21 : Obsessed

1.2K 86 31
                                    

.

.

.

Keadaan sekolah begitu ramai, siswa-siswi berkumpul di depan mading pengumuman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan sekolah begitu ramai, siswa-siswi berkumpul di depan mading pengumuman. Ada berita bahwa salah satu siswa di Aoba Johsai meninggal setelah beberapa hari koma.

Banyak desas-desus yang beredar bahwa siswa tersebut terakhir kali ditemukan dalam kondisi babak belur di lantai 2. Setelah dibawa ke UKS sekolah lalu lukanya diobati, siswa itu tak sadarkan diri semenjak saat itu.

Kunimi yang tak sengaja lewat situ pun penasaran dan matanya terseret untuk ikut membaca berita tersebut. Betapa terkejutnya Ia melihat siapa siswa yang dikabarkan meninggal dalam kondisi mengenaskan itu.

"Loh, Kunimi?"

Kunimi terkesiap dengan seruan yang memanggil namanya. Ia menoleh kebelakang, rupanya Yahaba yang memanggilnya dan merupakan kakak kelasnya tahun kedua.

"Ah, Yahaba-san." Sapa Kunimi.

Yahaba hanya mengangguk, matanya menyorot ke poster terbesar di mading. Sepersekiam detik kemudian, netranya melebar setelah meneliti informasi yang tertera dalam teks poster tersebut.

"Adam... Levhartine?"

Yahaba menerka, sepertinya Ia pernah mengenal pemuda itu.

"Kalo gak salah, dia anak kelas A tahun ketiga. Seumuran dengan Oikawa dan Iwaizumi senpai." Kunimi meliriknya, Ia baru tahu.

Yahaba ingat pertama kali melihat Adam di ruangan OSIS. Kalau tidak salah ingat, Adam cukup terkenal karena dia merupakan wakil ketua OSIS. Meskipun menurut gosip Adam kerjanya menye-menye, tapi karena memiliki jabatan yang cukup tinggi, banyak murid yang enggan untuk melawannya. Justru mereka malah takut dan terpaksa selalu menuruti kemauan Adam. Karena jika melawan, mereka bisa jadi korban.

"Aku tak menyangka Ia meninggal di usia yang begitu muda. Semoga saja Tuhan mengampuni dosanya." Ujar Yahaba.

Kunimi diam namun menyetujui ucapan senpainya. Ia sebenarnya cukup prihatin terhadap kemalangan yang menimpa salah satu siswa di sekolah mereka. Namun mengingat bahwa orang bernama Adam ini pernah melakukan perbuatan tidak menyenangkan di sekolah membuat Kunimi setengah-setengah mendoakannya.

Karena Kunimi pernah menjadi korban pelecehan oleh Adam Levhartine.

●○●○●○●○

Kenop pintu dibuka, sepatu dilempar begitu saja, dan tas diletakkan sembarang di sofa.

Setelah membasuh wajah dan tangan, Ia masuk ke kamar sambil membawa gawai. Bahkan handuknya masih bertengger diatas kepala.

Ia merebahkan diri di ranjang, melihat ponsel sebentar, lalu mematikannya. Ia melihat sekitar, banyak poster dan foto-foto pemuda remaja terpajang dikamarnya. Senyum merekah setelah melihat gambar-gambar itu, matanya menelusuri sekitar dengan detail tanpa terlewat sedikitpun bahkan enggan berpaling meski hanya untuk sekedar suara notifikasi ponselnya yang berbunyi.

"My dear." Suaranya parau, namun cukup jelas menggambarkan perasaan sukanya terhadap gambar-gambar pajangannya.

Menatap lekat figur lelaki itu satu-satu. Mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki, jangan lupakan lekukan-lekukan tubuhnya serta reaksi-reaksi wajahnya.

"Adam Levhartine is dead now, Your mine and mine only. No one can hurt you anymore, dear."

Ia tertawa. Menggelegar namun tidak keras. Dalam dan menyeramkan.

Pemuda itu mengambil sesuatu dari dalam laci meja belajarnya, sebuah pas foto milik Adam Levhartine ada ditangannya, dengan sedikit noda bercak merah dipinggirnya.

"Look at you, so pitiful."

Ia merobek foto tersebut menjadi kepingan-kepingan kecil. Dirinya menatap ke cermin dikamarnya. Dengan ekspresi puas Ia membuang asal kepingan kertas secara perlahan hingga mengotori meja.

"Satu telah pergi, kita lihat siapa yang akan jadi korban selanjutnya lagi."

.

.

.

Tbc.

Author ngerasa scene-nya agak gak nyambung sama judulnya. Soalnya ada dua scene berbeda dalam 1 chapter. Maklumin aja ya:')

Mine. [岩及]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang