Stepsister
By : Yoora KinHari ketiga liburan mereka. Karina tersenyum begitu membuka pintu balkon dan disuguhi pemandangan indah pantai di pagi hari. Rasanya dia ingin tinggal disitu saja. Mengingat padatnya kota dan tugas kuliah menumpuk membuatnya bergidik ngeri dan berharap liburan masih panjang.
Puas menikmati pemandangan, suara perutnya yang mulai protes minta diisi membuatnya langsung berlari turun ke lantai dasar menuju ruang makan. Sudah ada Iren yang menyiapkan sarapan dan Donghae yang menikmati kopi paginya sambil menunggu.
Plak...
Iren memukul tangan Karina yang berniat mengambil makanan.
"Panggil Jeno dulu sana !"
Karina mendelik kesal tapi tetap mengalah dan kembali menaiki tangga menuju kamar si sulung Lee. Pemuda sipit itu masih nyaman di kasur yang nyaman. Pintu balkon dibiarkannya terbuka semalaman.
"Oppa...", panggil Karina sambil mengguncang tubuh Jeno dengan kakinya tapi tidak ada respon sama sekali.
Karena kesal Karina menendang Jeno lebih kuat hingga jatuh dari kasur. Oke. Kedua kalinya pemuda itu ditendang dari kasur.
"Apaan sih Kar ? sakit tahu !", kelah Jeno yang akhirnya bangun. Dia merangkak kembali menaiki kasurnya.
"Eit... jangan tidur lagi ! dipanggil Bunda sarapan", protes Karina saat Jeno kembali berbaring di kasurnya.
Grab...
Tanpa bisa dicegah, Karina ditarik untuk ikut berbaring dalam pelukan Jeno.
"Emang harus banget ditendang ? jadi pacar yang lembut dikit bisa kan ?", keluh Jeno.
Plak...
Karina memukul pelan bibir Jeno membuat pemuda itu mendelik padanya."Hush... hati-hati ngomongnya ! kalo Ayah-Bunda denger gimana ? lagian siapa yang jadi pacar situ, huh ?", protes Karina.
"Lah... bukannya semalam kita... ?"
"Ck, mana ada ? lo nembak nggak ada romantis-romantisnya. And I never say yes !", ucap Karina dan mendorong Jeno agar dirinya bisa keluar dari pelukan pemuda itu. "Cepetan ! gue laper", ucap Karina sebelum keluar dari kamar itu.
"Shit ! susah banget sih cuma mau pacaran juga. Lihat aja ! you will definitely say 'Yes'. Jangan kira lo bisa nolak gue !", ucapnya dengan senyum aneh di wajahnya.
.
.
.
.
.
.
.
.Bukan keluarga Lee kalau tenang-tenang saja. Pasti ada saja tingkah dua anak itu yang membuat kegaduhan sepanjang liburan. Kedua orangtua mereka saja sudah angkat tangan. Biarkan saja mereka.
Seperti saat ini... setahu Karina dia seharusnya sedang tidur bersantai di bangku pinggir kolam setelah seharian berburu oleh-oleh bersama Iren. Tapi tiba-tiba saja dia terbangun sendirian di atas sebuah kapal pesiar. Suasana jadi agak menyeramkan karena hari sudah gelap, jauh dari pantai, dan sialnya tidak ada lampu yang menyalah di kapal itu. Apa dia benar-benar sendirian disana ? yang jelas ini pasti perbuatan si sipit jahil.
Karina berniat menuju ruang kendali saat semua lampu tiba-tiba dinyalahkan. Kapal itu mendadak sangat terang dan indah.
"Gimana ? udah romantis belum ?"
Suara yang sangat familiar dan menyebalkan itu membuat Karina berbalik dan sekali lagi terkejut mendapati Jeno yang sedang membawa buket tapi bukan bunga melainkan ice cream cone yang ditata menyerupai buket bunga. Semoga saja tidak ada yang meleleh.
"Ini ice cream ?", tanya Karina antusias dan dijawab anggukan Jeno.
"Jadi gimana ? gue diterima kan ?"
Bukannya menjawab Karina malah sibuk dengan buket ice cream yang sudah berpindah ke tangannya.
"Kar ? jawab dulu !"
"Diterima nggak yah ?", ledek Karina.
Jeno yang tidak tahan lagi. Merebut kembali buket ice cream dari tangan Karina membuat gadis itu panik.
"Eh iya... iya... diterima ! sini balikin !"
Jeno tersenyum menang dan mengembalikan lagi buket ice cream itu ke tangan Karina. Tidak lupa memberi kekasih barunya pelukan erat bahkan mengecup pipi nya gemas. Kejutan dari Jeno belum selesai karena setelahnya kembang api dinyalahkan dan memperindah malam itu.
"Eh tapi kita backstreet dong ? Kan Ayah-Bunda nggak boleh tahu yah ?", tanya Karina tiba-tiba.
"Yah iya. Tapi... kita akan coba cari waktu yang tepat buat ngasih tahu mereka", ucap Jeno tapi ekspresi Karina masih khawatir. Tetap saja ada banyak hal yanh dipikirkannya termaksud reaksi Bunda nya nanti. Bagaimana jika wanita yang sangat disayanginya itu kecewa padanya ?
"It's okay ! I'm here with you !", ucap Jeno mencoba meyakinkan Karina.
"Awas aja lo kabur pas ketahuan !", ancam Karina mengundang tawa Jeno.
"Kalo gue kabur yah gue bawa lo ikut kabur lah masa gue tinggal ! hehehe", ucap Jeno mencubit gemas ujung hidung Karina.
"Siap-siap dikutuk jadi kaktus sama Bunda !", ucap Karina lagi membuat Jeno semakin terbahak-bahak.
"Kok kaktus ? bukan batu yah ?"
"Bunda kan koleksinya kaktus mini bukan batu", jawab Karina lagi-lagi membuat Jeno tertawa.
"Lucu banget sih pacar gue ! sini cium nya mana ? kan tadi gue udah nyium !", ucap Jeno menunjuk pipinya.
"Nggak mau. Maunya di bibir", goda Karina.
"Dengan senang hati !"
Jeno menarik tenguk Karina agar dia bisa mencium bibir kekasih barunya itu.
"Eiit... becanda ! sini pipi nya !", tolak Karina mendorong wajah Jeno.
"Tawaran pipi udah habis sekarang cuma bisa di bibir", ucap Jeno sebelum akhirnya berhasil mencium Karina.
Katakanlah mereka mengambil pilihan besar dalam hidup keduanya. Melepas kisah masa lalu menyakitkan dan memulai kisah baru. Bisakah mereka menjalani kisah baru yang mungkin saja lebih banyak masalah ?
.
.
.
.
.
.
.
.tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepsister | JENOXKARINA (END)
FanfictionJeno menerima keputusan Ayahnya menikah lagi. Senang hati menerima kehadiran wanita yang akan mengisi posisi Bundanya yang telah pergi. Tapi ada yang tidak disukainya dari pernikahan itu. Karena Bunda barunya datang sepaket dengan adik baru juga. Si...