34#

119 33 1
                                    

-----HAPPY READING-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----HAPPY READING-----

     Sepanjang perjalanan Fiza terus mengoceh tentang betapa tidak sabarnya dirinya untuk bertemu sang calon mertuanya. Padahal belum tentu akan menjadi mertuanya bukan? Tetapi kenapa gadis mungil di sampingnya seantusias itu? Jeo menjadi heran sendiri.

"Jeoo, Jeoo, mamanya Jeo orangnya kayak Jeo atau kayak papanya Jeo?" tanya Fiza dengan mata yang berbinar-binar.

Jeo yang sedang menyetir. Menoleh sebentar dan mengatakan, "kayak gue."

"Kayak Jeo? Sifatnya kayak Jeo ya? Atau mukanya yang mirip kayak Jeo? Ehh wait, Jeo kan anaknya mamanya Jeo berarti Jeo mirip mama. Bukan mama mirip Jeo, haha, Fiza jadi makin gak sabar ketemu mama mertua," jelasnya dengan tawa kecilnya yang garing.

Jeo mengernyitkan dahinya setelah mendengar apa yang diocehkan gadis mungil itu. Ya, dimana-mana anaknya memang mirip orang tuannya. Bukan orang tuanya yang mirip anaknya. Teori macam apa kalau orang tua mirip anaknya, bukan? Pasti sangat aneh.

Mendengarnya saja membuat pusing apalagi memikirkannya.

"Bisa diem selama ada nyokap gue, Za?"

Fiza memutar kepalanya ke samping. Ditatapnya dengan serius. Apa maksudnya tadi? Apakah untuk menjaga image agar dipandang baik oleh calon mertua? Oh my-

"Nyokap gue bisa-bisa mikir Lo anak ilang kalo kelakuan Lo masih gitu."

"Ihh Jeo mahh gak boleh gitu. Mertua mah harus tau kelakuan asli menantunya biar gak kaget nanti pas kita udah nikah."

"Kalem dikit aja, Za. Lo kan cewek."

"Jeo serius mau Fiza kalem di depan mama?" Jeo mendelik tajam.

"Itu mama gue. Bukan mama Lo," tegasnya.

Fiza tersenyum. "Mama kita bersama, sayang."

Jeo tidak memusingkan apa yang dikatakan oleh gadis itu. Ia langsung menancap gas dan tak lama kemudian mobilnya tiba di depan rumah seseorang.

"Udah nyampe ya Je?"

"Iya."

"Kita di rumah siapa? Rumah mama ya?"

Jeo langsung memberikan tatapan tajam saat Fiza tidak memberikan embel-embel mamanya Jeo.

"Ihh Jeo. Kan kalo kita udah nikah. Mamanya Jeo, mamanya Fiza juga," ucapnya tak mau kalah.

Jeo menghembuskan napasnya. Ia tidak mau membuat stok kesabarannya habis sebelum tiba di rumahnya. Bisa-bisa emosi terus gara-gara meladeni ucapan Fiza.

"Turun," Jeo membuka kenop pintu mobilnya, "jangan buat masalah ya?" ujarnya dengan suara lebih lembut.

Gadis itu tak menyahut dan hanya senyum-senyum sendiri saja.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang