36#

169 36 9
                                    

-----HAPPY READING-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----HAPPY READING-----

    Keluar dari mobilnya Jeo. Fiza kembali menarik pergelangan tangan lelaki itu secara paksa untuk ikut dengannya. Sekarang mereka telah tiba di suatu tempat yang tentunya Jeo ketahui.

Ya, benar, Fiza membawanya ke rumah Jeo sendiri. Melihat rumah tidak ada penghuninya. Jeo merasa sedikit lega. Bisa-bisa ia akan diberikan beribu-ribu pertanyaan oleh kedua orangtuanya. Sepertinya mama dan papanya sedang berada di kafe.

Fiza mendorong tubuh Jeo dan menutup pintu kamar lelaki itu dengan kasar. Sehingga terdengar dentuman yang cukup keras.

Jeo terkejut. Benar. Apa yang dilakukan gadis di depannya ini benar-benar sangat gila!

"Fiza ... kenapa Lo,"

Matanya membelalak saat melihat Fiza mulai melepaskan pakaiannya dan membuangnya secara sembarang. Kini lekuk tubuh gadis mungil itu terekspos dan meninggalkan bra-nya saja.

"Lo ngapain Fiza?!"

Fiza tak mendengar apa yang diucapkan oleh lelaki itu. Ia berjalan mendekat sampai mereka jatuh ke kasur. Gadis itu masih melakukan aksinya. Dia mulai membuka rok mininya dan celana pendeknya.

Jeo menarik napas dalam-dalam. Ia menyentuh lengan Fiza sambil memandang objek lain. Ia tidak mau menodai kesucian gadis itu. Ia tidak mau napsunya muncul. Tunggu! Dia apa katanya? Napsunya muncul? Bagaimana mungkin? Dia gay kan? Benar! Dia gay!

Jeo kembali menatap gadis itu tanpa memandang tubuhnya yang elok.
"Za, Lo kenapa lepasin baju Lo?" Jeo berusaha untuk sabar.

Mata mereka bertemu. Fiza memandang penuh arti pada lelaki di depannya. Pujaan hatinya yang sangat ia cintai sepenuh hati.

"Sekarang Jeo udah bisa suka sama cewek ya?" ujarnya lirih. Tak bisa disembunyikan kalau gadis itu menahan perih di hatinya. Bayangan lengannya digandeng oleh perempuan lain sungguh menyayat hatinya. Bukannya lebay. Tetapi ini benar-benar perasaan biasanya, bukan?

Benar, ia cemburu.

"Gue belum normal, Za. Lo tau itu kan?"

"Tapi Jeo tadi gak lepasin tangan cewek jalang itu!" ketusnya kesal.

Jeo menatap tajam. "Jaga ucapan Lo Fiza!"

Fiza membisu. Matanya menatap ke bawah dan ia mulai melepaskan balutan yang menutupi payudaranya. Tanpa sadar. Akan tetapi, Jeo langsung menghentikan apa yang dilakukannya.

"Jangan kayak gini Za, please..."

Fiza tidak kuat menahan sesak di dadanya. Buliran air mata itu pun sontak lepas dari pelupuk matanya.

"Fiza gak suka Jeo bohong kayak gini. Jeo sebenarnya udah normal kan? Atau ... jangan-jangan Jeo selama ini cuma sandiwara aja biar Fiza nyerah?" lirihnya.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang