CHAPTER 05
BLANCHED DIMENSION
©NAYLTAE
2023.
.
.
LIMA BELAS menit berikutnya, Aaron kembali menantikan Lyra puas menangis seperti yang sebelumnya sudah dia lakukan. Aaron pusing bukan karena Lyra menangis dengan berisik, tapi karena gadis itu sama sekali tak mau meresponsnya ketika dia bertanya. Aaron tak pandai menenangkan orang yang tengah bersedih sebab ini adalah kali pertamanya dihadapkan dengan situasi seperti ini.
"Lalu kau maunya bagaimana? Katakan saja, aku akan melakukan apapun asal kau berhenti menangis." Pasrah Aaron. Dia berjanji ini adalah yang terakhir.
"Aku mau pulang." Di balik lipatan tangan, Lyra mencicit.
"Kau tidak akan pernah bisa pulang kalau kau sendiri tidak tahu kemana kau harus pulang. Apa benar-benar tak ada petunjuk lain selain Swiss? Apa yang ada di Swiss atau bagaimana tempat itu terlihat."
Lyra tak menjawab sebab dia tidak mau terdengar seperti tengah mengatakan omong kosong. Jelas-jelas mereka berasal dari dimensi yang berbeda sekarang. Namanya saja tidak tahu, bagaimana bisa Lyra menjelaskan Swiss yang begitu modern kepada manusia tradisional seperti Aaron?
"Lyra, kau tidak mau menjawabku?"
Lyra langsung mengangkat kepala, membuat Aaron turut terkejut. "Pulang ke rumahmu saja! Aku menyerah."
Pendar cahaya yang membawanya kemari tak bisa ditemukan, dan Lyra khawatir dirinya benar-benar tak bisa kembali ke rumah aslinya. Namun, sisi lain kepalanya berpikir kalau keajaiban itu pasti akan kembali datang suatu hari nanti. Keajaiban yang akan membawanya kembali ke rumah. Dan Lyra berharap hari itu tiba secepatnya.
Di belakang punggung Lyra yang terlihat kuyu, Aaron mengikuti langkah gadis itu dengan perasaan berat. Merasa tak enak hati sebab tak bisa memulangkan Lyra kendati ini bukan kesalahannya. Andaikan dia tahu di mana Swiss berada, sudah pasti dia akan mengantar Lyra bahkan sampai ke depan pintu rumah.
"Kau masih sedih?"
Lyra tak merespon, terus berjalan dengan langkah pelan. Hal itu membuat Aaron menghela berat dan mempercepat laju langkahnya, menyamai posisi Lyra, dan menatap wajah gadis itu dari sisi samping. "Mau ikut aku ke suatu tempat?"
Lyra menoleh. "Ke mana?"
"Ke tempat yang bisa menghapus rasa sedihmu." Aaron tersenyum lembut. "Tempatnya tidak jauh dari sini, kok."
Mereka memutar langkah, menuju sekumpulan pohon rimbun yang sebelumnya telah mereka lalui. Sekitar yang terlihat begitu redup membuat Lyra sebisa mungkin tetap menjangkau langkah lebar Aaron agar tak merasa takut. Ketika sekitar terasa semakin mencekam, Lyra memegangi bagian belakang mantel yang Aaron kenakan.
"Masih jauh?"
Menoleh tipis belakang, Aaron tersenyum. "Sebentar lagi." Kemudian menarik Lyra agar melangkah di sampingnya, merangkul pundak gadis itu. "Kau takut?"
Lyra kikuk setengah mati. Tangan besar Aaron benar-benar terasa berat di atas bahunya yang kecil. "S-sedikit. Tapiㅡbisa tolong lepas tanganmu? Berat."
"Sebentar lagi sampai." Aaron menunjuk ke arah depan. "Lihat cahaya di sana?"
Lyra mengikuti titik yang Aaron tunjukkan. Pohon yang berbaris rapi di sisi kanan dan kiri membuat mereka terlihat seperti melangkah di tengah sebuah lorong, dan cahaya di depan sana adalah pintu keluarnya. Namun, bukan itu yang membuat Lyra terkesima. Semakin dekat mereka dengan cahaya tersebut, Lyra mulai dibuat tak berkedip melihat kristal es yang menjuntai dari atas ranting pohon hingga batas kepala di sekeliling mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/300585690-288-k339681.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Blanched Dimension
Fiksi PenggemarDari sang nenek, Lyra selalu mendengar dongeng tentang sebuah bangsa yang mengalami kutukan abadi. Grindaltan yang membeku selama ratusan tahun lamanya, dengan sebab yang masih jadi ramalan. Suatu malam, Lyra bertanya-tanya: Apa benar tak ada cara...