06 : Hampir

1.2K 135 25
                                    

.

.

.

"Nice receive!" Sorak Watari saat Iwaizumi berhasil menerima serve mematikan Oikawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nice receive!" Sorak Watari saat Iwaizumi berhasil menerima serve mematikan Oikawa.

"Lefto!" Seru Iwaizumi, Yahaba mengangguk mengerti lalu mengumpan bola pada Hanamaki.

Toss dari Yahaba dapat diterima dengan mudah, Hanamaki memukul bola itu sekencang mungkin ke net lawan. Di sisi lain, Kindaichi berhasil memblok bola yang dipukul Hanamaki.

Bola jatuh ke net tim Iwaizumi karena Kunimi tidak berhasil melambungkannya. Dengan begitu, skor menjadi 20-22.

"Yosha!!" Oikawa berseru senang, tim nya mendapat skor 22. Tim Oikawa adalah pemenangnya.

Iwaizumi mendecak melihat Oikawa yang tertawa senang dengan tim nya. Tapi Ia tidak iri, hanya sedikit kesal.

"Anu, gomenasai Iwaizumi senpai." Kunimi dari belakang berujar, Ia menunduk. Merasa gagal karena tidak berhasil menerima bola.

Iwaizumi mendengus, membuat Kunimi berpikir kalau senpainya marah dan akan menceramahinya. Tapi Kunimi salah besar, Iwaizumi malahan menepuk bahunya pelan.

"Don't mind."

Kunimi mengangkat kepalanya, belum sempat menjawab, Iwaizumi sudah berjalan menghampiri teman sebayanya. Tapi dengan dua kata itu saja, Kunimi merasa lega.

Kunimi melihat telapak tangannya yang memerah, padahal Ia tidak banyak memukul atau menerima bola. Tapi begitu saja sudah membuatnya kewalahan.

Benar kata orang, Omega itu lemah seperti dirinya.

Kunimi menyadari hal itu.

"Kunimi!" Panggil Kindaichi.

Kunimi menoleh, surai lobak itu sedang berlari sambil melambai kearahnya.

"Apa?" Seperti biasa jawaban Kunimi ketus.

Tapi kali ini Kindaichi menyambutnya dengan senyuman, dan itu membuat Kunimi memalingkan wajahnya.

"Nanti mau istirahat bareng?"

Kunimi meliriknya dari bawah kelopak mata, Ia mengangguk.

"Sip, nanti gua samper ke kelas ya." Kindaichi mengelus surai Kunimi, tapi bukannya jadi romantis, Ia malah mendapat cubitan kecil yang berbekas di tangannya.

"Jangan sentuh-sentuh." Ujar Kunimi dingin.

"A-ah, maaf."

Kunimi berbalik badan dengan apatis, pergi meninggalkan Kindaichi. Asal tahu saja, pipi Kunimi sebenarnya sedikit bersemu merah saat Ia membelakangi Kindaichi yang tengah kebingungan dengan rasa bersalahnya.

Mine. [岩及]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang