"Lin, yakin nih mau nemuin Bu Anna?'' tanya Jovan yang kini tengah berdiri di depan gerbang rumah sakit jiwa terbesar yang berada di kota kepada Ailin yang tengah menatap lekat-lekat seorang perempuan berambut sebahu yang tak lain adalah Anna, tengah disuapi suster.
"Menurut kamu tolol?'' umpat Ailin kesal bukan main.
Ailin merasa sangat malas ada Jovan kini di sampingnya. Sungguh ia tak suka ada yang bertanya seperti itu. Dia sekarang berada di sini, itu artinya yakinlah. Ya, mana mungkin tak yakin.
Kemudian Ailin beranjak dengan diikuti oleh Jovan, meminta kepada satpam untuk memasuki rumah sakit karena akan menjenguk pasien bernama Anna yang kata direktur pernah terlibat ke dalam permainan terkutuk itu.
Ia berharap akan mendapatkan jawaban dari Anna perihal pertanyaannya perihal dengan cara apa untuk menyelesaikannya? Ataukah ada cara untuk menggagalkannya?
"Kalian berdua, siapanya Bu Anna?''
"Saudaranya,'' jawab Ailin dingin dan tentu saja berbohong.
Sungguh malas dengan segala basa-basinya, kenapa mesti ada pertanyaan? Apa susahnya mempersilakan masuk, bukankah tugasnya hanya menjaga dan membuka gerbang? Pikir Ailin kesal bukan main.
"Tapi saya tidak pernah melihat ade berdua sebelumnya datang untuk menjenguk Ibu Anna.''
"Mau izinin kita atau nggak?'' tanya Ailin seraya menyodorkan uang sejumlah Rp. 200.000 dan menatap sang satpam lekat-lekat serta penuh perintah, ambil uangnya lalu buka pintunya, maka perkara beres.
Terlihat Jovan mengerutkan dahi, sungguh Ailin orang yang sangat tak ingin bertele-tele. Dan terlihat satpam tersebut lekas-lekas mengambil uang yang Ailin sodorkan, lalu membuka pintu gerbang dan mempersilakan masuk.
"Benar, semua orang gila uang makanya banyak sogok menyogok sama korupsi,'' tutur Jovan yang disambut lirikan malas oleh Ailin.
Jovan menghela napas, padahal ia cuman ingin ada pembicaraan dengannya agar tak canggung tetapi respon Ailin lagi-lagi tidak mengenakkan hati.
Terlihat beberapa pasien berlarian seraya berteriak-teriak hal-hal yang tak jelas. Terlihat pula beberapa di antaranya ada yang tertawa, lalu selepasnya menangis. Ada yang tengah menimbang-nimbang boneka seperti layaknya bayi kecil yang bernyawa. Ada yang bercira sendirian seraya memainkan baju dan sebagainya.
Melihat hal itu membuat hati Ailin dan Jovan berempati sehingga mereka melangitkan harap, semoga semua pasien yang berada di sini segera sembuh dan berkumpul dengan keluarganya kembali.
"Permisi, Suster! Kami mau menjenguk dan sedikit berbicara dengan Bu Anna,'' ujar Ailin yang disambut hangat oleh suster.
"Baik, kebetulan makannya sudah beres. Bu Anna, ada dua anak remaja yang ingin menjenguk Anda,'' beritahu sang suster.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tahun Kabisat (New Version) -End-
Horor"Gelap itu kematian. Tersiksa itu kesepian. Ketidakadilan itu luka. Penyesalan itu tangisan. Oleh karena itu, carilah jawaban untuk menciptakan kisah yang indah. Lalu hati-hatilah, jangan sampai kamu sendirian." Pada setiap tahun kabisat selalu ada...