Dua bulan kemudian.Prang!
Gelas yang Nara pegang pun terjatuh saat mengetahui kabar Nadia yang sedang dirawat di rumah sakit akibat kecelakaan. Barusan dia mendapat kabar itu dari bunda, katanya kondisi nya lumayan parah. Karena bunda tidak tau tentang kehamilannya,jadi dia memberi tahukan kabar ini kepadanya.
Fenly yang sedang berada di ruang tengah pun keget saat mendengar gelas yang jatuh di kamarnya. Dengan langkah sedikit berlari dia menghampiri Nara yang sudah terduduk lemas di lantai. Tangis nya mulai terdengar di telinga Fenly.
Fenly memposisikan dirinya menjadi jongkok guna menyamai Nara di bawah.
Dengan hati yang panik,Fenly memeluk erat tubuh istri nya itu.
"Kenapa sayang?" Tanyanya sambil mengelus kepala Nara
"Nad.. nad.. Nadia F-fen..." Ucapnya sambil sesenggukan
"Nadia kenapa?" Tanya Fenly lagi
"Ke-kecelakaan... D-dan kata bu-bunda di-dia tulang punggung nya retak"
Seketika itu mata Fenly membulat tak percaya. Dia langsung membantu Nara berdiri dan duduk di kasur nya.
Perlahan Fenly menangkup wajah Nara dengan kedua tangannya "Sekarang gimana? Kita ke Bandung?" Nara mengangguk sambil menatap mata Fenly.
"Sshh,aww! Fen! Perut aku fen!" Ringis nya saat perutnya nyeri tak beraturan.
"Iya-iya! Kita kerumah sakit sekarang!"
*
Mobil Fenly sudah terparkir di parkiran rumah sakit sejak satu jam yang lalu. Panik(?) Ya,itulah yang sedang Fenly alami saat ini. Istri nya sedang berada di dalam ruang pemeriksaan. Dia takut terjadi apa-apa pada istri dan anaknya yang sedang di kandung oleh Nara.
Gret..
Dokter pun keluar dari ruang pemeriksaan Nara. Melihat dokter keluar dari ruang pemeriksaan membuat Fenly berjalan menghampirinya,Fenly melihat wajah dokter itu yang,sendu?
"Bagaimana keadaan istri dan anak saya dok?" Panik Fenly
"Kami minta maaf,anak anda tidak selamat. Karena ini baru memasuki usia tiga bulan,jadi janin nya masih lemah." jawabnya
Deg!
Air mata Fenly mulai berjatuhan lagi setelah berhenti beberapa menit yang lalu. Sekujur tubuhnya mulai bergetar hebat. Kakinya sudah lemas,dan perlahan tubuhnya jatuh ke lantai.
"Nggak-nggak! Ini gak mungkin kan,dok? Dokter bohong kan?" Ucapnya sambil mendongakkan kepalanya ke atas menatap dokter yang masih setia berdiri di samping nya.
"Maaf pak,ini kehendak Tuhan. Kami juga sudah berusaha keras sebaik mungkin,tapi apa daya? Ini adalah kehendak nya."
"Kalau begitu, saya permisi" finishnya lalu pergi meninggalkan Fenly sendiri di sana.
Dengan tubuh yang masih bergetar,Fenly berdiri dan berjalan menuju Nara di dalam.
Gret..
Fenly melihat Nara yang masih memejamkan matanya. Menatap Nara membuat nya tidak sanggup berdiri,tapi Fenly berusaha untuk terus berjalan hingga berada di samping Nara.
Dengan tangan yang bergetar,Fenly mengelus puncak kepala Nara. Matanya ia palingkan kepada perut Nara,tangan kirinya bergerak mengelus perut istri nya itu.
"Maafin ayah nak,ayah gak bisa jaga kamu dengan baik" ucapnya,air matanya semakin deras membasahi pipinya.
Perlahan Nara memerjapkan matanya beberapa kali,dia mencoba menetralisir pencahayaan di ruangan ini.