.
.
.
Oikawa terbangun dengan posisi salah satu kakinya menekuk keatas. Ia menguap kemudian meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku.
Seketika Ia teringat kemarin Iwaizumi menggendongnya pulang kerumah, tapi setelah itu Oikawa tak tahu apalagi yang terjadi. Jujur Oikawa agak panik mengingatnya.
Bunyi keroncong tiba-tiba terdengar dari perutnya, membuat Oikawa terpaksa bangun dan turun kebawah berjalan untuk mengambil snack di kulkas. Tapi sebelum membukanya, Oikawa melihat secarik kertas Memo ditempel di pintu kulkas.
Kemarin Iwaizumi membawamu pulang kerumah, keadaanmu kacau banget. Muka udah merah kayak orang demam, pula nafasmu gak beraturan kayak orang kejang. Kamu harus bisa ngatur siklusmu, Oikawa. Bagaimana jika keadaan seperti itu terulang lagi? Untung aja Iwaizumi tidak mencurigai apapun, kamu beruntung. Oh ya, aku tidak akan pulang ke rumah seminggu karena ada mapel kuliah tambahan.
~Nee-san
Surat dari Nee-san yang barusan Ia baca ada benarnya juga, bahaya kalau Iwaizumi tahu. Secara Oikawa pernah cerita ke Nee-san soal Secondary Gender Iwaizumi yang merupakan Alpha Dominan.
Oikawa membuka kulkas, mengambil susu kotak dan salad buah sisa kemarin lalu meletakkannya di meja.
Ia pun beralih ke laci dan mencari kotak berisi pil kecil yang kemasannya bertuliskan 'Multivitamin' dengan spidol hitam. Oikawa menghela nafas pasrah, apalah daya harus meminum pil tersebut secara rutin. Ia menelan pil bersama dengan segelas air untuk menjaga kondisi tubuhnya tetap stabil.
Ia membawa makanannya lalu duduk di sofa dan menyalakan Televisi, mencari saluran Indosiar karena itu satu-satunya saluran mendidik yang menampilkan acara tentang luar angkasa. Oikawa dengan santai mengangkat satu kaki sambil memakan saladnya.
-------
Ting tong
"Wahaha, Alien jenis apaan tuh?!"
Ting tong!
Oikawa mendongak saat menyadari ada yang menekan bel rumahnya, Ia baru sadar ada seseorang menunggu di depan rumah karena siluet yang terlihat dari balik jendela.
'Siapa? Apakah itu Nee-san? Dia gak jadi kuliah tambahan?' Oikawa bertanya-tanya dalam hati.
Siapapun itu, Oikawa tetap beranjak dari area nyamannya dan membukakan pintu.
Ckrek.
Pintu terbuka, menampilkan sosok pria yang begitu dikenalinya. Rambut spiky hitam dan netra olive green itu berdiri tegap disana.
"Iwa-chan..? Tumben?" Begitulah sapaan bingung yang diberikan Oikawa. Jujur Ia kaget dengan kedatangan Iwaizumi, apalagi setelah kejadian kemarin membuatnya merasa canggung.
Ia mempersilahkan Iwaizumi masuk kedalam, sebelum itu sepatunya dilepas dan diletakkan dalam rak.
Iwaizumi tak menatap sekitarnya, mengacuhkan furniture yang ada bahkan tak komen pasal konspirasi alien yang tengah ditonton Oikawa di saluran Indosiar. Atensinya terus saja melihat Oikawa.
Oikawa sendiri sadar sedang diperhatikan dan itu membuatnya sedikit risih. Apa ada yang salah dengannya?
Aduh mana belum mandi lagi, masih bau ketek.
"Um, Iwa-chan-"
"Gimana kondisi lo? Udah enakan?" Tanya Iwaizumi cepat, tak memberi waktu untuk Oikawa menyelesaikan kalimatnya.
"Ah, u-un." Oikawa mengangguk.
"Syukur deh, kemaren soalnya badan lo panas banget." Iwaizumi menggaruk kepala canggung, "nih, gua beliin lo roti susu buat sarapan." Ia menyodorkan kantong plastik berisi roti susu serta minuman kaleng padanya.
Oikawa tersenyum simpul dengan sikap peduli Iwaizumi, Ia menerima dengan senang hati. Meski sebenarnya Ia sudah sarapan dengan salad buah tadi.
"Arigatou ne, Iwa-chan!" Ia langsung memeluk Iwaizumi dengan muka berbinar, dan hal itu membuat pipi Iwaizumi sedikit memperlihatkan rona merah.
'Kawai na.' batin Iwaizumi sambil membalas pelukan Oikawa. Dengan nyaman Ia menghidu wangi khas Oikawa yang seperti bayi.
Iwaizumi lega karena Ia tak perlu khawatir lagi sebab Oikawa terlihat baik-baik saja sekarang.
Meski rasanya ada sesuatu yang ganjal.
Kalau dipikir-pikir, kemarin demamnya cukup parah karena suhu tubuhnya panas banget. Tapi sekarang Oikawa nampak sangat sehat?
"Iwa-chan, mau makan apa?" Pertanyaan Oikawa membuat Iwaizumi kembali ke dunia nyata, rupanya si brunette sudah melepas pelukan mereka.
"Gak usah, gua udah makan tadi dirumah. Lo istirahat aja sana."
Oikawa menyeringai, "gua baik-baik aja kok, kalo gitu Iwa-chan harus nemenin nonton Indosiar!" Serunya antusias, sudah Iwaizumi duga, dibalik seringai jahatnya pasti terkandung tujuan tidak berguna. Licik memang.
"Ah gak mau, saluran TV Indosiar kan isinya cuma tentang konspirasi alien doang." Tolak Iwaizumi.
"Ih." Oikawa menggembungkan pipinya, "Iwa-chan gak asik." Ia cemberut sambil membuang muka.
'Yah mulai deh.' batin Iwaizumi sambil memutar bola matanya malas.
Selalu saja begini, di kondisi ini pastilah Iwaizumi yang harus mengalah. Kalau tidak, Oikawa bisa ngambek seharian gak mau ngobrol sama dia cuma karena masalah sepele kayak sekarang.
"Yaudah, iya." Iwaizumi mendesis, sebal dengan tingkah Oikawa tapi mau bagaimana lagi.
Perubahan wajah Oikawa menjadi jawaban, dari yang cemberut murung menjadi berbinar senang.
"Yay!"
Oikawa dengan cekatan menarik lengan Iwaizumi untuk duduk di sofa. Berdua mereka menonton siaran kesukaan Oikawa. Iwaizumi melihat Oikawa membuka salah satu roti susu darinya dan membelah jadi dua.
"Ini, untuk iwa-chan." Ia menyodorkan setengah potong rotinya pada Iwaizumi.
Iwaizumi mengerjap, tapi menerimanya.
"Makasih."
Oikawa mengangguk. "Un!" Ia tersenyum simpul lalu menyandarkan kepalanya di bahu Iwaizumi. Jangan heran, mereka sudah sering melakukan hal lazim seperti direct touch. Hal wajar yang dilakukan sepasang bestie.
Untuk saat ini, Oikawa merasa senang dan bersyukur dapat mempunyai sahabat yang pengertian dan mengalah seperti Iwaizumi.
Oikawa tahu, Ia sangat mencintai Iwaizumi Hajime.
.
.
.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine. [岩及]
Teen Fiction"Jangan sentuh apa yang telah menjadi milikku. " Disaat Oikawa butuh pertolongan, Iwaizumi ada disana. Menyeringai puas merasakan kemenangan karena selalu dapat melindungi Oikawa tepat waktu. When you're obsessed about someone, you will try everyth...