Episode 5

190 38 5
                                    

Hai, semuanya. 

 Gimana kabarnya? Aku harap kalian selalu baik-baik saja dan selalu bahagia tentunya.  

 AKu kembali lagi dengan episode 5. 

Absen dulu ya, siapa aja nih yang udah nungguin?

Jangan lupa komen, vote, dan share jika berkenan ke teman-teman kalian. 

Ok, selama datang di dunia 29. 

Katanya dalam suasana tertentu ada dua pilihan antara melukai atau dilukai, bagiku itu bukan pilihan karena keduanya akan membuat kita tenggelam dan saat itulah tak akan ada yang mendengar tangisan kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Katanya dalam suasana tertentu ada dua pilihan antara melukai atau dilukai, bagiku itu bukan pilihan karena keduanya akan membuat kita tenggelam dan saat itulah tak akan ada yang mendengar tangisan kita.

~Prisilla~

Setelah diguyur air, Prisilla tak lagi masuk kelas, bahkan sampai sekarang sudah waktunya untuk pulang. Ke mana ia? Apakah masih di toilet? Ataukah sudah pulang? Begitu pula dengan Nadila sama-sama tak masuk kembali. Dan tak ada yang peduli mereka ke mana? Sudah pulang atau belum? Kecuali Vanya. Sungguh, mereka sangat-sangat memiliki jiwa yang begitu apatis. Terlalu asyik dengan diri sendiri sehingga lupa ada orang yang menderita di sekitarnya.

Terlihat Pak Irham beranjak, lalu disusul dengan siswa kelas XI Bahasa-5 yang pada akhirnya kini langkahnya terhenti oleh panggilan Audri.

"Lihat, ada  surat sama  bunga matahari di bangku Prisilla!'' tunjuknya.

"Aing penasaran,  itu surat cinta, ya?'' tanya Misbah seraya menghampiri Audri dan mengambil secarik kertas yang telah berdebu dan ujung-ujungnya terbakar. Namun, suratnya utuh. "Bukannya si Prisilla suka si Aldi? Bisa aja ini surat cinta buat si Aldi sama bunga matahari ini.'' Misbah menunjukkan bunga matahari tersebut dan ia merasa janggal.

"Najis,'' ungkap Aldi dengan dongkolnya.

"Ini bercak darah, kan?'' gumam Misbah seraya menatap lekat bunga matahari tersebut. Ia pun menyentuh dan menciumnya, benar ini adalah bercak darah. Lalu, ia membuka suratnya untuk memastikan bahwa dugaannya benar. "Suratnya ditulis sama darah, dong.'' Mulut Misbah menganga seraya membeliakkan mata, merasa kaget.

"Beneran?'' tanya Helen seraya mengerutkan dahi heran.

"Iya, lihat!'' Misbah menunjukkan ke seluruh teman-temannya, lantas ia tertawa. " Ini so sweet banget, kan? Dia niat banget nulis surat cinta sampai nulisnya sama darah, mana kena kelopak bunga mataharinya lagi.''

"Manis banget,'' ungkap salah satu dari mereka sambil tertawa pula.

"Aldi, terimalah bunga dan cinta Prisilla,'' ungkap Misbah dengan nada yang begitu puitis sambil menyodorkan bunga matahari tersebut kepada Aldi, suratnya akan ia bacakan dengan suara yang begitu keras agar teman-temannya tahu isi surat tersebut.

Dengan dongkol Aldi menepis bunga matahari itu, lalu menginjak-injak kelopaknya hingga hancur. Tidak, Prisilla tidak menyukai Aldi atau siapa pun di dalam kelas ini, itu hanya lelucon mereka saja.

Tahun Kabisat (New Version) -End-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang