Episode 19

88 23 4
                                    

Jovan benar-benar tak bisa berkonsentrasi untuk belajar malam ini karena hal janggal di luar nalar yang telah terjadi cukup menggangu pikirannya bersama terkaan serta pertanyaan-pertanyaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jovan benar-benar tak bisa berkonsentrasi untuk belajar malam ini karena hal janggal di luar nalar yang telah terjadi cukup menggangu pikirannya bersama terkaan serta pertanyaan-pertanyaan. Apakah mereka yang dahulu terkena kutukan mengalami hal gila seperti ini sebelum mati? Betulkah mereka mati dengan cara yang mengerikan, dijadikan permainan iblis? Apakah mungkin pula kematian Elva berhubungan dengan kutukan tahun kabisat ini? Kematian kami akan sama mengerikan dengan kematiannya atau lebih? Pikirnya merasa cemas dan takut. Jovan sangat berharap bahwa ia dan yang lain selamat dari kutukan.

Lantas ia menyiapkan buku catatan untuk jadwal besok daripada diam tak melakukan apa-apa, belajar pun rasanya tak bisa dimulai meski dipaksakan. Ketika ia mengeluarkan semua buku catatan dari tasnya untuk digantikan, ia menyadari suatu hal bahwa boneka pemberian Nadila hilang entah ke mana?

Jovan sangat ingat betul bahwa dirinya tadi memasukkan boneka itu ke dalam tasnya, jadi mustahil jika tertinggal di dalam kelas. Apa mungkin diambil Jovanka? Akan tetapi mana mungkin, dari sepulang sekolah sampai semalaman ini Jovanka tak pernah masuk ke kamarnya sama sekali. Lalu, bagaimana bisa?

Ya, bagaimana bisa semua boneka dari Nadila yang telah diterima semua siswa-siswi kelas XI Bahasa-5 hilang begitu saja, termasuk punya Nadila sendiri? Ini aneh bukan? Pikir Vanya yang kini mengalihkan pandangan kepada Ailin yang sama-sama mengalihkan pandangan pula dari jendela kamarnya. Ya, rumah mereka saling bersebrangan.

"Bo-ne-ka pem-berian Nadila hi-lang!'' ujar Vanya mengejanya agar dapat dimengerti oleh Ailin. Gerakan mulutnya itu pun ia iringi dengan gerakan tangan untuk lebih meperjelasnya.

"Be-ne-ran?''

Vanya menganggukkan kepala.

"Bo-ne-kaku, juga hilang!''

"Hah?"

"A-ku, ke sana!'' Ailin menunjuk-nunjuk dadanya dengan jari telunjuk yang kemudian diacung-acungkan ke arah Vanya.

Vanya menganggukkan kepala dan terlihat Misbah yang rumahnya berdampingan dengan Ailin pun yang kebetulan melihatnya dan Vanya ikut keluar, karena merasa sangat penasaran kenapa malam-malam Ailin keluar rumah? Hal apa yang akan dibicarakan? Ah, jelas saja perihal hilangnya boneka-boneka pemberian dari Nadila, pikirnya.

"Lin, aku ikut!''

Ailin hanya mengalihkan pandangan sejenak, lalu mengerlingkan mata malas. Sungguh Misbah sama-sama menjijikkan seperti Elva, Lisi, dan Audri baginya. Ya, orang-orang yang suka menindas kelemahan orang lain sangat-sangat menjijikan dan memuakkan.

Tak lama dari itu Vanya keluar dari rumah dengan mengendap-endap, ia pun mengajak Ailin untuk berbicara agak jauh dengan diikuti Misbah.

Setelah menemukan tempat yang nyaman untuk berbicara, mereka pun langsung berbicara dan sementara itu Misbah menelepon Ara dan Aldi yang kebetulan satu komplek pula dengan mereka.

Tahun Kabisat (New Version) -End-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang