23 : Notice

833 80 38
                                    

.

.

.

"Gimana keadaan lo, Oik?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gimana keadaan lo, Oik?"

"U-udah lumayan kok."

Oikawa menatap kebawah setelah menjawab pertanyaan Hanamaki. Ia tidak berani melihat Iwaizumi yang berada disamping Hanamaki dengan tatapan yang begitu tajam.

Bagaimana Ia bisa lupa.

Kejadian saat itu yang membawa trauma hingga sekarang.

"Ini, gua bawain buah rantang. Dimakan ya." Hanamaki menaruh buah tangannya diatas meja, Ia menepuk pundak Oikawa. "Cepet sembuh."

Oikawa tersenyum gugup lalu mengangguk. Ada sedikit rasa lega karena suasana yang diciptakan Hanamaki membuatnya lebih rileks, tidak setegang sebelumnya.

Matsukawa sadar bahwa sejak tadi Oikawa lebih banyak diam. Tidak banyak bercakap dan hanya menanggapi dengan anggukan atau senyuman. Iwaizumi juga sama, tidak ada respon atau reaksi apapun yang diberikan untuk si brunette. Anak itu hanya diam saja sejak tadi mereka datang bersama. Hanya memperhatikan Oikawa yang sedang berbincang dengan Hanamaki tanpa membuka suara.

Aneh, biasanya Iwaizumi adalah orang yang paling khawatir dan banyak tanya jika itu menyangkut pasal Oikawa. Apa karena Iwaizumi sudah mengetahui sebelumnya bahwa Oikawa sedang sakit, makanya Ia tidak tampak terlalu khawatir lagi.

Tapi Oikawa terlihat selalu menghindar. Ya, menghindari tatapan Iwaizumi dan menghindari sentuhan Iwaizumi. Karena setiap kali Iwaizumi ingin meraih pundaknya, Oikawa terlihat gemetar dan menghindari tangan besar itu. Entahlah, Ia hanya melihatnya sekali. Mungkin saja itu hanya perasaannya.

Matsukawa mendengus. Ia berjalan mendekati Oikawa. "Lo jangan lupa minum obat, biar cepet sembuh."

Dan Oikawa hanya mengangguk.

"Yaudah kalo gitu, gua sama Makki pamit dulu ya." Matsukawa sembari menenteng tasnya kembali di pundak.

"Lo mau sekalian balik gak wa?" Tanya Hanamaki.

"Duluan aja."

Hanamaki menggedikkan bahu, Ia pergi keluar bersama dengan Matsukawa. Tak menyadari ketakutan Oikawa yang berharap agar mereka tak pergi.

Ketika tinggal Iwaizumi dan Oikawa saja dikamar, netra Olive green Iwaizumi langsung menatap nyalang wajah menunduk sahabatnya.

Ia mengelus surai brunette Oikawa perlahan sambil menyeringai. Menelusuri dari helai diatas kepala, samping telinga, pipi, lalu dagu. Merasakan sentakkan gemetar sang empunya setiap kali tangannya menyentuh wajah mulusnya.

Iwaizumi mengapit dagunya, membuat si brunette terpaksa mengangkat wajahnya dan menatapnya.

"Anak baik." Ujar Iwaizumi dengan nada yang mengancam.

"Lo beneran nurut ya..." Tangan besarnya menekan dagu Oikawa sedikit lebih kencang, membuat Oikawa menutup matanya tak berani.

Iwaizumi mendekat, Ia berbisik pelan ditelinga kiri Oikawa dengan nada rendah. "Keep your mouth shut about that day. Biarkan hanya menjadi rahasia kita berdua, sayangku."

Mendengarnya membuat Oikawa merinding. Ia merasa keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, gemetar dengan perasaan takut. Ia ingin menangis, ingin semuanya berakhir. Ia ingin kembali ke saat itu, saat dimana seharusnya Ia tidak usah melawan Iwaizumi kalau tahu akhirnya akan begini.

Iwaizumi menjauhkan tubuhnya, "Gua pulang dulu ya, Tooru." Pemuda itu mencium kening Oikawa singkat lalu mengambil tasnya, memakai jaket lalu melenggang pergi keluar, sebelum itu, Ia menengok sekilas dan melihat Oikawa yang mematung ditempat. Iwaizumi menyeringai puas.

Ekspresi takutnya, begitu...

Lucu.

————

Setelah benar-benar memastikan Iwaizumi pergi, Oikawa menangis.

Ia memendam teriakannya ke bantal yang basah akibat air mata. Betapa menakutkannya beberapa menit yang Ia lalui tadi.

Banyak yang Oikawa takutkan.

Ia belum cerita ke Nee-san karena tak mau membuat kakak perempuannya itu khawatir. Dan Ia tak mau kalau Nee-san jadi membenci Iwaizumi.

Ah, bodoh.

Bisa-bisanya Ia masih memikirkan Iwaizumi. Oikawa mengutuk dirinya yang terlalu baik.

"Nee-san, minna... Gomennasai." Ujarnya lirih.

Haruskah Ia cerita? Haruskah Ia meminta tolong? Tapi inikan hanya Iwaizumi. Yang notabenenya sahabat sendiri. Tapi Iwaizumi juga yang menghancurkan Oikawa tanpa disangka-sangka. Tapi Oikawa juga tak tega kalau harus melihat Iwaizumi akan diasingkan karena perbuatannya. Bagaimana ini?

Oikawa.. Tak tahu harus bagaimana lagi.

.

.

.

Tbc.

Sorry for the long wait, I hope you guys enjoy this story.

Menurut tanggapan readers, kira-kira pilihan apa yang harus Oikawa ambil agar dia bisa bebas dari Iwaizumi terlepas dari ancamannya?

Mine. [岩及]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang