.
.
.
"Maaf telat, nunggu lama ya?"
Kindaichi datang memakai pakaian casual keren dengan tas slempang hitam.
"Kenapa lama? Gua udah nunggu daritadi." Kunimi mendengus.
"Tadi macet dijalan, maaf."
Kunimi mendengus lagi. Agak kesal memang menunggu lama di depan kafe tempat mereka janjian udah kayak gembel. Tapi melihat Kindaichi yang tetap menepati janjinya untuk datang dan berjuang keluar dari kemacetan hanya untuk bertemu dengannya membuat Ia tidak jadi marah.
"Yaudah ayo masuk."
Kindaichi mengangguk, mengikuti Kunimi dari belakang.
---
Setelah menunggu 15 menit, pesanan mereka datang. Kindaichi memesan Coffe latte dan Kunimi Moccachino.
"Silahkan." Ujar pelayan cantik bernametag Alisa.
Kindaichi memoles senyum kecil tanda terimakasih sebelum akhirnya Alisa pergi untuk melayani pesanan di meja lain.
Moccachino milik Kunimi tinggal tersisa setengah ketika Kindaichi menolehkan wajahnya kembali untuk menatap Kunimi. Buset, kecil-kecil gitu minumnya kuat juga, mana cepet pula.
Mereka tak bercakap, sibuk menghabiskan minuman masing-masing. Sebenarnya, Kindaichi ingin mengajak omega di depannya untuk mengobrol, tapi Ia bingung harus mulai darimana.
Ia mengecek ponsel, banyak notif yang masuk tapi pas di cek ternyata cuma iklan sopi.
Kindaichi menghela nafas, Ia tidak tahu apakah mengajak Kunimi jalan seperti ini terhitung kencan atau hanya sekadar hangout bersama teman. Masalahnya, mereka gak kayak orang pacaran. Mana Kunimi juga orangnya introvert banget, Kindaichi takutnya mereka mati topik karena jawaban Kunimi pasti cuek. Akhirnya Ia pun memilih untuk memandangi lalu lintas padat saja dari jendela kaca.
Disisi lain, Kunimi menatap figur Kindaichi dari samping. Ia mengakui kalau dilihat-lihat Kindaichi cakep juga. Meski penampilannya agak prik karena model rambut lobaknya.
Kunimi berandai-andai gimana kalau Alpha satu ini menjadi mate-nya. Ah, gak mungkin.
Kunimi gak tahu kenapa Kindaichi tiba-tiba ngajak jalan, udah gitu mereka cuma diem-dieman. Bukannya gak mau ngomong, masalahnya Kunimi itu pendiem dan bingung gatau mau ngomong apa. Ia sadar dirinya mati topik, nanti kalau ngobrol takutnya perkataannya nyinggung karena meski kayak garem, gitu-gitu Kunimi juga mikirin perasaan lawan bicaranya.
Tapi lama-lama Ia bosan, dan memutuskan untuk bertanya. "Kindaichi," Ia menjeda dengan menyeruput sisa minumannya. "Sebenarnya kita ngapain?"
Kindaichi membenarkan posisi tubuhnya, menatap lurus Kunimi. "Minum." Jawabnya polos.
Kunimi menepuk jidat. "Kalo itu gua juga tau, bodoh. Maksud gua, kok lo tumben ngajak gua jalan?"
Pertanyaan itu berhasil membuatnya terkesiap, membuat Kunimi mengangkat alis bingung.
"Yah itu.." Pemuda bersurai lobak itu menggaruk tengkuknya. "Sebenernya ada yang pengen gua omongin, tapi gua ragu.."
"Buruan, to the point aja." Seru Kunimi.
"Ini.. Ajakan ngedate. Gua ngajak lo jalan buat kencan berdua." Aku Kindaichi ragu-ragu.
Oh.
Dugaannya benar berarti, ini sebuah ajakan kencan.
Padahal Kunimi sudah pesimis kalau Kindaichi akan menyerah karena sikap cueknya, tapi bukannya menjauh karena sikap garam Kunimi, alpha di depannya ini malah makin mendekatkan diri. Sampe ngajakin ngedate pula.
"Lo.. Gak keberatan kan?" Tanya Kindaichi.
Kunimi yang tersadar dari lamunannya pun menggeleng.
"Syukurlah."
"Jadi... Gua suka sama Lo, kun. Mau gak jadi pacar gua?" Pertanyaan tersebut berhasil membuat mata Kunimi sedikit melebar. Akhirnya, setelah penantian panjang si lobak berani juga mengajukan pernyataan cintanya.
Kunimi mengulas senyum tipis. "Iya, gua mau." Dan dengan beberapa kalimat tersebut, Kindaichi balas tersenyum senang karena pernyataan cintanya tidak tertolak sia-sia.
Dari awal, Kunimi memang punya firasat kalau Kindaichi menyukainya. Tapi Kunimi tidak pernah berharap lebih karena Ia tidak akan memulai sesuatu yang akan membuatnya terluka.
"Abis ini mau ke taman?" Ajak Kindaichi dan dengan senang hati dibalas anggukan oleh Kunimi.
.
.
.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine. [岩及]
Teen Fiction"Jangan sentuh apa yang telah menjadi milikku. " Disaat Oikawa butuh pertolongan, Iwaizumi ada disana. Menyeringai puas merasakan kemenangan karena selalu dapat melindungi Oikawa tepat waktu. When you're obsessed about someone, you will try everyth...