38#

166 37 5
                                    

-----HAPPY READING-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----HAPPY READING-----

      Jeo duduk di kursinya sambil menggenggam benda pipih berbentuk persegi panjang. Matanya tak teralihkan karena ia sedang menunggu sesuatu di sana. Untuk apa? Ia juga tidak mengetahuinya.

Namun yang pasti. Ia menunggu setelah kejadian tadi siang. Sekarang sudah jam delapan malam. Biasanya gadis itu akan menyepaminya sms tidak jelas.

Apakah ia menunggu pesan itu?
Bukan. Bukan karena ia menginginkannya. Ia hanya khawatir. Apakah gadis itu marah padanya? Apakah ia merasa sedih? Entah mengapa ia masih kepikiran dengan apa yang diucapkannya tadi.

Apakah ucapannya sudah keterlaluan?
Apakah gadis itu akan memasukkan kata-katanya ke dalam hati?

Jeo mengacak rambutnya frustasi. Sekarang ia harus apa? Apakah ia harus bertanya pada gadis itu sekarang?

Tangannya mulai bergerak. Jemarinya mulai mengetikkan sesuatu.

Jeo: Fiza? Lo udah pulang? Ucapan gue tadi siang g sengaja gue

Jeo menghapus pesan yang baru saja ia ketik. Kemudian mengetik dengan pesan yang berbeda.

Jeo: gue minta maaf

Lagi-lagi lelaki berpakaian dengan kaos dan celana jeans itu menghapus pesannya. Ia meninggalkan room chat dan meletakkan ponselnya di atas meja.

Matanya menemukan sebuah benda yang tidak jauh dari tempatnya berada. Benda kesukaannya. Benda pemberian gadis mungil yang ceria itu.

Tangannya bergerak mengambil benda yang disebut kamera itu. Merabanya dengan tatapan sendu dan penuh kasih.
Baginya, kamera impiannya itu adalah sesuatu yang harus dijaganya dengan baik.

"Apa gue gak tau diri ya?"

-----

Jeo tidak bisa tidur dengan nyenyak tadi malam. Dengan segala keberanian dan kematangan diri. Lelaki itu pun memutuskan untuk menghampiri gadis itu. Ya, sekarang ia berada di depan rumahnya.

Entah mengapa, ia merasa gugup. Padahal biasanya ia tidak akan bereaksi seperti ini. Apa mungkin karena ia takut kalau gadis itu akan marah padanya? Tapi apakah gadis itu akan marah padanya? Biasanya gadis itu selalu memaafkannya.

Tok. Tok. Tok.

"Assalamualaikum."

Jeo mengetuk pintu rumah dengan wajah yang biasa. Tidak dengan senyuman dan tidak dengan wajah yang datar bak triplek.

Tak lama kemudian pintu terbuka dan seseorang merespon ucapannya. "Waalaikumsalam." 

Yang keluar bukan Fiza. Garis wajah lelaki itu menurun, tapi ia mencoba untuk tetap ramah.

"Pagi om."

"Pagi." Faris mengangguk dan membuka pintunya dengan lebar. Seolah ingin menyilahkan tamunya untuk masuk ke dalam. "Gak mau masuk dulu?" tanyanya ketika melihat pemuda di depannya tak juga masuk ke dalam.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang