08 : Masalah Baru

1.1K 124 30
                                    

.

.

.

Oikawa tahu Ia benci hari senin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Oikawa tahu Ia benci hari senin.

Pelajarannya banyak dan gak enak. Sastra Inggris, kimia dan Matematika, dua mapel horror terakhir adalah yang paling dibenci anak sekolah. Sialnya, Oikawa harus menghadapi kedua pelajaran itu hari ini.

Oikawa menguap, Ia melihat kelasnya yang sudah cukup ramai. Agak langka, karena biasanya Oikawa datang paling pagi, tapi hari ini Ia datangnya malah paling siang.

"Ohayo~" Sapa Oikawa saat diambang pintu.

Tanpa menunggu jawaban teman sekelasnya (meski ada beberapa yang balik menyapa), Oikawa langsung ngacir ke meja Iwaizumi yang lagi tidur-tiduran dengan tumpuan lengan sebagai bantal.

"Iwa-chan~" Oikawa mentoel-toel lengan Iwaizumi agar sang empunya bangun.

"Taro tas lo dulu, kusokawa." Iwaizumi menepis tangan Oikawa, Ia tak menggubris rengekan si brunette dan malah merasa tergganggu.

"Hidoi na!" Oikawa cemberut tapi menuruti perkataan Iwaizumi. Lalu setelah itu kembali lagi duduk di depan Iwaizumi.

"Ne, ne Iwa-chan." Panggil Oikawa.

"Hmm."

"Kalo misalnya lo dapet mate, lo mau kriteria yang gimana?" Tanya Oikawa.

Iwaizumi mengubah posisi duduknya menjadi normal, "yang pasti gak ngeselin kayak lo." Ia mendengus.

Oikawa merengut sebal. "Kenapa sih Iwa-chan selalu ngejek orang seganteng Tooru Oikawa?"

"Najis." Jawab Iwaizumi sambil menjulurkan lidah tidak suka, Oikawa merengut sebal dan memilih untuk menatap bosan pada langit di jendela, suasana pagi menjelang siang dengan awan yang sedikit mendung cukup bagus untuk dipandang kali ini.

"Iwa-chan, kira-kira mau punya omega cewek atau cowok?" Tanya Oikawa yang masih penasaran tanpa mengalihkan matanya dari pemandangan langit sama sekali.

"Apaan sih? Lo nanya gituan terus. Kepo amat tau gak?"

Oikawa mendengus. "Ya kan gua cuman mau tau Iwa-chan!"

"Bukan urusan lo."

"Bukan hak Iwa-chan juga buat gak ngejawab pertanyaan gua."

Iwaizumi mendecih, bukan karena merasa kalah, tapi males kalo sikap Oikawa udah mulai suka ngejawab gitu.

"Gua suka yang mana aja yang penting cocok." Iwaizumi berujar.

Kini Oikawa menatapnya, "Mau cowok sekalipun?"

"Entah, iya kali." Iwaizumi menggedikkan bahu.

Entah kenapa mood Oikawa seketika berubah senang, Ia tersenyum pada kawannya si surai spiky hitam.

"Souka."

●○●○●○●○

"Oi gua pulang ya, udah beres ngangkatin bangku nih!" Seru Oikawa.

Teman-teman lainnya yang masih piket menyapu mengangguk, sisanya yang kebagian ngepel harus nunggu yang nyapu selesai dulu. Emang paling kasian yang kena bagian harus ngepel sih karena pulang paling terakhir.

"Eh yang pada bersihin kolong meja di cek lagi sampe mejanya bersih! Jangan sampe ada sampah nanti kita bisa dimarahin pak Sakusa." Perintah salah satu siswa yang bertugas sebagai koordinator untuk teman-temannya.

Mereka yang masih piket menurut tanpa protes. Soalnya pak Sakusa itu emang guru kebersihan terseram di sekolah. Ngeliat debu dikit aja, satu sekolah langsung disemprotin disinfektan.

Salah satu siswi yang kebagian membersihkan kolong meja kini sedang mengecek meja Oikawa, matanya menelisir sampah yang terdeteksi dan menangkap sebuah gumpalan kertas putih.

Siswi tersebut kemudian mengambilnya, dan menuju tempat sampah untuk membuang.

Tapi, tunggu.

Kertas ini terlihat baru dan bukan sembarang kertas yang sengaja di buat lecek sepertinya?

Karna penasaran, siswi tersebut membukanya pelan-pelan. Dan tulisan pertama yang tertangkap pandangannya adalah tulisan dengan warna tinta merah membuat perhatian siswi itu hanya terfokus ke guratan spidol tersebut.

Mata siswi itu melebar kaget bukan main setelah membaca tulisan merah itu.

Ini akan menjadi berita besar dan mencengangkan.

.

.

.

Tbc.

Mine. [岩及]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang