Episode 39 🔞

97 19 3
                                    

Duh maaf nih temen-temen, upnya telat.

Jangan lupa vote dan komen ya ☺

Jangan lupa vote dan komen ya ☺

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.






Di dalam kegelapan itu akankah kita temukan cahaya atau hanyalah kesepian yang abadi?

~Kelas XI Bahasa-5~

Na...na...la...la...lala...

Mikha menutup mulut dengan tangan agar napasnya yang memburu tak terdengar oleh Helen yang kini sudah menjadi boneka iblis dengan mata merah menyala yang teramat menyeramkan, tetapi sia-sia napasnya malah semakin memburu dan tubuhnya bertambah lemas serta bergemetar hebat. Sementara itu Helen dengan santainya membuka satu persatu pintu toilet hingga ia mendapati pintu yang dikunci.

"Baiklah!'' gumam Helen sambil menyemburatkan senyuman yang mengerikan, lalu ia mengetuk-ngetuk pintu tersebut secara berirama membuat Mikha semakin takut dan resah, tok ... tok ... tok ....

Sungguh ia tak mau mati secepat ini dan secara mengenaskan. Mikha pun menahan pintunya lebih kuat sambil kembali menangis ketakutan, agar tak terbuka ketika Helen mendobraknya.

Dag ...  golok panjang dan sangat tajam menembus pintu dan dada Mikha. Darah pun mengalir dari tubuhnya dan terlihat matanya membeliak, akhirnya ia mati juga secara mengenaskan. Sementara, Nadila di kelas sepuluh IPA-3 tengah duduk dengan tenangnya sambil berbicara kepada boneka replika Ray. "Ray itu menyedihkan!'' Sedangkan Arius tengah membalut luka Ailin dengan gorden yang ia sobekkan, di dalam kelas 12 IPS-2.

Terlihat Ailin tak hentinya menangis, begitu pula dengan tubuhnya tak henti bergemetar. "Kenapa kita gak nolong Lara, Ar?'' tanyanya penuh sesal karena tak bisa diandalkan.

Perasaan Arius terasa luruh, ternyata seorang Ailin yang begitu keras kepala, egois, dan apatis juga masih memiliki nurani dan mementingkan orang lain walau ujung-ujungnya tetap tak berdaya.

"Aku juga nyesel Lin,'' tutur Arius seraya mengikatkan ujung-ujung kain itu dengan lembut dan pelan, agar Ailin tak kesakitan karena tekanan dari kain tersebut. "Tapi mau bagaimana lagi? Kejadiannya cepet banget.''

Terlihat mata mereka saling menatap satu sama lain. Ya, kejadiannya terlalu cepat dan mereka juga diserang syok yang cukup berat sehingga tak bisa apa-apa selain terdiam dengan keadaan seperti orang linglung.

Prang ... terdengar kaca kelas tersebut pecah. Ailin dan Arius mengalihkan pandangan, dilihatnya Halda menangkup di atas kusen dengan keadaan yang begitu mengerikan, penuh sayatan luka dan darah. Betapa syoknya mereka bukan main hingga jantung berdetak dengan kencang, napas mereka terengah-engah karena takut dan resah. Ailin dan Arius pun mundur perlahan dan duduk di sebuah sudut, mungkin saja akan ada boneka iblis yang masuk. 

Satu, dua, tiga menit tak ada yang masuk. Ailin dan Arius beranjak dari kelas tersebut dan betapa kagetnya mereka, keadaan mulai kacau. Jeritan demi jeritan memenuhi setiap lorong, teman-temannya berlarian tak karuan. Sungguh mereka tak tahu harus apa? Sekoyong-koyongnya, sekuat-kuatnya, dan seberani-beraninya, mereka saling menolong dan membantu satu sama lain untuk menciptakan makna yang benar-benar gila, sampai-sampai harus terluka dan terbunuh juga.

Seiring waktu berjalan, seiring itu pula kelopak matahari mulai berguguran kembali secara mengenaskan dan mengerikan. Mereka ada yang putus kepalanya, kakinya, dan tangannya. Ternyata betul, sesuai terkaan bahwa kejadian di toko ayah Nadila adalah gambaran kematian untuk mereka. Selain itu mereka ada yang mati ditusuk jantungnya, perutnya, jatuh dari tangga ke bawah dan semacamnya. 

Tak lama dari itu terdengar suara denting jam berbunyi, menandakan pukul 02:00 dini hari dan siang yang resah telah berlalu dengan sebanyak tujuh kelopak yang berguguran. Itu artinya sekarang memasuki senja yang indah berawan darah. Hah, apakah di senja yang damai berawan darah ini akan ada sembilan kelopak yang gugur juga? Kira-kira adakah yang bisa bertahan sampai akhir?

Memasuki senja yang indah berawan darah kematian yang mengenaskan bertambah parah. Ada yang digantung oleh benang layang-layang yang tajam di atas pohon, dipotong-potong tubuhnya, dibeset perutnya lalu diisi dakron, dicungkil matanya dan diganti oleh mata boneka, dikuliti, dan semacamnya. Pantas saja, mereka yang selamat dari permainan terkutuk ini sampai-sampai gila atau sakit, lalu mati seperti Mega. Benar-benar mengerikan hingga menanggalkan trauma dan ketakutan yang mendalam. Dan sepanjang itu, sesekali kupu-kupu berwarna putih hadir mengitari mereka.

"Ini gila,'' kata Jovan sambil memegang kepalanya yang rasanya mau pecah saat ini juga, karena menyaksikan Fadil dibunuh oleh Zulfi secara mengenaskan. Ia pun limpung dan merasa pusing, keringat dingin dan panas tak hentinya keluar dari tubuhnya, lalu ia berlari sekuat-kuatnya untuk menghindari Zulfi yang kini dengan sigap melemparkan golok ke arahnya. Nasib baik masih berpihak, lemparannya melenceng. Namun setelah ini akankah nasib baik masih berpihak?

Sementara, Vanya terjerembab jatuh karena terlalu syok, takut, ngeri, serta resah, melihat leher Dewi tengah digantung oleh Faye menggunakan kabel yang lantas dikuliti seperti kambing kurban. Gesekan pisau dan kulit mulus yang putih bersih terdengar memilukan, sret ... sret ... sret ... dan darah tak hentinya mengucur, membasahi tanah, bahkan wajah dan baju Faye yang teramat manis dan imut itu yang kini mirip seperti iblis.

Ah, lihatlah kulit Dewi sebagian terkelupas sempurna menyisihkan lapisan kulit terdalam yang merah serta alot sehingga menampakkan urat-uratnya dan sekarang kedua matanya dicongkel lantas dimakan.

Tubuh Vanya yang sedari tadi sangat lemas itu ambruk dan air mata tak hentinya berderai dengan deras sama halnya dengan keringatnya, ini sungguh mengerikan.

Faye yang masih mengunyah mata Dewi berbalik, lalu tersenyum dan berkata, "Mau mati sekarang?'' sambil berjalan menghampiri.

Vanya sekuat-kuatnya mencoba bangkit, walau kakinya sulit digerakkan karena seolah-olah ditarik oleh sebuah gravitasi yang begitu kuat, sedangkan Faye semakin mendekat dan siap membantainya dengan bengis serta brutal. 

Plak ...  Ailin memukul kepala Faye oleh balok kayu dan dengan sigap Arius mengikat tubuhnya dengan tali, kemudian diseret ke arah pohon serta diikatnya kuat-kuat. Faye mengerang-erang, berusaha melepaskan diri.

"Aku takut, kalau Faye bakal dibunuh sama boneka iblis lainnya,'' tukas Vanya khawatir. "Gimana dong?''

Ailin dan Arius tertegun diam, memikirkan kemungkinan yang akan menimpa Faye dan mencari solusi.

"Arrggghh ....'' Terdengar kembali jeritan penuh kesakitan dan memilukan.

Kacau, benar-benar kacau. Bagaimana bisa mereka menciptakan makna dengan cara gila seperti ini dan mempertaruhkan nyawa. Sialnya mereka tak bisa lari meninggalkan permainan ini atau mengakhirinya. Benci rasanya mereka kepada Ray.

 Benci rasanya mereka kepada Ray

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tahun Kabisat (New Version) -End-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang