21. Permission

212 38 7
                                    

CHAPTER 21
BLANCHED DIMENSION
© NAYLTAE
2023

.

.

.

SEPERTI janjinya kepada Aaron, dia harus menyambut suaminya itu dengan masakan ketika pulang. Sayangnya, sekembalinya dia dari pasar, hati dan pikirannya jadi bergejolak luar biasa. Di titik ini, dia mulai merasa bersalah kepada Aaron karena terus-terusan memikirkan pria lain.

Benar. Siapa lagi kalau bukan Ethan.

Entah sudah berapa lama ada di sini, Lyra baru menyadari kalau kehadirannya di negeri terkutuk ini bukanlah tanpa alasan. Setidaknya dia tak akan berpikir demikian kalau hingga detik ini dia tak mengenal siapa itu Ethan. Sayangnya, sekelebat kilas balik asing yang bermain abstrak di pikirannya selalu tentang dirinya dan Ethan. Dia bertanya-tanya tentang rahasia di balik kejadian-kejadian semu tersebut.

"Aku pulang!"

Lamunan Lyra berhamburan kala suara melengking Aaron menyambangi telinga. Saat itu, bertepatan dengan Lyra yang sudah selesai mewadahi masakan terakhirnya. Sambil membawa piring itu ke depan, dia menyambut Aaron.

"Kau pulang tepat waktu, aku baru selesai masak."

Aaron memandang Lyra dengan raut kecewa. "Benarkah? Bukankah artinya aku terlambat? Seharusnya aku pulang sebelum kau masak, sebab aku membawa daging untuk makan malam kita."

Lyra melirik ke arah kantung transparan dengan benda lunak berwarna merah darah di dalamnya. Kemudian, bergantian ke wajah Aaron. "Wah... Aku tersanjung kau benar-benar membawakanku daging. Padahal tadi pagi aku cuma main-main."

"Tentu saja! Kalau istriku yang minta, kenapa tidak aku turuti?" Aaron merentangkan kedua tangannya. "Lalu, mau sambut suamimu ini dengan pelukan?"

Lyra tertawa. "Terima kasih. Tapi tanganku sedang membawa sesuatu yang panas. Mundur kalau kau tidak ingin benda ini membakar kulitmu."

Sambil bersungut-sungut, Aaron melepas mantel tebalnya dan bergabung duduk dengan Lyra di depan meja makan minimalis mereka. Di luar sana, malam baru jatuh. Mereka sengaja membuka pintu agar bisa melihat betapa jernih langit malam ini hingga taburan bintang di sana bisa terlihat dengan amat jelas.

"Baiklah. Mari kita lihat apakah istriku ini pandai memasak." Aaron menggenggam sendoknya antusias.

Ini bukan kali pertama dia memasak untuk Aaron, namun, ini adalah kali pertama Aaron menyambut makanannya sambil menyebut dirinya sebagai istri. Sebutan itu cukup menggelitik sebab Lyra belum terbiasa. Meski begitu, Lyra suka sensasinya sehingga dia ingin terus-terusan mendengar Aaron memanggilnya demikian.

"Enak?" tanya Lyra setelah Aaron menyuap sendok pertamanya.

"Kau mau jawaban jujur atau jawaban yang membuatmu senang?"

"Apa jawaban jujur tidak akan membuatku senang?"

Menelan makanannya, Aaron tersenyum lebar dan meletakkan sendok ke atas meja. Lyra cukup salah tingkah saat Aaron memandangnya dengan sorot paling lembut yang pernah dia lihat. "Enak sekali. Saking enaknya aku sampai ingin menyerahkan seluruh dunia dan isinya kepadamu. Beruntungnya aku memiliki istri luar biasa sepertimu."

Kaku, Lyra menggaruk tengkuknya. "Astaga... Apa kata-katamu itu tidak terlalu berlebihan?"

"Menurutku tidak."

"Menurutku iya."

Aaron tertawa lepas. Tidak ada yang lucu, namun begitulah orang saat jatuh cinta.

"Karena aku tidak bisa menyerahkan seluruh dunia dan isinya kepadamu, aku akan bebaskan kau meminta satu hal dariku. Apapun. Jangan anggap ini berlebihan karena sejak awal menikah aku belum jadi suami yang baik untukmu. Bahkan kita menikah tanpa maskawin."

Blanched DimensionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang