang sangat dingin menyergap, keringat dingin keluar dengan deras. Sebab rasa takut menyelinap masuk, membuat seluruh roma meremang.

Tahun Kabisat (New Version) -End-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang