Stepsister
By : Yoora KinHubungan masa lalu yang tidak benar-benar berakhir selalu saja mengintip dari balik bayang-bayang. Menunggu saat yang tepat untuk kembali. Sama seperti hari ini. Harusnya Jeno bersama rekan se-tim nya merayakan kemenangan hari ini. Tapi dirinya malah terjebak bersama orang dari masalah lalu.
Dia mengira semuanya sudah baik-baik saja. Melupakan pujaan hati yang melukainya dulu. Tapi begitu melihat sosok itu di depan matanya. Mendengar kembali suara lembut gadis itu. Hatinya seakan tergerak dan membantah pikirannya. Hanyut terbawa arus kembali ke masa lalu.
Hanya pembicaraan singkat. Gadis itu datang menyapanya setelah 2 tahun menghilang begitu saja seakan tidak pernah ada yang salah. Jeno sempat mengira dirinya akan memaki gadis itu saat mereka bertemu kembali. Tapi nyatanya dia hanya termenung begitu senyum lembut itu tertangkap penglihatannya.
Jeno kembali menemui teman-temannya begitu gadis itu pamit pergi. Yah, benar-benar hanya datang menyapanya saja karena tidak sengaja bertemu.
"Ekhem ada yang ketemu mantan. Balikan nggak yah ?", goda Haechan dan mendapat tatapan tajam si tokoh utama.
"Dari ekspresinya hmmm... tidak sesuai ekspetasi", sambung Renjun ikut mengodanya.
Dan godaan itu berujuang kekerasan dalam pertemanan dengan pelaku utama Lee Jeno. Dia sedang tidak mood dengan candaan teman-temannya.
Sadar ada yang janggal. Dirinya mencari seseorang. Ah bukan sepasang. Karina dan Mark. Mereka tidak ada disana. Daripada bertanya pada teman-teman menyebalkannya, dia memilih langsung menghubungi Karina.
Setelah berulang kali mengirim spam chat. Akhirnya Karina menjawab chat nya. Begitu tahu lokasi Karina, Jeno segera pergi tanpa niat menanggapi teman-temannya.
Mobilnya memasuki pekarangan rumah. Yah, Karina ada di rumah. Rumah itu tampak sepi saat Jeno masuk. Sepertinya orangtua mereka sedang keluar. Jeno bergegas menaiki anak tangga dan menuju pintu berwarna pink.
"Bisa nggak lo ketuk pintu dulu ?", omel Karina yang terkejut karena Jeno tiba-tiba masuk. Hampir saja dia menumpahkan kaleng bir di tangannya. Kalau iya, dia harus mengganti seprei dan langsung mencucinya kalau tidak ingin mendapat omelan si Nyonya rumah.
"Sorry !", ucap Jeno dan seenaknya berbaring di samping gadis itu, merebut kaleng bir dan meneguk habis isinya. "Ayah-Bunda ?", tanya Jeno kemudian.
"Kan tadi pagi pamit dinas luar kota", jawab Karina membuat Jeno mengingat kembali percakapan pagi ini di meja sarapan.
"Bunda juga ?"
"Yah kayak lo nggak tahu aja. Pengantin baru penggennya nempel terus. Kayaknya kita siap-siap dapat adek baru", ucap Karina membuat Jeno mengerjit.
"No ! lo aja udah cukup. Kalo ada bocah lagi di rumah ini bisa gila beneran gue !"
"Ck, dasar egois !", cibir Karina.
"Hmmm... mumpung Ayah lagi nggak ada. Mau yang lebih enak nggak ?", tanya Jeno mengangkat kaleng bir kosong di tangannya.
Karina hanya menatap tidak mengerti. Tapi kemudian dirinya ditarik si sipit. Keduanya menuruni tangga menuju ruang kerja Ayahnya. Saat Karina akan menekan saklar lampu Jeno segera menepis tangannya dan memberi isyarat dengan menunjuk cctv di sudut ruangan itu.
Seperti sudah terbiasa Jeno memimpin memasuki ruangan itu melalui sisi yang tidak terekam cctv. Mereka tiba di sudut ruangan dan Jeno membuka sebuah pintu dengan sebuah kunci yang entah darimana dia mendapatkannya. Keduanya memasuki ruangan lain yang terhubung dengan ruang kerja si Tuan besar Lee.
Karina menggeleng sambil bertepuk tangan beberapa kali setelah melihat isi ruangan itu. Lemari-lemari kaca berjejer dengan ratusan botol berisi alkohol yang tersusun rapih berdasarkan jenisnya.
"Ruang penyimpanan Ayah. Bunda belum tahu kayaknya"
"Jelas belum tahu. Kalau tahu ruangan ini udah lama digusur", ucap Karina setuju. Iren memang tidak melarang suaminya meminum alkohol hanya saja tidak boleh berlebihan apalagi sampai memiliki ruang penyimpanan pribadi.
"Ayah kehilangan kuncinya dan gue nemu"
"Dan lo simpan sendiri"
"Hehehe... lagian Ayah nggak bisa masuk kesini setelah ada Bunda. Mending buat gue !"
Keduanya mengambil beberapa botol dan kembali ke kamar Karina. Tidak lupa mengambil beberapa cemilan dari dapur untuk menemani pesta kecil mereka berdua.
"Gue minta putus ke Mark", ucap Karina tiba-tiba membuat Jeno tersedak minumannya.
"Shit ! bisa nggak lo ngomong sesudah gue minum atau nggak sebelumnya"
"Ck, overreaction !"
"Terus gimana ? Mark ?"
"Gue nggak tahu. Yang jelas gue udah minta putus", jawab Karina dan kembali menegak habis segelas penuh.
Smirk Jeno mengembang. Dia mengambil satu gelas besar dan mencampur beberapa jenis minuman dan berlagak seperti seorang bartender membuat Karina tertawa. Dia mengisi gelas keduanya hingga penuh.
"Malam ini kini senang-senang. Lupain Mark, oke ? cheers !"
Katakanlah keduanya benar-benar mengabaikan segalanya sekarang dan hanya ingin menghibur diri dengan pesta kecil berdua. Keduanya tidak berhenti minum hingga yang tersisa botol kosong yang tergeletak di lantai kamar Karina. Lee Donghae akan menangis melihat minuman koleksinya sudah lenyap dalam sekejap oleh dua remaja liar di rumahnya.
.
.
.
.
.
.
.tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepsister | JENOXKARINA (END)
FanfictionJeno menerima keputusan Ayahnya menikah lagi. Senang hati menerima kehadiran wanita yang akan mengisi posisi Bundanya yang telah pergi. Tapi ada yang tidak disukainya dari pernikahan itu. Karena Bunda barunya datang sepaket dengan adik baru juga. Si...