Episode 16

98 27 4
                                    

  Malam teman-teman, senang bertemu dengan kalian lagi. Semoga selalu bahagia.

 Semoga selalu bahagia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Setelah mengintograsi beberapa siswa dari kelas XI Bahasa-5 sedikitnya Pak Gandi dapat menyimpulkan, bahwa kemungkinan besar yang membunuh Elva adalah salah satu orang yang selalu dirundungnya. Sementara dugaan paling kuat ditunjukkan kepada Orion serta Aldov, karena jika melihat riwayat kesehatan serta mental Nadila akan sangat mustahil dia yang melakukan pembunuhannya. Tubuh Nadila masih sangat lemah dan terkadang rasa sakit akan penyakitnya dalam masa penyembuhan masih mendera. Butuh kekuatan untuk menggantung jasad di atas plafon.

Tok ... tok ... tok ... terdengar pintu ruangan Pak Gandi diketuk, lantas Pak Gandi mempersilakan seseorang yang berada di balik pintu untuk membukanya dan memasuki ruangan. Muncullah satu orang laki-laki dan satu orang perempuan seraya membawa berkas.

"Silakan duduk!''

Derava dan Aliza duduk berhadapan dengannya dan kemudian menyodorkan berkas untuk dibaca Pak Gandi dengan seksama.

"Dari hasil pemeriksaan, perut Elva ditusuk sebanyak 29 kali lalu dirobek dan diacak-acak. Mata kiri ditusuk satu kali, mata kanan sebanyak dua kali. Masing-masing jumlah sayatan di sepasang kaki dan tangan sebanyak 29 kali dengan kedalaman 1,0 centimeter. Punggungnya terluka akibat seretan. Kuku jari telunjuk bagian tangan kanan hilang. Tangan kiri dicengkeram dengan kuat dan lehernya disayat sebelum kepalanya dibenturkan ke tembok sebanyak dua kali dengan keras,'' papar Aliza.

"29?'' Inspektur Gandi mengerutkan dahi seraya berpikir.

Apa sebetulnya motif dari pembunuhan ini? Mengapa setiap sayatan berjumlah 29? Bukankah ini sinkron dengan rekaman yang telah digantikan itu, 29- 29? Apa ini berhubungan dengan kutukan tahun kabisat? Dan setiap huruf-huruf yang tertampak direkaman secara acak adalah nama-nama siswa serta siswi kelas XI Bahasa-5 yang akan segera meregang nyawa, entah dengan keadaan yang sama atau sebaliknya?

 Apa Elva dibunuh oleh iblis sama halnya dengan para remaja yang sebelum-sebelumnya menurut kepercayaan warga? Akan tetapi, bukankah mereka mati tanpa sebab. Ataukah mungkin sang pembunuh memanfaatkan momentum ini untuk dialihkan, karena dengan begitu para warga akan percaya bahwa apa yang terjadi teradap Elva adalah ulah iblis, buah dari sebuah kutukan. 

Ah, kenapa dihubungkan dengan hal mistis yang telah dijual banyak orang, jelas saja ini tak ada hubungannya dengan kutukan tahun kabisat yang katanya berasal dari iblis. Ini hanya pembunuhan biasa dengan motif tertentu yang sudah sangat jelas, mungkin karena balas dendam jika pembunuhan dilakukan oleh teman-temannya yang pernah dirundung, kalau bukan berarti oleh Bu Helmi atau orang lain yang motifnya harus dicari, pikir Pak Gandi sambil menggelengkan kepala, merasa tak habis pikir dengan apa yang telah muncul dibenaknya itu.

"Dari semua sidik jari ditemukan, yang cocok berada di kedua meja salah satunya adalah sidik jari Nadila, begitupun dengan DNA yang berasal dari rambut yang ditemukan di meja. Hanya tinggal satu rambut dan sidik jari yang belum dicocokkan, milik Prisilla. Tapi akan mustahil jika pelakunya dia karena bukannya telah mati bunuh diri dan sekarang para polisi dan Tim SAR masih mencarinya? Karena jasad yang ditemukan tadi bukanlah Prisilla melainkan jasad orang lain. Namun, jika dia masih hidup maka kemungkinan besar dialah pelakunya. Dan yang menjadi masalah adalah kedua meja yang digunakan milik Prisilla dan Nadila, maka jelas sidik jari serta DNA yang ditemukan adalah miliki mereka berdua. Lalu, sangat disayangkan di benda satu-satunya, yaitu tali tambang yang digunakan menggantung jasad tak ditemukan sidik jari atau apapun.''

Tahun Kabisat (New Version) -End-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang