01. Pigeon Guest

512 72 0
                                    

CHAPTER 01
BLANCHED DIMENSION
©NAYLTAE
2022

.

.

.

ALAM selalu menyediakan banyak cara kepada para penghuni bumi agar dapat bertahan hidup. Makhluk hidup dibuat saling berkaitan, membentuk rantai makanan, dan merangkai hubungan mutualisme. Tanah membutuhkan pohon untuk mengikatnya agar tak longsor, begitupun dengan pohon yang membutuhkan tanah untuk menjaganya agar dapat berdiri dengan kokoh.

Namun, ada hubungan lain di alam ini yang hanya akan menguntungkan sebelah pihak, sedangkan pihak yang lain dirugikan. Adalah hubungan antara pemburu dengan para binatang buruannya, contohnya.

Kemarin, badai salju turun sejak pagi menyambut hingga malam tenggelam. Membuat para pejuang kehidupan harus tetap berada di dalam rumahnya hingga butiran putih itu berhenti memenuhi bumi. Tak ada transaksi dagang, kegiatan kuli potong es di laut beku, perburuan, atau apapun yang dapat menghasilkan uang maupun bahan makanan. Hal itu membuat warga miskin sebatang kara seperti Aaron mendadak melakukan puasa sebab tak ada sedikitpun makanan yang dapat dia telan sejak kemarin hingga hari ini.

"Pencuri sialan. Alat pancingku yang sudah tua sekalipun raib olehnya. Sekarang aku kebingungan mencari makan."

Sisa badai kemarin membuat hutan jadi total dipenuhi oleh salju. Sulit untuk Aaron membedakan mana ranting dan mana daun pada pepohonan yang ada di sekitarnya. Kesunyian ini membuat sepatunya yang tenggelam ke dalam salju menimbulkan bunyi yang terdengar layaknya melodi.

Berbekal ketapel masa kecilnya dan beberapa peluru berupa bebatuan sungai, Aaron memandang hamparan langit biru guna menemukan hewan buruan. Sekali saja, karena dia sama sekali tidak memilki uang untuk berbelanja, dia ingin sekali menelan daging burung sebagai santapannya malam ini.

"Apa aku benar-benar harus puasa lagi hari ini? Benar-benar tak ada satupun burung yang bersedia lewat di atas kepalaku?"

Lalu tepat setelah Aaron menutup mulutnya, bagai harapan yang menjadi kenyataan, seekor burung putih melintas cepat pada jarak yang cukup rendah. Aaron tak banyak membuang waktu, segera bersiap dengan ketapel serta pelurunya, siap membidik dalam hitungan ketiga setelah mata kirinya mulai yakin dengan arah bidikan.

"Dapat. Yang satu ini harus dapat."

Kerikil meluncur, tak sampai dua detik langsung menghantam kepala burung tersebut hingga terjun dan mendarat di atas salju.

"Nah, begini, dong! Beruntung sekali kalau burung melintas di tempat ini setiap hari."

Dengan langkah semangat sebab perutnya jadi semakin lapar ketika membayangkan sajian malam ini, Aaron mendekat menghampiri burung yang kini tengah tergeletak tak berdaya di atas salju. Warnanya yang terlihat begitu bersih nyaris menyamai putihnya salju. Sebelum menggendongnya dengan telapak tangan, Aaron mendapati burung itu masih memperlihatkan sedikit mata birunya.

"Yes! Akhirnya aku bisa makan daging burung juga."

Buru-buru Aaron melangkah menuju rumahnya. Menaiki bukit bersalju, pepohonan lebat, sesekali tergelincir sebab tak memperhatikan jalanan dengan hati-hati. Entahlah, mendadak burung yang tengah berada pada genggamannya ini jadi terlihat lebih menarik dari segalanya.

"Kenapa cantik sekali, ya? Aku jadi tidak tega memasaknya."

Aaron jadi bimbang dengan keputusannya. Meski bukan awam dalam kegiatan perburuan, dia berani mengaku kalau ini adalah kali pertamanya mendapatkan hewan buruan. Biasanya, dia hanya akan memancing untuk mendapatkan makanan. Kalau menomorsatukan nuraninya dan membiarkan burung ini tetap hidup, hari ini mungkin dia akan benar-benar mati karena kelaparan.

Blanched DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang