CHAPTER 19
BLANCHED DIMENSION
©NAYLTAE
2023.
.
.
TENGAH malam saat udara berada pada suhu paling dingin, Aaron menahan Lyra yang nyaris terlelap di dalam kamar yang telah disiapkan ibu Edgar untuk mereka berdua. Dia kembali mengemas barang yang beberapa menit lalu baru dibongkar Lyra, menggandeng tangan istrinya keluar tanpa berniat memberitahu alasan.
Edgar satu-satunya yang masih terjaga selain mereka berdua. Di depan rumah, pria itu sibuk mengasah puluhan mata anak panah. Tatkala Lyra dan Aaron keluar dari kediamannya, dia sama sekali tak menunjukkan niat untuk bertanya. Dia biarkan Aaron membawa Lyra yang kebingungan menjauh menuju kuda coklat bernama Robby yang juga belum terlelap.
"Hei? Kau kenapa? Kita mau ke mana? Kenapa tidak izin dulu dengan ibumu?"
"Kita pulang."
"Sekarang? Di suhu sedingin ini?"
Tepat di antara Robby dan kuda putih milik istana, Aaron menghentikan langkah. Hatinya tak tega melihat mata sayu dan wajah lelah Lyra, namun tak ada pilihan lain. Dia segera membuka dua lapis mantelnya dan memasang erat dua benda itu pada tubuh mungil istrinya. Dia mengusap pipi beku Lyra dengan jarinya yang sama beku. "Katakan kalau masih dingin."
Meski ingin, Lyra memilih untuk tak banyak bicara. Atmosfer antara Edgar dan Aaron tak kalah dinginnya dengan suhu malam ini. Itu membuatnya menyimpulkan bahwa hubungan keduanya justru makin keruh setelah ditinggal berdua satu jam yang lalu. Pertikaian mereka kali ini mungkin lebih serius dibanding sebelumnya.
"Aaron! Kau bisa bawa kuda putihnya dan pulang ke rumah!" Dari depan rumah, Edgar menjerit.
Aaron tak menanggapi. Buru-buru dia mengangkat tubuh Lyra naik ke atas punggung Robby sebelum Edgar mengatakan hal-hal lain yang akan membuat Lyra curiga. Untuk alasan yang telah Edgar sebutkan, saat ini dan sampai selamanya, dia tak mau ada orang lain mengenalnya sebagai pangeran Grindaltan sekaligus keturunan Cristopher. Dia hanya ingin menikmati hidupnya yang sederhana bersama Lyra.
"Kau yakin baik-baik saja, Aaron?" Dua menit perjalanan, Lyra bertanya.
"Iya, aku tidak kedinginan. Kau tenang saja."
"Bukan. Maksudku kau dengan Edgar."
Kali ini, Aaron tak menjawab. Lyra menunggu jawaban Aaron sambil menghitung langkah kaki Robby, namun pria itu tak kunjung bicara. Malah, dia mendapati rute yang Aaron ambil berbeda dari rute yang mereka lewati saat berangkat pagi tadi.
"Kau tidak kedinginan, 'kan?" tanya Aaron.
Lyra menggeleng. "Tidak sama sekali."
Setelahnya, Lyra membiarkan perjalanan mereka ditemani oleh keheningan. Hening yang total. Gelap, dingin, dan sepi. Dari tenangnya pergerakan Aaron di bekakang punggungnya, Lyra menebak bahwa persoalan yang diam-diam Aaron simpan begitu berat hingga membuatnya kebal terharap udara dingin yang menusuk melewati bajunya yang tipis. Lyra bertanya-tanya, namun dia enggan bertanya dan membiarkan Aaron mengendarai Robby melewati tempat-tempat yang makin asing untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blanched Dimension
FanfictionDari sang nenek, Lyra selalu mendengar dongeng tentang sebuah bangsa yang mengalami kutukan abadi. Grindaltan yang membeku selama ratusan tahun lamanya, dengan sebab yang masih jadi ramalan. Suatu malam, Lyra bertanya-tanya: Apa benar tak ada cara...