23#

147 45 2
                                    

----HAPPY READING----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----HAPPY READING----

   Fiza memandang foto yang diambil semalam bersama Jeo di suatu tempat sambil senyum-senyum. Ia merasa bahagia dalam foto itu terlihat wajah Jeo yang sangat tampan dan dirinya juga menciumi pipi pujaan hatinya. Kemudian gadis itu memeluknya seakan itu adalah Jeo.

Papah Jeo yang baru saja dari dapur sambil membawa secangkir kopi memandang heran pada tingkah laku anak perempuan di sampingnya.

"Ada apa gadis kecil?" Ia duduk lalu menyeruput kopinya, "sepertinya lagi senang."

Fiza menoleh sambil tersenyum. Wajahnya terlihat berseri-seri, Papah Jeo dapat mengetahuinya. Pasti anak itu sedang dimabuk asmara.

"Eh, Papah. Nggak Pah. Fiza cuma lagi senang aja gitu. Soalnya kemarin Fiza jalan bareng Jeo, anak Papah."

Pria paruh baya itu berpikir sejenak.
"Kamu menyukai anak saya?" tanyanya memastikan.

Fiza mengangguk cepat dengan penuh semangat. "Iya, Pah. Fiza udah suka Jeo lamaaa banget."

Papah Jeo menangguk mengerti.
"Saya pernah mendengar rumor tentang kalian berdua," jelasnya membuat Fiza bersemu malu.

"Yang bener Pah? Rumor apaan Pah? Kasih tau dong Pah," cengirnya penasaran.

Gadis mungil itu menunggu penjelasan sang Papah Jeo. Ia pikir ini adalah waktu yang tepat untuk mendekatkan diri dengan calon mertua. Siapatau ia bisa mengambil hati Papah Jeo dan menjodohkannya dengan anaknya, Jeo.

Semoga saja. Ia sangat berharap akan hal itu. Jeo itu adalah pujaan hatinya. Laki-laki yang selama ini ia idam-idamkan.

"Katanya kamu nempel-nempel terus sama Jeo."

Apa-apaan rumor itu? Tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Ya, meskipun ada benarnya juga sih.
Fiza mengulum bibir secara paksa. Tatapan matanya berpancar kecewa. Seperti yang bukan dia inginkan.

"Pah, Jeo masa sampe sekarang gak suka juga sama Fiza," ungkapnya kecewa.

Papah Jeo menghela napas. Menatap anak perempuan yang sepertinya seumuran dengan anaknya, Jeo.
"Anak saya memang gitu, Fiza. Kamu harus sabar."

Sontak gadis mungil itu menoleh dengan tatapan yang berbinar-binar.

"Fiza boleh nih ngejar anak Papah? Papah ngerestuin hubungan kami? Papah bakalan ngedukung Fiza? Yang bener Pah?" Fiza memberikan pertanyaan pada papah Jeo secara bertubi-tubi. Hal itu tentu saja membuatnya sedikit bingung.

"Saya sih nggak ngelarang anak saya buat berhubungan dengan siapa saja. Asalkan dia senang," jelas papah Jeo membuat Fiza berpikiran kemana-mana.

Berhubungan dengan siapa aja itu maksudnya apa?

"Kalo Jeo pacaran sama cowok, papah nggak ngelarang?" Fiza menjadi over thinking hanya karena ucapan papahnya Jeo sekarang.

"Saya nggak bilang bolehin sama cowok ya. Berhubungan dengan sesama jenis itu menyimpang. Jadi, saya nggak setuju. Lagipula Jeo masih waras. Saya yakin anak itu bakal luluh sama kamu."

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang