Stepsister
By : Yoora KinPagi yang cerah hari ini. Sayangnya suara alarm menghancurkan ketenangan pagi ini. Karina yang merasa terganggu oleh bunyi alarm yang diyakininya bukan miliknya akhirnya terpaksa bangun.
"Kan... bukan punya gue", ucap Karina menatap wallpaper asing HP itu. "Lee Jeno ? dasar narsis !", cibirnya mengenali foto yang menjadi wallpaper HP itu.
Terlalu mengantuk untuk bangun. Gadis itu memilih untuk kembali melanjutkan tidurnya hingga dia sadar ada seseorang berbaring di sampingnya. Matanya terbuka lebar dan langsung mendapatkan kesadarannya sepenuhnya.
"Ahhhh !"
Karina reflek menendang Jeno hingga jatuh dari tempat tidur. Pemuda itu terbangun dan mengaduh sakit setelah tubuhnya membentur lantai dengan cukup kuat. Karina mengacak rambutnya gusar setelah kembali mengingat kejadian semalam.
.
.
."Yak, Mark Lee ! I hate you", bentak Karina menarik-narik kerah baju Jeno. Yah dia mengira Jeno adalah Mark karena pengaruh alkohol.
"Gue Lee Jeno ! bukan Mark", Jeno menghempas kasar tangan Karina.
Keduanya sudah dibawah pengaruh alkohol. Tatapan mereka tidak fokus dan terus meracau tidak jelas.
"Hiks...", Jeno tiba-tiba menangis membuat Karina menatapnya.
Karina menahan kedua pipi Jeno agar bertatapan dengannya.
"Park Siyeon !", gumam Jeno.
"Siyeon ? siapa ? gue Karina !", ucap Karina menggeleng tidak terima Jeno memanggilnya dengan nama orang lain.
"Karina ?", tanya Jeno dan diangguki Karina.
Keduanya kembali bertatapan sangat dalam. Hingga entah dorongan darimana dua bibir itu menyatu. Awalnya hanya menempel hingga salah satu mulai bergerak dan diikuti yang lainnya. Saling melumat mencoba mendominasi. Air mata lolos dari pertahanan keduanya. Isak tangis di sela ciuman itu. Entah apa yang sedang ada di benak keduanya.
Lee Jeno mendominasi dengan kekuatannya mendorong dan mengungkung gadis itu. Keduanya benar-benar kehilangan akal.
.
.
.Lee Jeno pun mendapatkan kembali kesadarannya dan berusaha bangun dari lantai. Dia pun sama terkejut dengan Karina mendapati tubuhnya tanpa pakaian sehelai pun. Dia mencoba mengintip ke atas kasur dan mendapati Karina yang bersembunyi di dalam selimutnya.
"Kar ?"
"Jangan mendekat !", bentak Karina membuat Jeno tidak berani mendekat. "Keluar !"
Dengan enggan, Jeno menurut memungut pakaiannya yang berserakan di lantai dan keluar dari kamar itu menuju kamarnya sendiri. Dia terus memaki dirinya sendiri atas kebodohan semalam. Sungguh alkohol menjadi musuhnya sekarang. Sepertinya itu hukuman untuk mencuri minuman milik Ayahnya.
Sementara itu, Karina berusaha menuju kamar mandi dengan susah payah karena bagian bawahnya masih perih. Berendam di air hangat menjadi pilihannya untuk menenangkan pikiran dan tubuhnya. Dia mengumpat tidak jelas melihat banyak tanda kemerahan di tubuhnya.
"Lee Jeno sialan !"
Karina menenggelamkan kepalanya ke air sebentar untuk menjernihkan pikiran. Rasa sesak di dadanya membuatnya kembali menyembul keluar dari air. Dia berusaha menahannya tapi air mata dan isak tangisnya tidak tertahankan dan dia mulai menangis.
Sekacau Karina begitu pun Jeno yang juga tidak bisa menenangkan pikirannya. Dia tidak akan terlalu kacau jika dia meniduri gadis lain. Tapi ini Karina. Saudara tirinya. Apa yang akan terjadi jika Ayah dan Bundanya tahu ? Dia hanya bisa berharap tidak ada hal yang lebih buruk lagi. Di tengah kerisauannya terselip kecemasan untuk Karina. Dia yakin gadis itu lebih kacau darinya. Untuk pertama kalinya dia merasa menjadi pria paling brengsek.
Menyelesaikan mandinya dan menenangkan pikirannya. Jeno memesan makanan lalu mencoba mengumpulkan keberaniannya mengetuk pintu kamar Karina. Setelah sekian lama Karina tinggal disana pertama kalinya seorang Lee Jeno mengetuk pintu kamarnya.
Tidak mendapat jawaban. Jeno berusaha memanggil Karina tapi nihil. Gadis itu tidak menjawab. Jeno khawatir dan langsung masuk begitu saja. Mendapati kamar kosong yang masih berantakan seperti saat dia meninggalkan kamar itu tadi pagi. Ketakutan menghampirinya dan dia segera berlari menuju kamar mandi dan sesuai dugaannya. Karina ada disana memeluk lututnya di dalam bathup.
"Karina ?"
Jeno mengabaikan segalanya dan menghampiri gadis itu. Punggung mungil itu bergetar dan isak tangis pelan terdengar. Jeno dapat merasakan dinginnya kulit gadis itu begitu mereka bersentuhan. Dengan sigap Jeno mengambil handuk besar dan membungkus tubuh Karina. Menggendong gadis itu kembali ke kamar.
"Maaf !", Jeno mendudukan Karina di kasur dan dirinya sendiri berlutut di hadapan gadis itu dan terus meminta maaf.
Karina tidak menjawab dan terus menangis. Jeno merengkuh tubuh mungil yang mulai mengigil kedinginan itu. Mengusap lembut rambut panjang yang basah hingga ada air yang terus menetes di ujung rambutnya.
"I'm sorry !", ucap Jeno lagi.
"I... I'm not hate you. Gue cuma takut Jen ! Takut..."
"Hei... You're not alone ! Nggak akan ada hal buruk yang terjadi", ucap Jeno berusaha menenangkan gadis itu.
.
.
.
.
.
.
.tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Stepsister | JENOXKARINA (END)
FanfictionJeno menerima keputusan Ayahnya menikah lagi. Senang hati menerima kehadiran wanita yang akan mengisi posisi Bundanya yang telah pergi. Tapi ada yang tidak disukainya dari pernikahan itu. Karena Bunda barunya datang sepaket dengan adik baru juga. Si...