43#

136 39 6
                                    

-----HAPPY READING-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----HAPPY READING-----

     Fiza memakan camilannya dengan rakus sambil menonton televisi yang tayangannya cukup membosankan. Sebelumnya ia ingin pergi meninggalkan rumah untuk mencari informasi terkait dengan Freya. Namun karena mager ia pun memutuskan untuk bertanya pada papanya saja.

Sudah ditunggu dari tadi. Tapi papahnya belum juga pulang ke rumah. Sebenarnya papahnya itu lagi dimana sih? Kok lama sekali?

"Ihh papa mana sih! Ngeselin dehh ah," kesalnya lalu memasukkan kembali camilan yang dipegangnya ke dalam mulutnya.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka yang membuatnya tersentak. Karena sudah tidak sabar, Fiza langsung gercep menuju pintu.

"Papah kemana sih kok lama banget pulangnya?" ujar Fiza mencoba untuk tidak marah. Ia harus mengontrol emosinya agar tidak membuat papahnya terpancing emosi.

Faris meletakkan sepatunya ke dalam rak sepatu. Mereka membuat rak sepatu tidak di luar, tapi di dalam agar tidak cepat rusak akibat angin dan debu yang bertebaran.

Pria paruh baya itu melirik anaknya yang kelihatannya sedang kesal. Mungkin karena menunggu kepulangan atau jangan-jangan rindu berat pada papahnya. Kepedean memang bapak-bapak satu ini ya. Mohon dimaklumi.

"Kamu nungguin papah, Kak?"

"Iyalah, nungguin siapa lagi coba kalo bukan papah. Masa Fiza nungguin pembantu. Kan kita nggak punya."

Faris mengelus rambut anaknya dengan penuh kasih. "Lucunya anak papah. Kangen ya sama papah yang malang ini?" 

"Nyebelin banget deh papah," Fiza melirik tangan Faris yang sedang membawa sesuatu, "apaan sih Pah yang papah bawa?" tanya Fiza penasaran.

Faris melihat ke arah yang dimaksud oleh Fiza. "Oh, ini cemilan buat kamu. Baik kan papah," ucap papahnya bangga.

"Iya deh Pah. Yaudah sini buat Fiza kan?"

Faris menjauhkan tangannya dari Fiza yang mau mengambil kantong plastik yang berisi camilan.

"Ihh kok dijauhin sih. Katanya buat Fiza," kesal Fiza.

"Tapi jangan banyak-banyak ya. Sehari satu cemilan aja."

"Tergantung mood ya Pah. Kalo lagi nggak mood Fiza bawaannya laper mulu. Jadi nggak bisa cuma satu aja."

"Nggak bisa gitu, Nak. Kamu anak gizi lho. Kok nggak dijaga makannya?" heran Faris.

"Orang-orang juga pada bilangin gitu ke Fiza. 'anak gizi kok nggak dijaga makannya?' aduhh Pah. Yang namanya laper ya makan dong. Nanti kalo mati gimana?"

Faris menatap tajam. "Ehh mulutnya, Nak. Dijaga."

"Papah lama-lama kayak emak-emak rempong deh."

"Nggak dong. Papah, papah papah rempong," cengirnya.

Maaf, Aku Telat [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang