33#

140 34 1
                                    

-----HAPPY READING-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----HAPPY READING-----

   "Lo mau yang mana Tish?"

Tisha memperhatikan menu di depannya. Kemudian menunjuk pilihannya kepada orang di sampingnya.

"Ini. Aku pilih Strawberry milkshake aja," ujarnya. Membuat perempuan di sampingnya mengangguk.

"Mas, Strawberry milkshake nya dua ya," ucap perempuan berkuncir satu pada penjual milkshake.

Setelah beberapa menit kemudian lamanya. Minuman yang mereka pesan pun jadi. Perempuan berkuncir satu yang tak lain adalah Indira itu membayarnya karena sedang ingin mentraktir. Walaupun sebenarnya Tisha ingin menolaknya. Tapi Indira tetap memaksa ingin mentraktir.

"Indi, nginap dimana sekarang?" Tisha bertanya kemudian duduk di kursi yang telah disediakan disana. Indira juga ikut duduk dan meminum milkshake nya.

"Gue nginap di rumah nenek gue."

"Indi tinggal di rumah nenek Indi lagi? Kenapa nggak nginap di rumah aku? Biar nggak sendirian."

Indira menggeleng pelan. "Gue gak mau ngerepotin elo, Tish," ungkapnya.

Tisha tersenyum simpul setelah menghela napas pendek. Ia menatap dengan lembut. Memang ya, Tisha sangat postive vibes sekali. Indira beruntung mempunyai sahabat seperti dirinya.

"Indi itu udah kayak kakak Tisha. Jadi kalo ngerepotin gak pa-pa. Kita kan keluarga," jelasnya membuat Indira terkekeh.

"Beda dikit doang Tish. Tua amat gue dikatain kakak Lo," tukas Indira sok dramatis.

Tisha tertawa kecil.
"Indi, bukan tua. Tisha anggap Indi itu kakak karena Indi juga dewasa orangnya. Tisha jadi berasa punya kakak."

Mendengar perkataan Tisha tentu saja membuatnya terharu. Tidak ada yang dapat menggantikan posisi persahabatan mereka. Merekalah yang terbaik. Namun, mengingat tentang persahabatan, Indira menjadi teringat dengan Fiza.

Perempuan lincah yang dulunya suka caper ke Jeo dan sekarang juga masih begitu. Perempuan yang dulunya adalah sahabat mereka. Mereka masih tetap menjadi sahabat, tapi yang berbeda adalah hubungan mereka kini telah renggang hanya karena kesalahpahaman.

Indira menyeruput minumannya. Bibirnya bersiap menghujam berbagai macam topik pembicaraan sesuai dengan yang terlintas di otaknya.

"Tish."

Tisha menoleh. "Lo pernah gak sih benci sama tuh bocah prik?" tanya Indira yang membuat sang empu menjadi kebingungan.

"Siapa Ndi?" tanya Tisha bingung. Sangat terlihat di wajahnya.

Selain polos. Tisha juga agak sulit mengerti bahasa gaul. Bukannya kudet nih ya. Tapi memang seperti itu dia orangnya. Harap maklum pemirsa.

"Astaga, Tishaa. Siapa lagi kalo bukan si Fiza? Orang yang ngilang gitu aja kayak angin."

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang