.
.
.
Oikawa, Yahaba, dan Kindaichi akhirnya sampai ke lokasi rumah sakit yang menjadi tujuan awal mereka.
Tidak dapat dipungkiri, Oikawa merasa sangat gugup dan khawatir. Ia merasa tidak akan siap untuk melihat apapun ketika Ia menginjakkan kaki masuk ke dalam RS Miyagi yang besar itu. Oikawa tidak siap dengan segala hal yang berada di dalamnya.
"Oikawa-san," Yahaba menepuk pundak Oikawa untuk menenangkan. Ia tahu karena Ia yang merasakan aura cemas dari seniornya itu.
"Ayo masuk. Matsukawa senpai sudah mengirimkan lokasinya kepadaku."
———
Lantai 3, ruang Instalasi Gawat Darurat nomor 4 adalah tempat dimana Hanamaki dirawat dengan kondisinya yang sekarat.
"Matsukawa!" Oikawa berseru, Ia sampai di lantai 3 dengan wajah sedih dan nafasnya tergesa-gesa karena habis berlari. Jangan tanya kenapa, karena lift penuh oleh pasien yang keluar masuk, akhirnya Ia naik tangga.
Matsukawa langsung menoleh kepada Oikawa dkk dengan wajah lelah dan masam.
Kemudian Matsukawa yang masih duduk menghentikan obrolannya sejenak dengan Kuroo. "Loh? Oikawa?"
Netra coklat Oikawa tertuju kepada pemuda berambut cepmek disebelah Matsukawa. Tangan sebelah kanannya dibalut dengan perban, dan seketika itu juga Oikawa menyadari bahwa pemuda yang duduk di kursi roda itu adalah alpha yang pernah mencabulinya beberapa waktu lalu, Kuroo Tetsurou.
"Loh? Lo Kuroo kan...?! Kok lo bisa disini?!" Oikawa baru saja ingin menjambak rambut cepmek itu untuk balas dendam, namun Matsukawa lebih dulu menahannya.
"Stop, Oikawa. Sekarang bukan waktu yang tepat." Matsukawa menggeleng sambil menghela nafas. Ia tahu bahwa Kuroo adalah orang yang pernah hampir mencabuli Oikawa di Koridor sekolah waktu perlombaan itu.
Oikawa membuang muka, raut wajahnya kesal, namun Ia memilih untuk menurut kepada Matsukawa. Sementara itu, Kuroo hanya diam dan menatap Oikawa dengan perasaan bersalah.
"Maaf." Hanya itu yang dapat Kuroo ucapkan.
"Sudahlah, lupakan saja." Oikawa mendecih.
Setelah keheningan yang cukup lama pun melanda, Kindaichi akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Matsukawa. "Bagaimana keadaan Hanamaki senpai?"
"Selamat. Tapi dia sekarat." Matsukawa mengernyit singkat sambil mengepalkan tangan. Terlihat penyesalan di netra gelapnya.
Oikawa, Kindaichi, beserta Yahaba hanya sanggup menatap ke lantai. Semua orang menahan nafas penuh penyesalan untuk sementara, merasa bersalah atas semua kejadian ini. Tidak ada satupun yang sadar bahwa semua ini adalah permainan kendali pikiran dan manipulasi dari seorang Iwaizumi Hajime.
"Sialan," Oikawa mengumpat. Ia masih tidak mengerti. "Lalu, bagaimana dengan Iwa-chan?" Tanyanya.
Kuroo berinisiatif untuk menjawab, tapi baru saja membuka mulutnya, Matsukawa menggertakan gigi kesal. "Tch, dia hidup."
"Apa? Iwaizumi-san hidup?" Tanya Yahaba dengan wajah terkejut.
"Ya, dia masih hidup." Kuroo mengernyit sehingga pangkal hidungnya terlihat keriput. "Iwaizumi sangat kuat, tenaganya tidak main-main. Aku tahu karena aku merasakannya. Aku melawannya, dan dia tidak mungkin mati secepat itu."
Matsukawa, Yahaba, dan Kindaichi membuat ekspresi masing-masing. Sementara itu Oikawa tidak tahu harus berkata apa. Disatu sisi, Ia merasa lega karena Iwaizumi masih hidup, namun disisi lain Ia juga takut untuk menghadapi kenyataan bahwa seorang psikopat seperti Iwaizumi masih bernyawa. Dan Oikawa tahu Ia tidak akan bisa lari.
"Gara-gara psikopat itu, aku harus melihat Hanamaki yang di pacu dengan pacemaker." Ujar Matsukawa sambil mengusak kasar surai legamnya.
Ia masih ingat jelas ketika Hanamaki benar-benar di ambang antara hidup dan mati dengan detak jantung 50 denyut/menit dan dokter mengusahakan jiwanya untuk kembali dengan alat pacu jantung.
Oikawa mengepalkan kedua tangannya hingga kukunya menusuk telapak. Tak pernah terlintas sekalipun di pikirannya kalau Hanamaki akan berakhir dengan kondisi seperti sekarang. Dan semua itu karena ulah seseorang yang pernah sangat Oikawa cintai. Mungkin masih Ia cintai sampai saat ini.
"Matsun.... Gua juga gak ingin semua ini terjadi.." Oikawa meneteskan air mata. Membayangkan jika teman-temannya benar-benar mati di tangan seseorang yang Ia cintai, Iwaizumi Hajime, membuatnya merinding.
Matsukawa tidak menjawab, Ia sibuk berkutat dengan pemikirannya sendiri. Ia juga tidak bisa menyalahkan Oikawa, Ia tidak bisa menyalahkan siapapun kecuali Iwaizumi. Matsukawa tahu bagaimana perasaan Oikawa, namun Ia tidak bisa membagi simpati terlalu banyak karena dirinya juga tersakiti, dan mengetahui fakta bahwa Oikawa masih mencintai Iwaizumi dan berharap Alpha itu masih hidup adalah kenyataan yang sangat menyakitkan.
Tidak ada yang mengucap maaf, karena semua salah berada pada Iwaizumi, dan semua murka tertuju kepada Iwaizumi.
———
"Minna! Apakah kalian baik-baik saja?" Tiba-tiba sebuah suara berseru dari arah belakang. Kyotani Kentaro, dengan wajah penuh keringat, datang bersama Kunimi. Wajah mereka lesu dan penampilan mereka kusut.
"Kyotani? Kunimi?" Oikawa menghampiri mereka berdua, sementara itu Matsukawa hanya melirik dari sudut mata.
"Kenapa kalian kesini? Bukankah aku menyuruh kalian untuk menjaga rumah psikopat itu?" Tanya Matsukawa dengan tatapan lelah.
"Tenang saja, Matsukawa senpai. Rumah Iwaizumi senpai sudah di periksa secara keseluruhan oleh tim penyelidik. Kami kesini karena mendapat kabar dari Kindaichi." Perjelas Kunimi.
Kyotani memperhatikan sekitar, terlihat dari pantulan pintu kaca sosok renta Hanamaki yang terbaring lemah.
'Itu Hanamaki-san?' Kyotani melebarkan matanya dalam diam. Ia mengisyaratkan Kunimi dengan menarik baju omega itu dan Kunimi mau tidak mau terpaksa menoleh juga untuk melihat pemandangan yang tidak seharusnya Ia lihat dan berakhir menyesal.
"Itu... Hanamaki senpai?" Kunimi berkaca-kaca.
(Pake nanya) -Author
"Iya."
Kunimi menggigit bibir, Ia menatap iba. Tangannya mengepal di pintu kaca. "Hanamaki senpai..."
Kindaichi, yang peka karena insting Alphanya pun mendekati Kunimi dan memeluknya dari belakang. "Aku disini, kamu tenang saja. Hanamaki senpai pasti baik-baik saja."
Oikawa tersenyum melihat kedekatan antara kedua kouhai-nya. Andai...
Andai saja kisah cintanya bisa semanis kisah cinta Kindaichi dan Kunimi. Ah, Oikawa jadi kangen masa-masa remaja tanpa secondary gender. Tidak ada dinding pembatas di kala itu, mereka hidup dengan tentram dan damai. Oikawa ingin kembali."Oikawa-san," Kyotani angkat suara, dan seketika lamunan Oikawa buyar.
"Ya?"
Segera, Kyotani mendekat dan berbisik kepada Oikawa. Ketika kata demi kata masuk kedalam telinga dan membentuk sebuah kalimat, netra coklat Oikawa langsung melebar.
"Iwaizumi-san berada di UGD lantai 1, kamar nomor 10."
.
.
.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine. [岩及]
Teen Fiction"Jangan sentuh apa yang telah menjadi milikku. " Disaat Oikawa butuh pertolongan, Iwaizumi ada disana. Menyeringai puas merasakan kemenangan karena selalu dapat melindungi Oikawa tepat waktu. When you're obsessed about someone, you will try everyth...