Episode 46

82 23 3
                                    

Ada dan tiada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada dan tiada. Awal dan akhir. Memiliki dan kehilangan. Menyukai dan membenci. Suka dan duka. Sedih dan bahagia. Pertemuan dan perpisahan. Perihal semua itu hanya waktu yang memilikinya. Dan waktu sepenuhnya adalah milikmu.

~Zalova Ray~

Jadi, roh kesepian yang sesungguhnya adalah Ailin? Berarti Danista selama ini adalah roh kesepian palsu? Ah, tepatnya mungkin adalah boneka Ray untuk sebuah manipulasi dengan tujuan mempermainkan, pikir mereka mengerti. Namun sangat disayangkan, padahal mereka mulai menyayangi Ailin sebagai teman terutama Vanya. Ia selain menganggap dirinya sebagai sahabat tetapi juga sebagai seorang saudari. Rasanya mereka tak mau percaya.

Lantas, itu artinya Danista bukan terbakar karena permainannya sudah berakhir dari hasil permainan catur antaranya dengan Jovan, melainkan oleh Ailin sendiri. Maksudnya oleh Ray setelah ia mengucapkan selamat tinggal, boneka kesayanganku. Iya, ia membisikkan hal tersebut seraya membakar Danista yang dijadikannya alat.

Kini ingatan mereka pun kembali mengenai siapa saja yang berada di kelas dan tak ada. Wajah dan identitas Ailin Wajdi sama sekali tak ada, mereka tak pernah mengenalnya. Orang asing yang menyelinap masuk untuk mencari makna pertemanan dengan cara yang keji, lalu wajah siapa itu dan identitas siapa? Apakah dia meminjamnya seperti yang pernah dilakukannya saat Mega terlibat atau justru dia menciptakan wajah itu dengan sendirinya? Ya, ia pernah beberapa kali meminjam wajah orang lain untuk berada di antara para korbannya. Hal itu pun membuat Arius sangat penasaran.

"Ada apa dengan wajah kalian? Itu terlihat sangat jelek,'' seloroh Ray asli seraya tersenyum penuh kemenangan melihat wajah Arius, Vanya, Jovan, Prisilla, Alsa, Orion, Misbah, Nida, dan Dea yang kini menegang, bingung, tak paham, dan syok bukan main.

Air mata Vanya terasa panas, lalu berderai dengan deras. Sesak kembali memenuhi dadanya, begitu pula dengan rasa sakit yang tak terkira. Baginya yang selalu kesepian hal tersebut adalah sebuah penghianatan yang begitu besar.

"Oh iya, terima kasih Vanya, telah rela mengorbankan diri demi menyelamatkan Ray dan telah menjadi sosok sahabat terbaik yang pernah Ray temui dan Ray miliki,'' ucap Zalova Ray sambil tersenyum indah serta rekah tanpa berdosa sama sekali, membuat Vanya muak.

"Kenapa Ray?''

"Apanya, Van?'' tanya Ray seraya mengubah dirinya menjadi Ailin. "Apanya yang kenapa?''

"Kenapa meski jadi sahabatku?''

Ya, kenapa meski dirinya datang sebagai sahabat Vanya? Kenapa tak menjadi teman sekelasnya saja tanpa perlu memanipulasi ikatan yang selalu didambakannya dari kecil, dengan begitu ia tak akan sekecewa dan sesedih itu. Rasanya itu jantung disayat-sayat belati, kemudian dibasuh air lautan, perih dan sangat sakit. Ia merasa sangat-sangat dikhianati, namun mau dikata apa? Lagi pula ingatannya dimanipulasi. Jadi, apa yang diceritakan dan setiap ucapan serta perilakunya semua adalah kebohongan? Pikir Vanya sendu.

Tahun Kabisat (New Version) -End-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang