CHAPTER 17
BLANCHED DIMENSION
©NAYLTAE
2023.
.
.
DI MOMEN saat kepalanya kosong, Lyra mulai memikirkan berbagai hal tentang hidupnya. Tentang betapa menyenangkan dia menghabiskan malam-malam bersama nenek serta dongengnya, portal ajaib yang menggandengnya datang ke tempat ini, dan hari-hari panjang yang sudah dia habiskan bersama Aaron dan Edgar hingga saat ini. Lyra masih bertanya-tanya apakah dia akan terus tertahan di dongeng Grindaltan tanpa kembali.
Tentu saja, mimpi kemarin malam tak semudah itu Lyra lupakan. Karena hidup di dalam dongeng, dia menyadari bahwa segala yang terjadi di tempat ini bukan sekadar kebetulan. Terlebih, Christopher Ethan dan kerajaan ada di sana. Sekeras apapun berpikir, satu-satunya hal yang bisa dia simpulkan hanyalah keterkaitan mimpinya dengan kutukan Cristopher.
Seandainya selama perjalanan Aaron cerewet dan banyak bicara, Lyra tak akan mendapat kesempatan untuk meratapi jalan hidupnya. Dia tak akan sedih hingga merindukan keluarganya yang saat ini entah sama merindukannya atau tidak. Dia tak akan repot memikirkan si pria berkuda putih, Ethan, yang datang ke mimpinya semalam. Dia benci karena sejak tadi Aaron sama sekali tak mengajaknya bicara. Beruntung, perjalanan dengan Robby tidak sejauh yang dia bayangkan.
"Kau gila? Sedekat ini? Kita berjalan tidak sampai setengah jam dan kau membawa bekal banyak sekali seolah kita akan pergi ke ujung dunia?"
Robby berhenti melangkah di depan pemukiman sepi. Sama sepinya seperti lingkungan rumah Aaron, namun setidaknya masih ada aroma kehidupan di sini.
Aaron tertawa singkat. "Aku takut kau lapar."
Oh, baik sekali. Lyra sampai tidak tersentuh sedikit pun. Sambil menelan emosi, dia memandangi sekitar sedangkan Aaron mulai membantunya untuk turun. Ada satu-dua orang yang berlalu-lalang di sekitar mereka. Daerah pemukiman, dua kata yang segera terlintas di otak Lyra. Rumah-rumah di sini bervariasi: mulai dari rumah kecil dari kayu, hingga rumah kokoh dari batu, dan ke mana tujuan mereka setelah ini, hanya Aaron yang tahu.
"Astaga, aku gugup." Aaron menggosok dua tangannya yang kedinginanㅡentah karena cuaca yang dingin atau pria itu memang tengah gugup sekali.
"Memangnya kita mau ke mana?"
Aaron tak menjawab. Dia membawa Lyra turut melangkah melewati beberapa rumah hingga akhirnya berhenti di depan sebuah rumah batu yang terasa begitu hangat bahkan hanya dengan dilihat dari luar. Asap mengepul dari cerobong, tumpukkan kayu terlihat di sisi bagian kanan, danㅡoh? Apa itu? Lyra tak asing dengan belasan busur panah yang tergantung di dinding bagian depan rumah.
"Rumah Edgar," ujar Aaron nyaris membuat rahang Lyra jatuh ke dasar salju.
Namun sebelum pikirannya semakin runyam karena kebingungan, buru-buru dia mengingat latar belakang Edgar dan Aaron. Dulu mereka pernah tinggal bersama, bukan? Maka pemandangan di depan matanya dipadukan dengan ucapan Aaron beberapa detik lalu menjadi mungkin. Dia datang ke kediaman Aaron dan Edgar.
Sambil berjalan menuju pintu, Lyra bertanya, "kapan terakhir kau ke sini?"
"Aku tidak menyangka kau akan menanyakan pertanyaan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Blanched Dimension
FanficDari sang nenek, Lyra selalu mendengar dongeng tentang sebuah bangsa yang mengalami kutukan abadi. Grindaltan yang membeku selama ratusan tahun lamanya, dengan sebab yang masih jadi ramalan. Suatu malam, Lyra bertanya-tanya: Apa benar tak ada cara...