#26

2.1K 183 14
                                    

Stepsister
By : Yoora Kin





Jeno memasang ekspresi suramnya sepanjang perjalanan. Meski dia tidak protes atau mengatakan apa-apa. Aura nya semakin mengelap begitu mereka tiba di tujuan.

"Ayo !"

"Aku juga ikut ? tapi-"

"Yah ikutlah ! kamu kok setengah hati gitu bantuin Bunda ?"

Jeno akhirnya mengalah dan menemani Bunda nya masuk ke rumah sakit. Sungguh dia sangat kesal tapi tidak bisa protes. Lagi-lagi hari ini dia pasrah menemani si Nyonya besar memeriksa kandungan karena si Ayah yang super sibuk. Karina ? gadis itu selalu saja menghilang di saat-saat seperti ini.

Jeno sangat canggung duduk bersama Bunda nya di ruang tunggu ditemani tatapan aneh orang-orang. Tentu saja ! dia terlihat seperti sedang menemani sugar mommy periksa kandungan. Vibe nya kan begitu. Sungguh mengesalkan !

Setelah Iren masuk karena dipanggil. Jeno bergegas menyingkir dari sana. Dia akan kembali nanti mengecek jika Bunda nya sudah selesai.

"Halo Ayah ! harus banget yah aku yang nemenin Bunda ? Ayah gimana sih ?"

"Ck, nggak apa-apa ! kan yang di perut Bunda juga adik kamu !"

"Yah tapi kan malu ! Jeno pasti dikira yang enggak-enggak"

"Modusin anak gadis orang jago kamu. Giliran temenin Bundanya periksa kandungan nggak mau ! anggap aja latihan besok-besok sama Karina udah tahu"

"Yah konsepnya beda Ayah !"

"Tut... tut..."

Panggilan pun diakhiri sepihak oleh sang Ayah yang tidak berperi-ke-Jeno-an. Jeno jadi kesal sendiri dan bergumam tidak jelas. Dia hanya berjalan-jalan sebentar menenangkan emosi lalu kembali ke tempat Bundanya. Dan siapa sangka sunggu kebetulan dia malah bertemu orang mengejutkan disana.

"Jeno ? ngapain lo disini ?", tanya Mark yang sedang digandeng Mina.

Yah, dia bertemu Mark dan Mina. Jeno sampai terkejut melihat perut Mina yang jelas sudah membesar. Benar dugaan Karina mereka menikah terburu-buru karena hal itu. Ck, untung Karina sudah berpaling padanya !

"Bukan urusan lo !", jawab Jeno dingin.

"Jangan bilang ? Karina ?"

Tiba-tiba ide gila muncul di otaknya. Tiba-tiba dia ingin membual dan memanas-manasi Mark. Hanya ingin menegaskan jika Karina benar-benar miliknya sekarang.

"Kar-"

"Ayo Jeno ! Eh, Mark ? Mina ?"

Sungguh sial ! Bunda nya keburu keluar dari ruang pemeriksaan. Dia kan belum sempat menjalankan rencananya. Menyebalkan.

"Eh, Bunda apa kabar ? Bunda yang lagi periksa ?", tanya Mark basa-basi sedangkan Jeno menye-menye di belakang Bundanya.

"Iya... periksa adiknya Jeno !", jawab Iren.

"Oh yah ! selamat Bunda ! sepupu aku nambah satu dong !", heboh Mark sedangkan Jeno semakin kesal ingin cepat-cepat pulang.

"Bunda ayo !", rengek Jeno.

"Yah sudah ! Kami pulang duluan yah", pamit Iren menyadari kekesalan Jeno.

Iren tidak tahu apa-apa soal hubungan Jeno dan Mark yang buruk. Dia hanya tahu Jeno tidak terlalu akrab dengan Mark. Tapi yang buat Iren geleng-geleng adalah se-badmood itu Lee Jeno tetap saja dia menurut dan tidak protes saat Karina menelepon menyuruhnya singgah membelikan titipan cemilan di jalan pulang. Iren merasa tenang karena Jeno menjaga Karina dengan baik.

"Kenapa muka lo ?", tanya Karina melihat wajah kusut Lee Jeno saat memasuki rumah. Pemuda itu langsung duduk di samping Karina dan menyerahkan kantong berisi titipan Karina.

Tidak mendapat jawaban, Karina beralih menatap Iren mencari jawaban tapi Bunda mereka itu hanya mengangkat bahunya.

"Bund ! Jeno ijin peluk Karina !", ucap Jeno tiba-tiba lalu langsung memeluk Karina tanpa menunggu jawaban dari Bunda nya.

Iren tidak bisa menahan tawa nya melihat tingkah si sulung itu. "Cuma peluk yah Jen !", peringat Iren bercanda lalu meninggalkan sepasang kekasih itu.

"Kenapa sih ?", tanya Karina mengelus surai hitam milik Jeno.

"Kesel lah ! lo nggak tahu aja orang-orang ngeliatin gue disana kayak gimana. Plus ketemu Mark segala lagi !"

Karina tertawa pelan merasa lucu mendengar Jeno seperti bocah sedang mengaduh.

"Lain kali gue aja yang nemenin Bunda"

"Ck, ngomong doang lo ! Ntar tiba-tiba ilang lagi. Kan gue terus yang jadi tumbal. Mana Bunda nggak bisa dibantah", keluhnya.

"Iya, iya. Janji gue yang bakal temenin Bunda lain kali !"

"Udah janji yah ! gue serius ngambek kalo lo bohong"

Khusus hari itu Iren membiarkan saja sepasang kekasih itu menempel seharian. Anggap saja kompensasi menemaninya hari ini sampai Jeno badmood begitu. Lagi pula apa yang bisa mereka berdua lakukan saat dia juga ada di rumah.

Tidak tahu saja Iren pasangan rusuh di ruang tengah sedang asik berciuman mesra saat Iren sedang ada di kamar.

"Stop ! ada Bunda !"

"Dikit lagi ! nanggung. Bunda di kamar, nggak akan ketahuan !"

Mereka kembali berciuman tanpa menyadari ada sosok bertubuh tegap yang baru saja memasuki rumah dan menyaksikan mereka sambil geleng-geleng.

Bang...

Keduanya terkejut karena ada sebuah box dilempar ke arah mereka. Keduanya reflek duduk dengan benar menyadari kehadiran sang Ayah.

"Ini apa ?", tanya Karina heran melihat box yang dilempar Donghae sedangkan Jeno yan sudah tahu langsung melotot ke arah Ayahnya.

Karena penasaran Karina membuka dan melihat isinya.

"Bukannya Ayah nggak percaya kalian. Tapi buat jaga-jaga !"

"Ayah !", pekik Karina melihat isinya. Ternyata itu box pengaman.

Donghae langsung ngacir mencari istrinya sebelum Karina mengamuk. Sedangkan Jeno malah tertawa geli karena kelakuan Ayahnya yang ternyata isi otaknya persis miliknya. Buah tidak jatuh jauh dari pohonnya.

.
.
.
.
.
.
.
.tbc

Stepsister | JENOXKARINA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang